Bagian II - Bersedia dengan syarat

218 11 0
                                    

Pernikahan mereka dilaksanakan secara privat. Tamu undangan hanya terdiri dari kerabat dan orang terdekat. New tidak banyak menerima ucapan selamat, kecuali dari kerabatnya yang bisa dihitung jari. Tay pun tidak jauh berbeda, terlepas dari sahabatnya yang New ketahui bernama Off dan Arm, keduanya terus berada tak jauh dari Tay. Sesi berkeliling sangat menguras tenaga New karena dirinya tidak akan pernah terbiasa akan keramaian mau bagaimana pun.

"Kamu suka manis?"

"Hm?" Matanya menyapa orang yang mendudukkan diri di mejanya. "Seperti kelihatannya."

"Tay bukan penyuka manis." Entah hal tersebut adalah peringatan atau pemberitahuan saja, namun New tidak peduli.

Dan lagi, siapa perempuan yang dengan percaya diri duduk bersamanya ini.

Sepertinya orang asing tersebut mengerti tatapan New dan akhirnya beriktikad untuk memperkenalkan diri, "Ah, aku Mint. Bisa dibilang teman dekat Tay." Ucapan yang penuh kepercayaan diri.

"Bagaimana kamu membuat Tay setuju akan pernikahan kalian?"

Uhuk!

Sungguh pertanyaan yang tidak sopan menurut New. Perjodohan konyol ini bukanlah kemauannya New juga. Bagaimana ia harus menjelaskan pada wanita itu. Sebuah perasaan tanggung jawab? Paksaan? Rasa kasihan?

"Sorry kalau pertanyaanku agak ... you know. Tapi aku benar-benar penasaran. Aku yang mencoba mendekatinya dan membujuknya selama bertahun-tahun tidak pernah melihat tanda-tanda ketertarikan darinya." Mint mendengkus, "dan kamu ..." kentara sekali wanita itu sedang memandangnya rendah.

"Jika kamu sudah bersama Tay bertahun-tahun, bukankah lebih baik kamu tanyakan langsung padanya? Permisi aku mau mencari suamiku."

Bohong. New melangkahkan kakinya pada meja minuman yang seharusnya tidak ia hampiri. Kebetulan yang sangat kebetulan, Tay berada di sana bersama beberapa kawannya,

"Oiii, nong New. Mencari suaminya pasti." New hanya membalas dengan senyuman, ia mendekatkan diri pada pramusaji dan memesan minuman.

"Kau minum?" Pertanyaan basa-basi dari Tay tidak cukup menarik perhatian New.

"Not really." New menunjukkan isi gelasnya, sesuatu yang tidak memabukkan.

"Haaiii." Baru saja New melarikan diri dari sosok tersebut dan kini ia harus berhadapan dengan perempuan itu lagi!?

"Mint, dari mana saja kamu?" Antusias yang terpancar dari sekumpulan teman Tay sungguh membuat New muak.

Ia sudah cukup lelah dengan situasinya saat ini dan ia sungguh tidak sanggup mengatasi sesuatu di luar kendalinya.

"Bersikaplah sopan," bisik yang hanya dapat terdengar oleh New.

Biarkan New mendengkus jika diperbolehkan, namun baru saja ia mendapat peringatan dari seseorang yang sudah resmi menjadi suaminya. Pesta memang tidak pernah menjadi favorit New dan sekarang ia harus terjebak di dalamnya bersama orang-orang yang tidak ia kenal.

"New tidak pernah punya pacar?" Ia heran apakah teman-teman Tay tahu akan kenyataan bahwa pernikahannya dengan Tay hanya sebuah tuntutan.

Mereka tanpa menahan diri terus menanyakan hal-hal tak penting seperti itu. Karena pembicaraan mereka itu, New kini juga menandai Off Jumpol yang bermulut pedas. Lelaki itu tak banyak bicara seperti Arm dan Mint, namun berkomentar pedas. Sekali lagi ia berpikir untuk melarikan diri, namun sepertinya ia sudah kehabisan alasan.

"New, bisa ikut mama sebentar? Maaf Tay, New mama pinjam sebentar." Dewi fortuna sepertinya langsung mendengarkan kata hati New.

Ia dengan sedikit ragu mengikuti wanita paruh baya tersebut. Wina—ibu Tay—sedikit bertukar kata dengan kawan-kawan Tay sejenak sebelum menuntun New menjauh. Terlihat jelas bagi New jika Mint sangat mencari perhatian dari ibu Tay. Kini siapa pun selamatkan New karena ia baru saja keluar dari kandang macan dan masuk ke kandang singa. Dapat ia lihat sekumpulan wanita yang seusia mama Tay, berpakaian glamor tentu saja, sedang saling terkikik satu sama lain, dan pandangan mereka kini terfokus padanya. New menguatkan diri, ia sudah terbiasa menghadapi berbagai jenis kolega ayahnya dan ia meyakinkan diri dapat melewati malam ini dengan baik.

"Wina, beruntung sekali kamu."

"Menantumu tampan dan cantik."

"Kulitmu sehat sekali. Perawatan di mana, nak New?"

"Berencana punya anak berapa, ini?"

Berbagai pertanyaan yangmembuat dirinya overwhelmed berputar di kepala. New dengan sabar menjawabpertanyaan tersebut sesekali menimpali gurauan mereka. Ia merasakan usapan dipunggung dan itu berasal dari tangan mertuanya. Senyuman yang mengutarakan kepuasanterukir di bibir Wina.

Bagaimana Takdir Diputuskan (TayNew) endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang