Chapter 6

156 11 0
                                    

PSYCO
#6

🔞


Kim memasuki apartement nya. Ia berjalan sambil melepaskan topi dan maskernya, kemudian melihat Pie yang sudah tertidur memunggunginya.

Kim menaiki ranjang dan masuk kedalam selimut lalu memeluk Pie yang tidur hanya menggunakan pakaian dalam saja. Pie melenguh saat merasakan Kim mulai mengecup tengkuknya berkali-kali dengan tangan yang sudah mengusap perut datar Pie.

“Kim?”

“Ayo..” Lirih Kim, membangunkan Pie. Ia mengigit daun telinga Pie, dan mencium jenjang leher Pie dengan sensual.

“Kim… tunggu…” Kim berhenti seketika, memberi Pie tatapan tajam. Sontak, Pie menelentangkan tubuhnya sambil menatap Kim dengan gugup.

“bisakah malam ini kita tidak melakukan…”

“Tidak”

Pie menelan ludahnya kasar, ketika melihat raut wajah Kim yang sudah serius. Tak ingin membuat Pria itu marah, Pie pun menuntun tangan Kim menuju pahanya yang mulus.

“Maafkan aku” Pie mengecup bibir Kim, hingga berhasil meluluhkan Pria pemarah itu.

Kim membuka kaosnya dengan satu tangan, Pie memperhatikan seluruh luka di tubuh Kim.

“mendekatlah” Kim menurut, dan merasakan bibir Pie menempel di area dada nya yang bidang. Pie mengecupnya singkat dan menautkan tatapan mereka.

“Jangan marah padaku, aku takut..”

“Maaf” ucap Kim dengan lembut sambil terus mengusap paha Pie yang mulus, Pie tersenyum namun seketika ia membuka mulutnya saat merasakan Kim membelai area kewanitaannya.

Jantungnya kembali berdebar dan napasnya pun tersenggal. Kim mencium pipi Pie dan menghentikan tangannya.
Pie melihat Kim yang masuk kedalam selimut. Ia tidak bisa melihat Kim, dan menunggu dalam keadaan hening. Ia terus memikirkan apa yang akan terjadi dan itulah faktanya. Pie merasakan celana dalamnya yang terlepas, kedua kakinya di tekuk dan dibuka sedikit lebar.

Jantungnya tak menenang, Pie mencengkram sprei kuat dengan tubuh yang melenting saat merasakan sesuatu yang hangat dan basah menyapu miliknya.

“Kim.. shhh..” Pie mengerang, ia terpejam sesekali saat Kim memainkan lidahnya yang lihai itu di bawah sana.
Malam itu Kim kembali menjadi sosok makhluk yang haus akan Sex, sebagai korban Pie justru dibuat semakin bergairah dan enggan untuk pergi melarikan diri.


~~


Di pagi hari Pie melenguh di dalam pelukan Kim. Ia refleks menarik tangan Kim supaya memeluknya dengan erat.

“Kau sudah bangun?” ucap Kim yang sudah terbangun lebih dulu. Pie memutar tubuhnya, berhadapan dengan Kim lalu membuka matanya dengan lebar. Menatap wajah polos Kim dan tersenyum. Seperti pasangan kekasih pada umumnya, Pie memberikan kecupan singkat kepada Kim.

“Kau menguras tenagaku semalam” gumam Pie dengan nada sedikit serak.

“Kau menyukainya?”

“Ya” ucap Pie kemudian membaringkan kepalanya didada Kim , Kim hanya terdiam sambil mengusap-usap punggung Pie yang hanya menggunakan Bra nya. Kim tampak tenang pagi ini, ia terlihat seperti memikirkan sesuatu.

“Pie”

“Ya?” sahut Pie.

“Bantu aku..” Pie pun bangkit dan menatap Kim dengan serius

“Bantu aku untuk sembuh” Pie terkejut, tentu ia senang mendengar itu dari Kim. Tanpa menolak, Pie tersenyum dan membelai wajah Kim

“Tentu! Sayang” lirihnya, kemudian mengecup bibir Kim singkat.

Kim tersenyum, menautkan tatapan mereka seraya menyalurkan semua perasaan Kim yang telah lama tumbuh pada Pie. Kim terus mengusap lembut punggung Pie hingga ke pinggangnya, Pie tersenyum ada maksud ingin menggoda Kim.

“Ayo mandi bersama” Goda Pie

Kim mengedipkan matanya seperti tidak percaya dengan tawaran Pie. Pie yang masih berada di atas tubuh Kim langsung merasa terangkat tat kala Kim mulai bangkit dan mulai menggendong Pie.

Pie otomatis melingkarkan kedua kakinya di pinggang Kim sambil tertawa.

“Apa aku berat?”

“sedikit”

“HEI!”

Kim terkekeh, lalu mereka pergi ke arah kamar mandi.

Kim menurunkan Pie, lalu memutarkan Pie hingga ia memunggunginya. Kim menggulung rambut Pie dari belakang, memperlihatkan jenjang lehernya yang seputih susu. Kim mengecupnya dan membuat Pie hanya tersenyum.

Usai menggulung rambutnya, Kim menarik tubuh Pie hingga punggungnya kini menempel pada tubuh polosnya. Kim mengelus perut datar Pie, membuat Pie membaringkan kepalanya di atas bahu Kim.

Kim mengecup pipi Pie dan juga bahunya sambil perlahan melepaskan Bra dan celana dalam milik Pie, lalu menggantungkan pakaian dalam itu. Kemudian ia pun menyalakan shower, spontan Pie membuka mulutnya lantaran airnya yang dingin.

“Dingin?”

“Ya” Kim memeluk Pie dari belakang, kemudian Pie menoleh menghampiri bibir Kim yang menganggur. Di bawah guyuran air, mereka melumat bibir satu sama lain.

Tak berlangsung lama, Kim melepaskan ciumannya kemudian mematikan shower untuk mengambil sabun. Ia menuangkan di bahu Pie dan mengusapnya secara perlahan.

Pie hendak berbalik, namun Kim menahannya. Alhasil, Pie pun memasrah ketika tubuhnya dijadikan mainan lagi oleh Kim.  Tangan Kim mulai membelai keseluruh tubuh Pie yang semakin lama semakin mengarah ke bawah.

Napas Pie semakin tersenggal, ketika Kim memijat seluruh tubuhnya yang licin oleh sabun.

“Apa yang kau inginkan?” bisik Kim
Napas Pie semakin memberat dengan keinginan hasratnya yang meningkat

“Sentuh aku…”

“Katakan, tolong”

“Tolong…. Sentuh aku”

Kim meremas kedua payudara Pie, sehingga membuat Pie membaringkan kepalanya di bahu Kim. Mendapat kesempatan bagus, Kim mencium jenjang leher Pie, menghisapnya berkali-kali. Tangan kiri Kim turun perlahan dan mengusap area sensitive Pie yang sudah basah.

“Aaahh..” Pie mengerang, merasakan dua jari Kim yang masuk kedalam miliknya.

“Kau menyukainya?”

“Ya”

Kim menggerakan jarinya di dalam milik Pie, membuat Pie terus mengerang dengan tubuh yang bergerak secara alami.

“I want more, babe” pinta Pie yang menyadari bahwa Kim tidak pernah benar-benar menyetubuhinya

“belum waktunya Pie”

“Kapan?”

“Jika kau sudah menjadi milikku seutuhnya”

Pie terkejut dan merasa kagum seketika, Kim sangatlah pandai membuat dia bergairah namun dia juga pandai menahan diri agar tidak merusak Pie sepenuhnya.

Pie terpejam, mengigit bibir bawahnya saat kedua tangan Kim terus bergerak semakin aktif.


~~

Kim duduk di tepi ranjang, melihat ke arah Pie yang sudah berpakaian rapi. Pie mendekat dan berdiri di hadapan Kim lalu mengeringkan rambut Kim menggunakan handuk. Kim hanya terdiam sambil terus memandang wajah Pie dengan lekat.

“Kita akan pergi?” Tanya Pie

“ya”

“kemana?”

“bertemu dokter Charlie” Pie tersenyum lalu beranjak setelah rambut Kim sedikit kering.

Pie berjalan menuju lemari, mengambil Kaos berwarna putih dan juga kemeja kotak-kotak. Kim menatap lugu, tanpa bersuara Pie memasukan kaos putih itu ke tangan Kim lalu ke kepalanya. Seperti anak kecil yang sedang di urusi oleh ibunya. Kim menurut hingga kaos itu terpakai dengan benar.

“Kenapa memakai yang ini?” ucap Kim, saat melihat kaosnya yang berwarna cerah

“Jika kau ingin sembuh, kau harus merubah penampilanmu” jelas Pie lalu dia membentangkan kemeja kotak-kotak di belakang tubuh Kim

“Aku ingin memakai jaketku”

Pie menggeleng, “Jaketmu bau, tidak pernah dicuci ya? Pakai ini saja” Kim menurut, lalu memakai kemeja itu dengan benar.

Kim kini bangkit mengambil topinya dan memakaikannya kepada Pie

“Aku tidak ingin orang-orang mengenalimu” ucap Kim, Pie hampir lupa bahwa dirinya adalah seorang bintang besar.

“Kalau begitu aku membutuhkan masker” ucap Pie, Kim menghampiri lemarinya dan mengambil satu kotak masker. Kemudian memakaikannya pada Pie, kini Kim hanya bisa melihat kedua mata Pie saja, Kim mengecup masker tersebut membuat Pie tersenyum gemas.

“Ayo pergi.” Ucap Pie

Kim mengangguk lalu menggengam tangan Pie untuk keluar apartement.

Kim terus menggandeng tangan Pie, menyusuri lorong apartemen yang sunyi dan juga suram. Pie terus memperhatikan tempat itu, dan menyadari bahwa sebenarnya Kim hanya seseorang yang kesepian.

Bukannya takut, Pie malah mengeratkan genggamannya, membuat Kim menoleh kearahnya karna merasa tangannya yang di pegang erat. Namun Pie hanya memberikan senyum tulusnya ke arah Kim.

“Kita mau pergi naik apa?” Tanya Pie

“Dengan mobil”

“Kau punya mobil?”

“Ya”

Sementara itu disisi lain. Thyme berdiri dari kejauhan, melihat adiknya berjalan dengan seseorang. Tatapannya mengarah kepada Pie, ia menyadari bahwa dia adalah artis yang sedang hilang saat ini.

Tangannya memegang bingkisan makanan. Thyme mengeratkan genggamannya, dengan tatapan semakin menajam. Kemudian ia membanting bingkisan itu dengan kuat kelantai saat meluapkan kekesalannya.


|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PSYCO (KimPie Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang