My Panda
.
.
.
.
.
.
Ini musim semi. Pagi mengejar siang seperti ini adalah tepat dimana embun-embun yang bermain didedaunan mulai mengering bersama hembusan angin segar. Hutan di daratan China ini adalah salah satu tempat yang tepat untuk menghirup sedalam-dalamnya musim semi yang datang. Jarang sekali pada musim semi seperti ini penduduk asli datang ke hutan untuk mencari sesuatu yang bisa mereka manfaatkan. Di musim semi mereka lebih suka bercocok tanam di desa yang cukup jauh. Mereka lebih memilih untuk mempersiapkan kebutuhan untuk musim mendatang.
Hutan China ini hanya di huni oleh dua pria yang bekerja sebagai salah satu peneliti di pusat Thailand. Mereka berdua sudah hampir 4 tahun lamanya tinggal di pedalaman hutan ini untuk melakukan penelitian dan observasi di hutan ini.
Sebagai salah satu utusan dari pusat penelitian terkemuka di Thailand, dua pemuda ini memiliki fasilitas yang cukup memadai. Memiliki rumah, lab, gudang, kebun dan juga kendaraan berupa sepeda motor yang dapat digunakan untuk ke desa yang jauh guna membeli keperluan yang lain.
Pemuda yang pertama bernama Net siraphop, pemuda asli China ini saat High Schoolnya menerima beasiswa study di Thailand hingga ia kuliah. Pemuda satu lagi bernama Zee Pruk, pemuda asli Thailand, yang memiliki kepintaran di atas rata-rata dan mampu menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dua tahun dari seharusnya. Untuk itulah mereka disini sebagai salah satu peneliti kepercayaan dari perusahaan yang memperkerjakan mereka disini sebagai study banding antara perkembangan hutan China dan Thailand yang bentuk cuaca dan temperaturnya hampir memiliki kesamaan.
Net mendahului langkahnya dari pada Zee. Dengan sepatu boots karetnya mereka menjelajahi sisi hutan di bagian barat. Sebuah papan tulis kecil di tangan keduanya menjadi pusat saat jemari mereka mencoret-coretkan sesuatu di atas kertas putih yang sudah berbentuk kolom panjang dan lebar. Memberikan coretan pasti dan akurat disana.
"Zee, aku akan ke haluan kiri, mengecek fauna yang berada disana"
"Baiklah aku akan mengecek di bukit tinggi kanan. Apa sebaiknya aku memberi keterangan untuk tumbuhannya?"
"Kurasa tidak perlu Zee, ekosistem disini tidak rusak karena hal-hal yang di lakukan manusia, jadi aku rasa di musim semi ini tidak ada perubahan mengenai flora yang berada di hutan ini"
Net sudah menghilang di balik tingginya pohon dan juga rimbunnya dedaunan hutan ini. Walaupun jalan setapak yang mereka buat masih bisa di lalui, tapi Zee cukup kesulitan menaiki bukit yang cukup tinggi. Jalanan yang sedikit licin dikarenakan embun dan juga keberadaan semak yang tinggi.
"Ngggggg~~~~~" Zee menghentikan langkahnya yang berisik karena gesekan semak. Ia mendengar di balik rimbunnya bambu tinggi itu terdengar suara seperti binatang merintih sedih. Setelah memastikan keadaan aman, Zee semakin mendekat ke arah rimbunan pohon bambu hijau tersebut. Zee menyadari bahwa ada seekor anak panda berumur sekitar 1 tahun sedang berupaya memanjat di sela-sela ruas bambu besar. Kaki dan tangannya yang tertutup bulu itu berusaha memanjat ke atas mencapai dedaunan dan juga dahan muda bambu yang tinggi tersebut. Saat setengah jalan, panda itu kemudian jatuh dan berguling di rerumputan tebal dan tinggi di sekitar bambu. Ia menggelinding ke arah Zee. Tepat saat kepala sang panda sampai di kaki Zee, mata Zee dan mata hitam panda itu bertemu. Mata jernih sendu dan juga mata coklat yang bersinar. Dua pasang mata yang berbeda itu saling menangkap sosok mereka lebih jauh.