Americano

314 22 0
                                    

Jalanan basah dan bau khas tanah setelah hujan, diantara mereka seorang dengan penampilan cantiknya menembus langit yang kiranya masih sedikit menyisakan tangis. Rambut yang sudah ditata rapi mulai lepek. Rupanya bukan hujan bukan hanya terjadi dilangit, tapi diwajahnya juga.

Gelap, ia sendiri tak tau kemana langkah kaki ini membawanya. Harusnya si cantik tak pergi terlalu jauh, tapi tempat ini benar-benar asing. Menjadi burung dalam sangkar membuatnya tak banyak tau tempat didunia luar batasnya.

Disudut jalan sebuah bangunan kecil berdiri, cukup sepi sekaligus nyaman untuk ia singgah sebentar. 

Kring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kring.....

Benar tebakannya, hanya ada beberapa kursi didalam. Seorang pria yang terlihat lebih muda darinya sedang sibuk meracik kopi untuk seorang pelanggan. Parasnya cukup tampan bagi seorang barista, jika saja ia menjadi model pasti namanya bisa melambung.

Setelah pelanggan itu menerima kopi ditangannya, kini tersisa Jeonghan dan si barista. "Selamat datang, apa yang bisa kubuatkan untuk anak kucing yang kehujanan ini." barista itu tersenyum, menampilkan dua taring di masing sudut senyumnya.

Berbeda dengan kesan awalnya, lelaki ini cukup tengil dari kelihatannya. Anak kucing? Yang benar saja.

"Satu americano panas." jawab Jeonghan singkat.

"Baiklah, kau bisa memilih tempat duduk setelah membayar. Aku akan antar minumanmu." 

Jeonghan mengambil kartu didompetnya, tadiya ia akan membayar dengan ponselnya, namun setelah banyaknya notif dan telfon yang masuk dari sesorang niatannya langsung hilang.

Setelah membayar Joenghan memilih duduk dikursi dekat jendela. Mungkin dengan melihat pemandangan diluar bisa menjernihkan pikirannya.

Rupanya diluar hujan kembali turun deras. Bagaimana air yang turun dari langit akibat penguapan dibumi ini selalu jadi pembuka hari buruknya. Dikepalanya terus terulang reka adegan yang membuat kakinya melangkah tanpa arah seperti seperti kaset rusak.

Satu setengah jam yang lalu Jeonghan masih duduk nyaman dirumah Seungcheol sang kekasih dengan berbagai hidangan mewah didepannya. Seperti  biasa Ibu Seungcheol sangat ramah padanya dan mengambilkan berbagai hidangan keatas piringnya, dan Ayah Seungcheol akan memuji kecantikan dan kepintarannya yang terus bertambah tiap bertemu. Sampai sini, semua terihat sempurna bukan.

Tentu saja, bagi Jeonghan juga seperti itu. Sampai kakak kandung Seungcheol datang Youngje datang setelah berhasil mendapat proyek besar. Baru saja duduk, pria sulung keluarga Choi itu langsung mengatakan kalimat provokatif.

"Maaf ya kakak telat, soalnya abis menang tender jadi banyak dokumen yang harus diurus dikantor."

"Gausah minta maaf kak, namanya orang yang punya posisi emang gitu harus siap sibuk sama lembur." jawab sang ayah penuh kebanggaan.

ĘccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang