Bagian IV part 2

192 8 0
                                    

"Heem tidak perlu kau ingatkan. Lalu apa yang harus aku lakukan jika orang yang bersangkutan saja entah ada di mana."

"New? Ke mana dia?"

"Kata Nani ia sedang perjalanan bisnis." Bahunya terangkat.

"Kata Nani?! Kau bahkan tidak tahu suamimu pergi untuk bekerja?!"

"Tidak perlu lebay. Dia sudah besar." Dapat Tay bayangkan wajah frustrasi Off saat ini.

"Bukan itu masalahnya? Kau benar-benar tidak mengerti?"

"Apa sih, Off?!"

"Lalu Mint?"

"Kenapa dengan Mint?"

"Ia tidak mengatakan sesuatu?" Pertanyaan Off membuat dahi Tay mengernyit.

"Tidak."

"Dasar jalang itu." Meski kalimat Off itu hanya berupa gumaman, namun telinga Tay berhasil menangkap dengan jelas.

"Jangan asal bicara, Off. Dia juga temanmu."

"Lucu kamu, Tay. Sejak kapan aku berteman dengan dia. Sudah aku tutup dulu. Semoga cepat redam masalah ini." Tay memerhatikan layar ponselnya yang telah gelap tersebut.

Ia menggeleng dengan kelakuan Off karena ia tidak mengerti apa yang sebenarnya yang ingin Off sampaikan. Kini hal yang ia khawatirkan pun terjadi. Notifikasi pesan masuk dari papanya sedang menghantui. Tak biasanya pula papa ikut campur dengan urusan personal Tay. Cukup singkat pesan tersebut hanya terdiri atas satu kalimat. Intinya supaya Tay segera membereskan masalahnya.

Ia menghembuskan napas frustrasi mengingat kembali perkataan Off tentang Mint. Jika Tay pikir, perempuan itu tidak angkat bicara tentang berita yang menyangkut dirinya. Apakah ia tidak takut jika hal tersebut mengganggu kariernya.

>>xx<<

Kecemasan Tay tidaklah ada artinya untuk Mint.

"Hei, beneran itu kamu kan yang ada di berita dengan Tay Tawan. Cocokkan kamu, deh."

"Kamu juga udah kenal Tay lebih lama ..."

"Hari gini apa sih yang nggak mungkin."

"Mau sudah punya pasangan, laki-laki kalau digoda dikit langsung luluh."

"Kenalin kita juga dong ke Tay."

Macam-macam tawa dan kikik teman-teman Mint membuatnya terhibur dan semakin percaya diri.

>>xx<<

Dengan keputusan New tidak pulang hari ini bukan berarti ia menghabiskan waktu untuk bersantai. Ia masih melakukan pekerjaan yang dikirim ayahnya sejak ia berpamitan jika dirinya batal untuk kembali. Sang ayah tidak banyak bertanya, namun New dengan senang hati menjelaskan kondisinya sekarang. Selayaknya seorang ayah, pria tersebut mengerti dengan apa yang terjadi. Suatu hal yang cukup ia antisipasi akan terjadi pada anaknya, benar terjadi. Dan sang ayah tahu betul jika yang diperlukan New saat ini adalah dukungan serta pengertian. Rasa sayangnya pada New tidak pernah main-main.

"Tay Tawan sialan!" Untuk ke sekian kalinya ia memencet tombol reject. "Apa dia tidak capek. Dasar keras kepala."

Dari: Tawan

Angkat teleponku.

"Untuk apa juga aku mengangkat teleponnya. Dia benar-benar tidak paham jika aku butuh waktu sendiri? Tidak sampai semua berita mereda."

Dari: Tawan

Bicara denganku.

Di mana kau sekarang?

Bagaimana Takdir Diputuskan (TayNew) endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang