Chapter 3

174 13 0
                                    

PSYCO
#3
🔞🔞


Pie berdiam diri menatap dirinya di sebuah cermin besar, sepasang pakaian dalam telah berada di genggamannya. Ia meneguk ludah, merasa dirinya sudah tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari tempat itu.

BRUKK!!

Suara benturan terdengar keras, membuat Pie seketika terkejut dan mencoba melihat keluar ruang ganti tersebut, Pie membuka pintu pelan dan melihat dua pengawal yang berjaga di depan sedang berbaring tak sadarkan diri. Ia melangkah keluar namun seketika dirinya di sekap dari belakang oleh seseorang.

Pie berusaha berontak, namun kekuatannya tidak sekuat seseorang yang berada di belakangnya. Jantung Pie berdebar tidak tenang, ia mencoba mencakar lengan seseorang itu dengan kukunya agar ia bisa terlepas, seseorang itu menggeram menahan sakit, lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan dan menutup hidung serta mulut Pie dengan itu.

Pandangan Pie berkabur dan dalam hitungan detik semuanya menjadi gelap.

PIE POV

Aku terbaring, mataku terbuka namun semua gelap karna sebuah kain menutupinya. Mulutku terkunci dengan sebuah lakban yang menempel dengan erat.

Aku menggerakan kedua tanganku yang merenggang tapi percuma karna itu sudah terikat kuat di kedua sisi, yang bisa aku tebak sekarang aku sedang berada di sebuah tempat tidur.

Aku mulai ketakutan, tatkala aku sadar bahwa tubuhku hanya memakai pakaian dalam saat ini. Airmata ku mulai mengalir, keresahan diriku terus meningkat. Dimana aku? Tempat ini begitu sunyi, tidak lagi terdengar suara dentuman music seperti di club tadi.

Klank… Klank… syuurrr….

Aku menoleh kearah suara dengan nafas yang tak beraturan, seperti ada seseorang didekatku yang sedang memasukan batu es dan minuman kedalam gelas. Aku berusaha berteriak sekeras yang aku bisa namun percuma, yang aku dapati kini hanya suara langkah kaki yang terus mendekat.

seseorang itu menaiki ranjang, tepatnya saat ini ia di atasku, aku bisa merasakan kedua pahanya yang menghimpit dipinggangku. Aku terkejut dan menggeleng ketakutan. Memohon agar seseorang itu tidak melakukan apapun kepadaku.

Di sela-sela ketakutanku, aku merasakan sentuhan lembut di bagian wajahku, kemudian secara perlahan ia menarik lakban yang berada di mulutku.

“Siapa kamu? Aku mohon, tolong lepaskan aku… tolong jangan sakiti aku.. tolong jangan….”

“sshhhtttt…” seseorang itu menutup mulutku menggunakan jarinya saat aku terus memohon tanpa berhenti menangis, tapi sepertinya ia tidak perduli. Aku merasakan pergerakannya yang semakin lama, semakin mendekat dengan ku. Dan betapa terkejutnya aku, saat merasakan sentuhan bibirnya kini berada di bibirku.

Aku menutup rapat-rapat mulutku, namun tangan seseorang itu menekan kedua pipiku hingga akhirnya mulutku terbuka. Dalam erangan, aku merasakan sesuatu berada di mulutku, seseorang itu memasukan sebuah es batu kedalam mulutku. Aku tak bisa memohon lagi, dan kini aku menahan sensasi dingin di mulutku.

Seseorang itu melepas panggutannya dan mengambil es batu dari dalam mulutku, yang kini ia tempelkan di leherku lalu berjalan turun menuju dadaku. Nafasku tersenggal aku tidak bisa bersuara ketika es itu sudah membasahi belahan dadaku dan membiarkannya berada di sana .

Tubuhku terangkat, saat ia menarikku untuk melepaskan bra yang masih menempel di tubuhku. Aku tidak bisa berontak karna dia masih mengunci tubuhku dengan kedua pahanya. Tubuhku semakin dingin, sebab kini dadaku sudah terbuka sepenuhnya.

Es yang semakin mencair itu kini dibawa ke ujung Nipple-ku. Tubuhku refleks menegang bersamaan nafas yang sedari tadi naik turun. Ia memindahkan es itu kini ke Nipple-ku yang satunya, sebelum akhirnya menghilang menyisakan setetes air.

Beberapa detik tidak ada pergerakan, aku mengatur nafasku karna jantungku seperti akan keluar dari tempatnya. Dalam kegelapan aku menunggu sampai aku merasakan seseorang itu menghisap Nipple-ku dengan lembut. Tubuhku menggeliat, sambil menggigit bibir menahan suara desahku keluar.

Kedua Nipple-ku dihisap, digigit, dan dimainkan dengan lidahnya secara bergantian. Bersamaan dengan itu aku merasakan sebuah tangan yang berusaha masuk kedalam celana dalamku. Ia mengusap milikku dengan lembut membuat ku melenting merasakan sensasi nikmat dan membuatku basah seketika.

Aku masih menahan desahanku, namun tiba-tiba aku membuka mulutku saat aku merasakan satu jari masuk kedalam milikku. Aku menangis kesakitan, karna ini pertama kalinya untukku dan lagi aku tidak tahu siapa orang yang sedang menyetubuhiku.

Aku membiarkan air mataku terus mengalir bersama dengan rasa takut dan nikmat yang bercampur menjadi satu. Kemudian hisapan di Nipple-ku terlepas, berganti dengan ciuman di bibirku. Mulutku yang sedang terbuka menjadi akses untuk lidahnya masuk. Aku berusaha menutup mulutku namun ia menggerakan jarinya dan terus menekan di dalam milikku hingga aku kembali tak berdaya, dan memasrah saat ia melumat bibirku dan memainkan lidahnya.

Kini aku merasakan satu jari lagi mencoba  untuk masuk dan kali ini aku tidak bisa menahan desahanku, membuat seseorang itu menambah kecepatan gerak jarinya yang keluar masuk.

“Aakkhhh…” desahku berhasil lolos, aku merasakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Seseorang itu berhenti bermain dengan bibirku dan turun ke leherku, menghisapnya dengan sensual dan kurasa itu akan berbekas.

Aku melemah dalam permainannya, dan aku terus mendesah bersamaan saat tempo gerakannya yang semakin cepat. Aku merasa akan meledak! Namun tiba-tiba seseorang itu menghentikan permainannya, sehingga rasa ini tertahan dan itu membuatku tidak nyaman.

Dalam nafasku yang terengah, aku menunggu. Aku merasakan ia bergerak turun ke bawahku, melepaskan celana dalamku dan membuka lebar kedua pahaku. Satu hembusan di daerah kewanitaanku berhasil membuatku terpejerat. Aku membuka mulutku lebar saat merasakan lidah seseorang itu bermain di sana.

Lidahnya secara lincah terus bergerak di milikku, terus bergerak melingkar di sana. Aku tidak bisa berkata-kata, otakku memaksa untuk berhenti tetapi tubuhku menolak. Dan rasa ini semakin gila saat ia juga memasukan jarinya.

“FUCK!!!”

Aku mendesah, mengumpat sekeras yang aku bisa. Tubuhku menggelinjang bersamaan dengan orgasme yang hebat. Jari-jari ku tenggelam diantara sprei yang ku pegang erat.

“Kau milikku” ucap seseorang itu lalu melanjutkan menjilat, menghisapku dengan brutal.

Beberapa menit ia bermain disana, membuatku benar-benar kehabisan tenaga, bahkan hanya untuk bersuara. Setelah mencapai orgame yang hebat, ia berhenti dan beranjak untuk membuka ikatan di tanganku dan juga penutup mataku.

Aku membuka perlahan mataku dan memperjelas pandanganku untuk melihat seseorang dibalik semua ini. Seorang Pria berwajah sendu menatapku, ia masih setengah telanjang dengan banyak nya bekas luka bakar di bagian tubuh atasnya.

“Siapa.. kau?” kataku dengan tenaga sisa

Dia terdiam, lalu mendekat dan barbaring disampingku. Aku berusaha menghindar tapi tubuhku sudah kehabisan tenaga sehingga kini ia berhasil memelukku dari samping dan menautkan jari-jarinya. Aku sudah tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri dan hanya bisa menangis sunyi saat ini.


AUTHOR POV

Pie terbangun lebih dulu dari malam yang melelahkan. Tubuh polosnya sudah tertutup oleh kemeja yang besar. Pie bergerak, dan merasakan tangan seseorang melingkar di perutnya. Perlahan-lahan Pie melepaskan dirinya dari pelukan Kim. Ia memutar tubuh dan kini berhadapan dengan Kim yang masih tertidur pulas.

Pie memandang wajah Kim. Ia sama sekali tidak mengenali siapa pria yang sudah menidurinya tadi malam. Walaupun ada sedikit kelegaan bahwa Kim tidak benar-benar menyetubuhinya karna ia hanya menggunakan jarinya. Setelah mengamati wajah Kim, ia pun berbaring terlentang. Seketika menyadari bahwa seluruh ruangan yang ia tempati kini di penuhi dengan poster dirinya. Jantung nya berdebar, ia kembali ketakutan saat mengingat wawancaranya dengan detektif Nine kemarin pagi.

Pie melirik kearah Kim sekali lagi, mengamati cukup lama, sambil perlahan-lahan menyingkirkan selimut yang mereka gunakan. Pie bangkit dari tidur, berupaya tak membuat suara dari pergerakannya.

Kini Pie sudah berdiri di samping ranjang, berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar. Tempat itu sunyi, tak ada suara sama sekali. Namun tanpa sengaja, Pie menjatuhkan gelas wine yang berada di atas meja, sontak suara pecahannya membangunkan Kim.

“Sial!” Pie berlari menuju pintu, kemudian Kim mengejarnya. Kim menangkap Pie dan memeluk tubuhnya dari belakang. Pie memberontak, Kim mengangkat tubuh Pie dan membawanya masuk kedalam sebuah ruangan. Kim mendorong Pie hingga tubuhnya terjatuh di sana dan kemudian segera menutup pintu itu dan menguncinya dari luar.

BRAK.. BRAK…

“Buka pintunya!!”

“HEEII.. KAU GILA!!”

Kim tampak gelisah, dia berjalan bolak-balik sambil memeluk tubuhnya yang kini mulai gemetar. Ia berjongkok dan menunduk sambil terus memukul-mukul kepalanya ketika mendengar jeritan Pie dari dalam.

“DASAR PSYCO!! BUKA PINTUNYA!!”

Kim bangkit dan mengambil borgol serta lakban yang berada di dalam laci, ia memasuki ruangan tersebut lalu menghampiri Pie dan memborgol tangan Pie kebelakang serta menutup mulutnya menggunakan lakban, namun Pie masih menjerit. Kim tidak perduli, ia bangkit dan meninggalkan Pie di dalam sana, membiarkannya terkurung sambil menahan ketakutan.

Pintu kembali tertutup, Pie yang terduduk di atas lantai kini langsung mengarahkan pandangannya keseluruh ruangan. Sontak, ia terkejut saat dirinya tidak sendirian di sana. Ada seorang pria yang terikat di atas bangku dengan kain merah yang menutupi kepalanya. Pie semakin menangis deras dan berharap seseorang datang menyelamatkannya.

|

TOLONG TINGGALKAN VOTE DAN KOMENNYA , SEE YOU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TOLONG TINGGALKAN VOTE DAN KOMENNYA , SEE YOU


PSYCO (KimPie Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang