Sudah Lengkap

186 24 5
                                    

Minghao menatap malas melihat gerombolan beberapa mahasiswa di ujung lorong. Gerombolan mahasiswa itu sebenarnya adalah orang sekelasnya. Sayangnya hubungannya dalam hal pertemanan tidak mendapat peruntungan.

"Eh, eh, mau kemana nih putri kita." ujar seorang perempuan bernama Clara, dari ujung kepala sampai kaki yang dikenakannya adalah barang bermerek. Gadis ini berjalan didepan Minghao menghalangi jalannya.

"Iyanih cepet amat jalannya."

"Lagi dikejar setan kali ya guys."

Itu Bella dan Sofi, kalau Minghao menyebut mereka adalah para dayang Clara.

"Minggir, jangan sok kenal."

Mereka pasti sengaja menunggunya disini. Minghao memang suka lewat jalan memutar yang sepi dan jarang di lewati, biar ga ketemu banyak orang alasannya

Clara mendorong bahu Minghao cukup keras sampai membuat lelaki itu mundur. Dua dayangnya sudah berjaga di belakang. Mereka memang senang sekali mencari masalah dengannya. Yah walaupun memang Minghao duluan yang memulai dulu, tapi bukan tanpa alasan, ia kesal sekali melihat kawanan rubah berwujud manusia ini.

"Gue ga punya urusan sama lo ya Ra. Jadi minggir sebelum gue main kasar." 

Clara dan yang lain tertawa mendengar ucapan Minghao, "Duh jangan galak-galak dong. Ini nih yang buat anak-anak pada males sama lo. Gue udah baik loh mau jadi temen lo dengan sukarela."

Minghao mendorong Clara kesamping dan berjalan melaluinya. Bagaimanapun ia adalah seorang laki-laki, tenaganya lebih besar dari gadis-gadis ini.

Tapi memang dasar gadis-gadis itu tak pernah puas menganggu Minghao, ia menarik tas Minghao keras dan membuat isi di dalamnya tumpah. "Ups maaf ga sengaja, lo sih jalan ga liat-liat, tas lo nyantol nih di tangan gue."

Belum sampai di situ, buku Minghao yang terjatuh di depan kaki Bella juga ditendang jauh. Minghao tidak melawan, ia masih memiliki harga diri sebagai laki-laki untuk tidak menyakiti wanita. 

"Heh, ngapain lo pada!"

Suara seorang laki-laki membuat Clara dan gengnya panik. Reputasinya bisa rusak jika ketahuan menganggu Minghao. Dengan tergesa mereka berlari menjauh.

"Lo gapapa dek?" lelaki itu menghampiri Minghao dan membantunya mengambil barang.

"Gapapa kak, makasih."

"Dasar masih ada aja modelan mahasiswa kaya gitu jaman sekarang," setelah mengambil benda terakhir si lelaki menyerahkan barang di tangannya pada Minghao. "Eh, lo bukannya anak teater ya?"

Minghao tersenyum tipis, kepalanya sudah pusing ingin cepat-cepat menenangkan diri. "Iya, gue permisi dulu ya kak Jun."

"Bentar, nama lo siapa ya? Gue lupa." Jun masih menahan Minghao.

"Nama gue Minghao."

"Oh iya partner nulisnya Jeonghan! Minghao besok-besok kalo pergi bareng temen ya, soalnya anak kaya gitu biasanya dateng gangguin lo terus kalo lagi sendiri."

Minghao hanya mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Jun sendiri. Teman katanya? Mana ada yang seperti itu, ada sih beberapa di klub. Makannya Minghao sangat senang karena disana ia menemukan satu-satunya alasan untuk tetap berangkat di kampus.

"Buset judes banget, padahal manis bocahnya."

*****

Soonyoung hari ini memilih tidak masuk kuliah, bolos karena malas membuat surat ijin. Di jurusannya bolos sudah jadi kegiatan umum, yang penting tugas terkumpul dan ujian bisa lulus. Ia berbaring di sofa depan memainkan ponsel, menunggu kakaknya yang tertidur pulas di kamar karena demam. 

ĘccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang