"Siapa yang berlayar pergi?"
- Gaby Lianna Gendhis -***
Sinar matahari menerobos jendela kamar Gaby, ia menutup kedua matanya menggunakan selimut karena dirinya merasa silau.
Gaby menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari jam digital nya. Gaby terbelalak melihat jam digital tersebut.
"Jam 6.27?!" Gaby sedikit berteriak. Untung saja Papanya tidak pulang dari kemarin, dan ia lolos dari hajaran papanya.
Pukul 6.56 Gaby sudah sampai di sekolah. Dirinya sengaja tidak sarapan dengan alasan 'diet'. Padahal Diet itu memakan makanan sehat, bukan mengurangi porsi makan, kan?
Gaby menaruh tasnya di kursi. Ia memilih untuk bermain hp saja, karena memang teman-temannya memilih untuk menjauh darinya.
"Lihat, si keluarga berantakan lagi duduk sendirian" bisik oknum tidak dikenal. Tentu saja Gaby yang mendengar itu sehari-hari merasa terusik. Bagaimana caranya untuk pindah? Papanya saja selalu mengekang Gaby untuk melakukan segalanya.
"Ck, culun bodoh. Muak gue liat muka dia" Lagi-lagi, terdengar suara oknum tidak dikenal mengolok-oloknya lagi.
Terlalu lemah jika Gaby menangis sekarang. Lukanya harus ia obati sendiri, tutupi serapat mungkin. Dia bukan pecundang. Gaby, wanita hebat.
Gaby memilih untuk keluar dari kelasnya. Ia memilih untuk duduk di luaran kelas. Namun, tak terlalu jauh dari kelasnya.
Seorang laki-laki duduk di samping Gaby. Lelaki itu menyapa Gaby dengan sapaan halusnya. Suaranya mirip seperti orang yang Gaby temui tempo hari.
"Halo, Gaby." Ucap laki-laki itu. Gaby hanya menolehkan mukanya menghadap lelaki itu.
"Oh, Samu? Kamu sekolah disini juga?" Tanya Gaby. Langit hanya mengangguk. Gaby mengerutkan keningnya.
"Kok aku nggak pernah lihat kamu di sekolah?" Tanya Gaby, Langit hanya tertawa kecil.
"Aku kakak kelas kamu, aku udah kelas 12. Kamu kelas 11 kan?" Tanya Langit. Gaby hanya mengangguk kecil sebagai tanda menyetujui.
"Kita kan masuknya itu jam 8, jadi, kamu boleh cerita sama aku sekarang." Ucap Langit. Gaby hanya mengangguk kecil.
"Aku dibully sama temen temen seangkatan aku, mereka bilang aku bodoh, culun, si keluarga berantakan, cengeng. Intinya figur aku dimata mereka itu selalu jelek. Aku cape diginiin, Kak Samu. Aku sebagai manusia juga punya batas kesabaran kak. Aku capek. Aku nggak betah kak, aku...." Gaby tercekat disaat ia ingin melanjutkan kata kata terakhirnya. Gaby terisak dengan posisi menunduk dan menggenggam kedua tangannya.
Langit yang tak tega pun segera memeluk Gaby ke dalam dekapan hangatnya. "Aku tau kamu kuat, Gaby. Aku harap kamu bisa survive sampai ujung. Aku tau rasanya di posisi kamu. Sakit ya? Tahan sebentar, dua tahun lagi kamu lulus. Kalau ada yang jahatin kamu, jangan sungkan buat bales. Harga diri kamu nggak serendah itu. Kamu itu cewe kuat. Kalau kamu nggak berani sama mereka, panggil aku. Jangan sungkan, Gaby, I'm always behind you. I will help you all. Don't be afraid, I'm here for you. Apapun yang mau kamu lakuin, silahkan. Asal kamu nggak merugikan orang lain, ya?" Ucap Langit panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit : the sky returns to the sky
Ficção AdolescenteWiiiuuu Wiiiuuu Wiiiuuu "LANGIT! SAYANG!" Pekik Gaby dengan memandangi Langit yang terbaring di dalam ruangan serba putih, terdapat beberapa alat alat medis yang diletakkan didalam ruangan itu. Hancur, lenyap dunianya. Langit telah hilang. "Langit...