بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]***
"Jazakallah khoyr, Ustaz." Abhian kini keluar dari ruang pengurus untuk menuju kelasnya sendiri. Saat hendak belok, tak sengaja Abhian terkejut saat ingin menabrak seseorang. "Astaghfirullah." Abhian langsung menundukkan kepala saat mengetahui bahwa yang ingin ditabraknya adalah seorang perempuan.
"A-afwan, ana mencari Ima... apa ada di dalam?"
Perempuan itu adalah Izara, Abhian sedikit menggeleng pelan dengan sedikit menunduk. "Laa, Ning. Saya lihat sejak siang Gus Raden ada di ruang aula. Beliau sedang bertalaqqi kitab dengan syaikhnya. Ada Kiai juga di sana."
"Oh, lagi ada tamu. Na'am, syukran Akhi. Assalamu'alaikum." Izara dengan menundukkan kepala pergi dari hadapan Abhian dengan cepat, hingga membuat Abhian sedikit menoleh sekilas, tapi dikejutkan dengan Zayndra yang muncul secara tiba-tiba di belakangnya.
"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh," jawab Zayndra, yang membuat Abhian beristighfar dengan kehadirannya.
"Astaghfirullah."
"La hawla wala quwwata," sambung Zayndra, dengan wajah polosnya.
"Sejak kapan berdiri di sini?" tanya Abhian yang entah kenapa tanpa sebab ia merasa panik dan takut.
Zayndra mengangkat kedua bahunya. "Laa adri (tidak tahu), mungkin ini petunjuk dari Allah, saya disuruh keluar cepat supaya bisa menemani non mahrom yang sedang berduaan. Agar saya jadi ketiga. Astaghfirullah, saya bukan setan ya Rabb... saya bukan yang ketiga, tapi saya di sini supaya setan tidak menjadi ketiganya. Tapi... cie-cie... antum deket banget sama putrinya Yai."
Pada akhirnya, Zayndra berujung menggoda.
Abhian membulatkan matanya saat Zayndra tiba-tiba berpikir sampai sana. "La (bukan), bisa bedakan antara dekat dan tak sengaja bertemu?"
Zayndra memalingkan wajah dan masih tetap pada pendirian. "Biasanya yang sering gak sengaja ketemu itu jodoh, sih."
"Itu biasanya, tapi saya luar biasa." Abhian berkata kilat. "Lagi pun siapa yang sering bertemu? Kenapa jadi bahas jodoh? Pikirkan tugasmu yang harus kamu setorkan kepada Ustaz." Abhian melangkahkan kakinga pergi meninggalkan Zayndra.
"Eh--- ah, Bang Bhian, mah. Tunggu dong, jangan cepat jalannya."
Dibalik Abhian yang berusaha melangkah cepat menghindari Zayndra, diam-diam Abhian membatin dalam hatinya. "Tapi... kenapa tiba-tiba cara tundukan kepalanya terbayang-bayang? Ah, Bhian, kamu terlalu muda untuk memikirkan apa cinta itu. Ayo, fokuskan perbaiki diri untuk akhiratmu, baru selesainya bisa memantaskan diri antara kematian atau menikah. Jika jodohmu, dia tak akan pergi. Suatu hari nanti, kita tunggu waktu itu."
***
Imama kini menutup Alqur'annya dan bergeming sesaat, yang tak lama kepalanya ia toleh ke arah Izara yang tengah duduk di anak tangga sembari menatap buku catatan milik Imama. "Sudah lama di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZMA ; UNIVERSE
Fiction générale[Prequel IMAMA AL-HAFIDZH versi Novel.] Menceritakan tentang sekelompok pemuda yang terdiri dari lima anggota, yang dipertemukan melalui sebuah pondok pesantren bernamakan Al-Hafizma. Awal mula berkenalan lalu berteman, tak lama bersahabat kemudian...