UNFAITHFUL
tempat yang penuh dengan banyak orang. Wanita dengan pakaian serba minim dan juga lelaki yang sepertinya masih memakai jas dan juga kemeja, karna kebanyakan pengunjung pub ini adalah pengusaha ataupun petinggi di Negeri ini.
Seperti seorang lelaki yang sedang duduk dengan dikelilingi tiga wanita disekitarnya. Zee pruk, dengan kemeja biru muda yang ia pakai dan jas yang ia taruh sembarang di tempat duduknya, lelaki itu sedari tadi terus melakukan sentuhan-sentuhan intim kepada wanita penghiburnya tanpa memperdulikan sekelilingnya, karna memang bukan hanya dia saja yang seperti itu.
Zee memang bukan orang terkenal dan orang terkaya di Thailand. Namun namanya juga tidak bisa dianggap remeh dikalangan pengusaha kontraktor. Uangnya memang tidak sebanyak Raja Thailand, tapi uangnya cukup banyak untuk ia sisihkan di pub ini sehabis pulang kantor.
"Zee!"
Zee merasa ada seseorang yang memanggilnya ditengah riuhnya musik, dengan sedikit menyipitkan matanya, Zee dapat menangkap bahwa sahabatnya yang berada ditengah lantai dansa sedang melambaikan tangan kepadanya.
"Kemari!"
Zee mengacungkan jempol tanda ia setuju. Dengan gerakan pelan dan juga tentunya sensual, Zee melepaskan jemari-jemari wanita yang sedari tadi bertengger di selangkangannya dan dadanya. "Maafkan aku, sahabatku memanggil. Ini uang untuk kalian dan terima kasih walau kita tidak sampai di ranjang seperti kemarin-kemarin."
Setelah memberi puluhan lembar Bath, Zee berjalan menuju sang sahabat, Net shiraphop.
"Apa enaknya ke sini kalau hanya menggerayangi wanita-wanita itu? Kita juga harus menari, Zee!" ucap Net dengan sedikit meninggikan nadanya.
Zee tertawa pelan, dia selalu bangga dengan sahabat yang sudah ia kenal semenjak di SMA ini, bangga karna Net selalu tahu tentang 'mencari kesenangan'.
Dan sebaiknya, kita tinggalkan dua lelaki ini yang sudah menyatu dengan gerakan-gerakan di lantai dansa. Tidak perlu waktu lama bagi mereka menunggu wanita-wanita kembali datang untuk mendekati mereka. Karna pesona dan charisma yang mereka pancarkan, tidak bisa disepelekan.
.
.
Sudah pukul setengah 3 Pagi saat Zee mencoba mengerjapkan kedua matanya, mencoba mencari kesadaran setelah mabuk berat dan kegiatan foursome yang ia lakukan tadi. Diliriknya sang wanita yang sedang memeluk pinggangnya berat, Zee tidak mengenalnya, karna memang Zee tidak mau terlibat banyak. Matanya juga menangkap Net dan Partnernya yang tergeletak disampingnya. Untung ranjang di hotel ini berukuran sangat besar, kalau tidak, kondisi mereka tidaklah berbeda dengan keadaan dikereta saat jam pulang kerja.
Zee mencoba menjauhkan tangan wanita itu dengan pelan, mencoba menjangkau handphonenya yang ada di meja nakas.
"Setengah 3? Ya Tuhan..."
Zee berdiri walau kepalanya sangat pening, memungut pakaian dan memakainya dengan asal. Kini Zee sudah siap keluar hotel setelah mencuci muka seadanya dan menaruh uang di meja.
"Zee? Kau mau pulang?"
Langkah Zee terhenti saat suara parau Net memanggilnya.
"Tentu, aku harus pulang." Jawab Zee, "lanjutkan tidurmu, karna sepertinya beberapa jam lagi kau harus threesome. Ah, aku menyesal tidak bisa ikut."
Net terkekeh kecil karna dia tidak menemukan nada penyesalan sedikitpun dikalimat Zee. "Aku lupa kalau ada orang yang menunggumu. Aku iri karna tidak ada orang yang menungguku, Hahaha."