Kepala Jeonghan berdenyut, tertidur setelah menangis selalu memberi efek buruk pada tubuhnya. Setelah menumpuk bantal agar sandarannya menjadi lebih tinggi, tangan rampingnya meraih ponsel yang diletalan di atas meja.
"Jam 9?! Perasaan udah gue alarm kok tadi ga kedengeran." langkahnya gugup turun dari keranjang sampai hampir jatuh.
Ada bau enak dari arah dapur, suara berisik yang menganggu paginya juga berawal dari sana. Jadilah Jeonghan yang sedang bingung berlari menghampiri bau dan suara yang mencolok itu. "Tadi ga ada yang denger alarm gue?" tanya Jeonghan dari balik tembok pada dua pria yang sedang sibuk memotong mencuci piring dan menumis daging. Tumben sekali mereka, duh bukan saatnya mikirin itu.
"Oh itu, tadi suaranya berisik banget tapi kakak ga bangun jadi kita matiin." jawab Soonyoung santai.
"Duh kenapa ga bangunin kakak, jam setengah 9 kakak harus nugas bareng di kampus." Jeonghan membalikan arah, hendak kembali ke kamar dan mandi.
"Han," panggil kembarannya, tangannya sibuk menggerakan spatula agar masakannya tidak gosong. "Tadi gue yang nyurung Nyoung buat ga bangunin lo. Soalnya tumben banget lo bangun denger suara berisik, pas gue cek jidat lo panas. Udah gue bilangin Chanhee suruh ijinin lo hari ini."
Panas? Jeonghan menyentuh wajah dan lehernya, benar suhu tubuhnya tinggi, bajunya juga basah oleh keringat. Pantas tadi waktu bangun nafasnya jadi berat.
"Lo ga sadar kalo lo sakit?"
Jeonghan berjalan lemas, mengambil segelas air putih dan duduk memperhatikan Jisoo. Saat mata mereka bertemu Jisoo hampir saja melempar spatula dan wajan kecil yang dipegangnya. Untung saja benda berbahaya itu masih merekat kuat di tangannya.
"Mata lo bengkak, lo abis nangis?! Pantes tiba-tiba demam."
Seruan Jisoo juga menarik perhatian Soonyoung, pasalnya dari tadi mereka mengobrol tanpa melihat wajah dan fokus dengan pekerjaan masing-masing. Saat mengecek badan Jeonghan pun Jisoo tak melihat wajahnya karena ia mengenakan selimut sampai atas kepala.
"E-engga kok, in-ini karna gue sakit aja." elak Jeonghan.
Soonyoung mematikan keran air, membiarkan sisa piring kotor dan gelas yang belum dibilasnya. Ia memilih duduk di dekat Jeonghan.
"Kak, bilang siapa." ucapnya dingin.
"Nyoung, ini ga-"
"Kak!" suaranya meninggi, ia sungguh benci sikap Jeonghan yang seperti ini. "Gue kan udah pernah bilang bakal jagain kak Han sama Kak Jisoo. Kalo kakak tiba-tiba nangis tanpa Nyoung tau penyebabnya.. berarti Nyoung gagal jadi adek."
Jeonghan meraih tangan Soonyoung, ini kesalahannya, harusnya ia mengecek wajahnya dulu sebelum keluar kamar. "Beneran bukan apa-apa kok, Nyoung adek kakak yang paling baik. Kakak cuma nangis dikit, bukan sedih, tapi lega soalnya satu yang bikin hati kakak berat udah bisa kakak lepasin."
"Apa yang gue lewatin?" tanya Jisoo, meletakan masakan yang sudah siap disantap di atas meja.
"Gue putuh sama Cheol, beneran putus."
"Dia nyakitin kakak? Biar Nyoung samperin kalo emang iya."
Jeonghan menggeleng, "Engga kok, kita bicarain semua lewat telfon tadi malem. Emang udah gabisa aja kita ada di jalan yang sama."
Soonyoung menarik tangan Jeonghan lembut ke pelukannya. Dan Jeonghan menerima pelukan hangat itu dengan senang hati, tangannya menepuk-nepuk punggung Soonyoung. "Kakak masih punya Nyoung sama Kak Jisoo. Nyoung yakin orang sebaik Kak Han bisa dapetin yang lebih dari cowo galak itu."
Jisoo ikut bergabung ke perayaan kecil dua saudaranya, ia menepuk pundak Jeonghan yang masih ada di pelukan adik kecil mereka. "Gue tau lo pasti bisa Han, gue harap lo bisa lebih bahagia nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ęccedentesiast
Fanfic[ Jeongharem / Jeonghan centric ] "Berhenti memberiku label dengan kata sempurna!" -Jeonghan ⚠️ Warning BxB ‼️