Chapter 9

158 14 1
                                    

PSYCO
#9


Kim masuk kedalam apartemennya, dengan jantung yang berdebar-debar. Ia berjalan mengendap-endap, namun tiba-tiba seseorang muncul dan berdiri di hadapannya.

“Kau sudah pulang?” Seperti biasanya, Thyme memperlihatkan deretan giginya, menampilkan senyum cerah kepada Kim. Ia berjalan menuju bangku dan menarik bangku itu sambil melihat kearah Kim.

“Duduk, aku membawakan sarapan” Kim menurut, dan duduk di atas bangku. Ia tak menoleh ke arah Thyme yang pergi. Kim hanya menunduk, sampai Thyme datang dengan kantung plastik berisikan sejumlah obat. Sontak, mata Kim pun melebar.

“Kau tidak pernah meminum obatnya ternyata” Kim mengepal tangannya yang sedikit bergetar.

“Aku mendiamkanmu selama ini, membiarkanmu bernapas, berjalan dengan kedua kakimu, bahkan aku membiarkanmu menyetir dan mengagumi penyanyi asal Thailand itu. Apa aku gagal merusak mentalmu?” Thyme mengeluarkan obatnya dari kantung plastik, fakta bahwa obat itu adalah obat untuk hewan yang jika di konsumsi dapat melumpuhkan kaki. Kim tahu Thyme menukar obat antidepresannya dengan itu. Itu sebabnya dia tidak mau meminum obat.

“Ahh.. harusnya aku membunuhmu sejak lama” Desah Thyme. Namun tiba-tiba ia tersenyum sambil menuangkan air kedalam gelas kemudian memberikannya kepada Kim.

“Minum obatnya, aku harus pergi bekerja” Kim mengambil gelasnya, dan berharap Thyme masih memerankan dirinya menjadi manusia normal.
Beberapa detik keadaan hening, namun tiba-tiba Thyme berdecih dan kembali berbicara.

“Jadi, selama ini kau yang menyembunyikan Pie?” Tanya Thyme sambil mengusap kepala Kim dengan pelan

“Kenapa? Apa kau takut aku akan membunuhnya seperti tahun lalu?” Jantung Kim berdetak tidak normal, saat Thyme membelai wajahnya. Dengan tangan yang semakin gemetar, Kim melayangkan gelasnya ke wajah Thyme. Menghantam wajah pria itu hingga gelas tersebut pecah dan melukai telapak tangannya.

Kim bangkit meninggalkan Thyme yang tersenyum kemudian tertawa dengan puas.

“Kau tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang kau inginkan dan kau tidak akan pernah bisa lari dariku!” gumamnya

“TIDAK AKAN!!” Teriak Thyme sambil mengeluarkan pistol. Kemudian berlari menuju pintu dan mengejar Kim yang sudah berlari keluar.


~~


“Sir, tolong lebih cepat lagi” Perintah Pie yang berada di mobil polisi bersama dengan detektif Nine dan juga Kao. Mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi menuju apartement tua yang ditempati oleh Kim.

Sementara itu suara tembakan terus terdengar di sepanjang lorong.

“Kimmy…”Panggil Thyme.

“Kau harus kembali, aku akan memelukmu setelah ini”

“Kimmy..”

“KIMMY!!” Pekiknya, sambil meliarkan pandangan. Thyme kesal namun beberapa detik kemudian ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Ia sadar seperti orang bingung, menatapi pistol yang berada di tangannya.

Sesuatu mengalihkan perhatiannya, Thyme melihat Kim yang baru saja menuruni tangga darurat. Seringainya pun muncul kembali dan mengejar Kim yang berlari ketakutan.

Sesampainya di bawah, Kim menghampiri mobil namun sialnya kuncinya tertinggal di dalam apartement.

“Kimmy..!” Panggil Thyme. Membuat Kim pun berlari menuju tengah lapang. Dari kejauhan Thyme membidik Kim, tetapi saat hendak melepaskan peluru, empat buah mobil polisi datang bersama dengan suara sirinenya.

Semua polisi keluar dan membidik Kim dari balik pintu mobil yang dibuka
“Jangan bergerak!” Kim mematung dengan kedua tangan berada di atas.

Pie yang baru saja tiba pun lekas turun dari mobil, Kao menahannya ketika Pie ingin berlari menghampiri Kim.

“Phi, dia tidak bersalah!” Tegas Pie, kemudian menatap kearah detektif Nine yang berjalan menghampiri kapten polisi.

“Detektif, orang itu yang sudah memukul Pria yang berada di pembuangan sampah” ucap kapten Jason.

“Jangan! Dia tidak bersalah, jangan tembak Kim, aku mohon..!!” Pie mulai menangis, Nine memegang ujung pistol hendak menahan kapten Jason. Pie pun terdiam ketika melihat Thyme berjalan mendekati Kim.

“Turunkan senjata!!” Ucap kapten yang kini mengalihkan pistolnya kearah Thyme.

“Masih banyak kejahatan yang harus kalian urus, pergilah.. ini uruasan keluarga”

“Tolong jatuhkan senjata anda kalau anda tidak ingin terluka!” Thyme mencekik leher Kim dari belakang dan menjadikannya sebagai sandera.

“Tembak saja, aku punya tameng”
Kim menatap Pie yang menangis, kemudian Nine mencondongkan tubuhnya kearah kapten.

“Sekarang?” bisik Nine, kemudian diangguki oleh Kapten.

Nine mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

Disisi lain, tepatnya diatas atap apartement. Seorang Pria memakai topi hitam sudah tertelungkup membidik Thyme dari sana. Ponselnya pun bergetar dan ia pun segera mengangkatnya.

“Ya?”

“Mengapa lama sekali, aku lelah menunggu”

“Baiklah” Mike yang berprofesi sebagai penembak jarak jauh itu menaruh ponselnya tanpa mematikan panggilan. Ia sudah berada di sana sejak tadi, ketika polisi berhasil melacak Thyme.
Mike membidik Thyme sampai benar-benar mengenai sasaran.

“Selamat tidur”

Slurp..

Peluru di lepas, bertepatan dengan Thyme yang melepaskan pistolnya kearah langit. Tanpa suara, seketika tubuhnya tersentak. Pie membulatkan mata saat peluru datang menghantam Thyme berkali-kali.

Pie menepis tangan Kao dan berlari kearah Kim.

“Tahan!!” Ucap Nine melalui ponselnya. Mike mengurung niatnya yang ingin menembak Kim, ia ikut melihat Pie yang datang memeluk Kim dengan erat.

“Kau tidak boleh pergi lagi” Kim hanya diam, lalu mengangguk pelan. Sekilas, Kim melirik ke arah Thyme yang sudah terkapar berlinangan darah. Kim pun membalas pelukan Pie dengan perasaan lega.

“Nona Pie, kami harus membawanya ke kantor polisi” Ucap Nine, yang datang bersama dengan kapten Jason dan dua petugas.

“Apa kalian akan menangkapnya?”

“Kami hanya akan meminta keterangan, kau bisa ikut untuk memberi kesaksian” Pie mengangguk, kemudian kembali memegang tangan Kim.

“Jangan menangis..” Kim mengusap air mata Pie dengan telapak tangannya yang dipenuhi darah. Pie mengangguk, dan membawa Kim berjalan menuju mobil polisi.



Kalian tahu? Aku hanya perlu berdiam diri ditempatku, menutup rapat-rapat setiap celah, yang memungkinkan cahaya itu akan masuk. Dengan begitu kegelapan tidak akan pernah menghilang.

Aku memaksa dan meminta agar kegelapan terus berada didekatku, aku akan terus mengikuti kemana dia pergi dan meminta kegelapan itu untuk selalu memelukku.

|

PSYCO (KimPie Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang