Chanhee dan Doyoung tergesa-gesa menyusul Jeonghan. Keringat yang mengucur membuat make up Chanhee luntur lagi, tapi kali ini ia tak mengeluh. Yang terpenting sekarang adalah bertemu Jeonghan.
Saat Doyoung membuka pintu wajah Jeonghan sudah kusut, si primadona memicingkan mata melihat kedua sahabatnya masuk. "Lo berdua ketiduran di toilet apa-"
"Han! Ga ada yang kesini kan dari tadi?!" Chanhee langsung meraba tubuh Jeonghan dari kepala sampai kaki. Memastikan tidak ada lecet pada Jeonghan.
Karna risih badannya dipegang Jeonghan menampik tangan Chanhee agar menjauh. "Udah gila lo ngapain raba-raba!"
"Duh Han jawab dulu, ga ada yang kesini kan dari tadi?" sekarang giliran Doyoung yang ikut rewel.
"Apadeh bukannya minta maaf," saat Jeonghan perhatikan sekali lagi jelas Chanhee dan Doyoung mengkhawatirkannya dengan tulus, keduanya sungguh khawatir. "Hey, sebenernya kenapa? Tadi emang ada yang kesini, tapi bukan masalah kok."
"Siapa?!!" saut Doyoung segera.
Jeonghan nampak ragu menjawab awalnya, "Hmm... Wonwoo."
Chanhee dan Doyoung langsung membuang nafas lega karna nama yang disebut bukan orang yang mereka takutkan. Tapi tunggu, tadi Wonwoo katanya?
"Han lo beneran ketemu Wonwoo? Ngapain tu orang disini? Lo ga diapa-apain kan?" Chanhee kumat lagi.
"Ngga Chan, lo tau gimanapun sakitnya gue dulu Wonwoo bukan cowo brengsek."
"Duh gatau deh, gue udah gamau ketipu covernya lagi." Chanhee merebahkan dirinya disofa samping Jeonghan untuk menstabilkan nafas.
"Han, kita masuk kelas telatan aja ya. Gue udah ngabarin ke dosennya kalo gue sama lo ijin telat nemenin Chanhee yang sakit ke klinik bentar." Doyoung berucap lembut.
"Bentar, lo berdua belom kasih penjelasan sama gue ini kenapa."
Doyoung dan Chanhee saling berpandangan. "Pas keluar toilet gue liat ada mobil yang ga asing baru dateng. Ternyata Cheol yang keluar mobil, lah terus gue ikutin lah sama Chanhee. Gila, bener dong tu orang udah nangkring duduk depan kelas kita."
Jeonghan tertunduk berfikir, sudah ia tebak bagaimanapun caranya sang kekasih pasti berusaha menemuinya hari ini. Pagi ini saja 50 pesan lebih sudah dikirim Seungcheol padanya.
"Tapi Han, muka Cheol lesu bener. Pokoknya kaya orang ga makan sama tidur dari kemaren, matanya juga benjol kaya abis nangis." sambung Doyoung.
Chanhee menepuk bahu Doyoung kencang dan di jawab aduhan. "Sumpah cape banget temenan sama lo. Napa lo kasi tau dodol?! Kalo Jeonghannya luluh lagi gimana!"
Doyoung tak melawan, kali ini ia kebodohan mulut embernya. Ah padahal susah sekali menyadarkan Jeonghan kalau hubungannya dengan Choi Seungcheol tak sehat. Semoga saja kewarasan Jeonghan masih terus bertahan kali ini.
"Eh Han, maksud gue, anu... itu-"
Jeonghan tertawa kecil, ia tau apa yang ditakutkan dua orang ini, "Santai kali, gue beneran sadar kok kali ini. Cuman butuh waktu aja ngomong sama Seungcheolnya."
"Bener ya, awas aja lo kalo boong gue getok ntar." jawab Chanhee. Kepalanya mendusel ke Jeonghan dan matanya ditutup. Biarlah dia bersantai sebentar, toh mereka sudah ijin akan telat, apalagi yang bisa dilakukan sekarang.
*****
Jisoo keluar apartemen paling terakhir karena kelasnya dimulai siang. Kunci mobil ditangannya diayun-ayun, siap turun ke basement.
"Bentar tungguin!"
Saat pintu lift terbuka ada sebuah suara familier datang dari arah belakang. Seorang pemuda jangkung memakai jaket dengan terburu-buru berlari ke arah Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ęccedentesiast
Fanfiction[ Jeongharem / Jeonghan centric ] "Berhenti memberiku label dengan kata sempurna!" -Jeonghan ⚠️ Warning BxB ‼️