2

1.5K 164 6
                                    

Freen baru saja selesai melakukan gym bersama dengan anggota Skyver lainnya di ruang gym yang ada di penthouse yang mereka tinggali.

Anggota Skyver dan beberapa staf memang tinggal di penthouse yang sama untuk menunjang pekerjaan mereka, pun penthouse itu sudah dilengkapi dengan semua yang mereka butuhkan yang berhubungan dengan pekerjaan termasuk studio rekaman serta kantor management mereka.

Menyeka lehernya yang berkeringat dengan handuk kecil, Freen membuka ponselnya berharap kekasihnya sudah memberi kabar jika dia telah mendarat di Paris dengan selamat.

Namun ternyata belum ada notifikasi yang dia tunggu tapi notifikasi itu malah muncul dari second akun miliknya yang sengaja dia buat untuk memantau sang kekasih melalui fansclubnya.

Membuka notifikasi dari akun fansclub Becky yang dia ikuti mata Freen melotot melihat kekasihnya yang menangis karena ulah fans wanita yang memaksa ingin menyentuhnya.

Freen terus men-scroll video-video yang di upload tentang kejadian itu membuat Freen tidak sadar meremas ponselnya.
Rasa cemas yang menguasai dirinya membuat Freen seperti kehilangan kontrol dirinya. Freen terus mondar mandir sembari menggigit bibirnya dengan gelisah.

Rasanya dia ingin menyusul Becky tapi jarak mereka tidak bisa ditempuh dalam waktu satu jam.

"Ada apa Freen?" teman satu band-nya yang bernama Eleanor mendekat yang tadinya memang berniat ingin menyusul Freen.

Gadis itu berhenti sebentar kemudian kembali mondar-mandir dengan tampang bingung.

"Freen?"

Eleanor menduga pasti ada hubungannya dengan Becky karena dia sudah terlalu hapal, Freen akan bersikap seperti itu jika menyangkut Becky.

"Kalian bertengkar lagi?" tebaknya.

Freen menggeleng tapi dia mengangsurkan ponselnya kepada Eleanor yang sudah menayangkan video tadi.

"Aku harus menyusulnya, dia pasti ketakutan. Becky membutuhkanku," racaunya.

"Hei dengar, Becky tidak sendirian. Ada banyak orang yang menemaninya dan menenangkannya."

Eleanor berniat menenangkan namun justru pelototan marah yang dia dapatkan dari Freen.

"Aku kekasihnya, aku seharusnya yang ada disana. Dia pasti ketakutan sekarang. Dia membutuhkanku. Sial. Aku harus kesana."

"Ok, kamu menyusul tapi besok kamu baru bisa menemuinya itupun jika tidak bertabrakan dengan jadwalnya."

Tersadar dengan fakta itu, tubuh Freen langsung merosot, mendadak tulang-tulangnya menjadi lemas seperti tisu yang terkena air. Eleanor bahkan sampai harus menahan tubuh Freen agar tidak terjatuh ke lantai dengan keras.

"Hiks.."

Tidak ada yang bisa Eleanor lakukan selain mengusap-usap pungung temannya ini. Dalam band, terkadang Eleanor bertindak sebagai kakak Dan juga ibu untuk ketiga temannya yang lebih muda darinya. Sifatnya yang kalem dan tenang membuat semua orang nyaman untuk berbagi cerita kepadanya.

Eleanor sendiri juga sudah snagat hapal dengan tabiat ketiga temannya yang lain termasuk Freen.
Freen memang akan berubah menjadi cengeng jika sudah menyangkut Becky.

Dia tahu hubungan temannya ini tidak pernah berjalan dengan mudah, terkadang jika mereka memiliki masalah itu akan mempengaruhi moodnya sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan mereka namun semua juga tahu Freen adalah sosok yang professional dan tidak pernah mengeluh.

Freen menghentikan tangisannya dengan tiba-tiba lalu mengambil ponselnya yang masih dipegang Eleanor.
Dengan rusuh jemarinya mencari kontak sang kekasih. Dia mencoba menghubungi sang kekasih melalui media sosial apa saja yang sekiranya bisa terhubung dengannya. Namun sayang sekali tidak ada jawaban darinya. Nomornya bahkan tidak aktif.
Freen menyesal karena dia tidak memiliki nomor asisten kekasihnya. Seharusnya dia menyimpannya jika terjadi hal-hal seperti ini.
***

More than thisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang