10. Tetangga

124 14 1
                                    

[Part 11 sampai tamat sudah bisa kalian baca duluan di Karyakarsa kataromchick 🥰. Happy reading semuanya ❤️.]

Letizia keluar setelah Sebasta pergi lebih dulu. Pria itu semakin terasa jauh karena begitu istrinya menghubungi, Sebasta tidak menunda waktunya sama sekali. Terlihat sekali prioritas Sebasta berubah.

"Hanya sekali ketauan, dia langsung ketakutan. Perempuan itu pasti memiliki sesuatu sampai Basta nggak berani berkutik," gumam Letizia yang berusaha membenarkan shoulder bag nya dengan suasana hati yang kacau.

Dia lebih dulu mencari kunci mobil sebelum berada di basement. Dia paling malas jika harus berlama-lama di basement hanya karena kelamaan menemukan kunci mobilnya di dalam tas.

"Eh!" seru Letizia yang ditabrak dari samping oleh seseorang.

"Maaf-maaf saya tidak sengaja. Saya buru-buru, maaf sudah membuat tas kamu jatuh."

Letizia berhadapan dengan seorang pria yang mengaku tidak sengaja menabraknya.

"Lain kali harusnya bisa lebih hati-hati, Mas."

Letizia menunduk untuk membereskan isi tasnya, tapi pria yang menabraknya lebih dulu membantu.

"Saya minta maaf sekali lagi. Kalau ada suatu kerugian, kamu bisa mengetuk unit saya. Tepat di sebelah unit kamu. Saya nggak keberatan untuk dimintai pertanggung jawaban."

Segera Letizia menggelengkan kepala. Dia mau tak mau menatap pria itu kembali. Kedipan pertama dia tidak begitu menyadari sesuatu, tapi setelah beberapa saat dia merasa seperti tak asing dengan wajah pria itu.

"Ini, kunci mobil kamu."

Letizia menerimanya dalam keadaan masih terus mengamati pria tersebut.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Letizia.

Pria itu tidak langsung menjawab. "Harusnya, sih, iya. Kita tetangga. Saya pernah lihat kamu dan pasangan kamu keluar dari unit ini. Tapi rasanya kita tidak pernah saling menyapa dengan benar. Jadi, saya tidak tahu jawaban tepatnya."

Letizia berniat menyampaikan pertanyaan lain, tapi pria itu sudah lebih dulu memutus pembicaraan mereka. "Maaf, saya harus segera masuk dan bersih-bersih. Saya ada janji setelah ini. Saya permisi, sekali lagi saya minta maaf. Selamat malam, neighbor."

Letizia termenung sendiri. Dia merasa mengenali pria itu, tapi bukan berdasarkan pertemuan di apartemen. Namun, dimana mereka bertemu? Rasanya asing sekaligus tidak. Pria itu membuat Letizia bertanya-tanya, tapi tidak memusingkannya terlalu lama. Sebab pusat yang memusingkan Letizia adalah Sebasta yang harus kembali mengukuhkan atensi pada Letizia kembali. Akan aku lakukan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian Basta sepenuhnya kembali.

***

"El? Elira? Apa yang terjadi? Kamu kenapa—"

Elira mendengar suaminya tercekat sendiri karena melihat kehadiran orangtua pria itu. Ya, Sebasta tidak sebegitu dekatnya dengan orangtuanya. Elira tidak tahu apa alasan sebenarnya, tapi mengingat reaksi kedua mertuanya yang tegang saat Elira menghubungi Sebasta tadi dan makan malam mendadak ini agaknya membuat Elira semakin penasaran. Sebelumnya Elira tidak pernah menggali lebih dalam mengenai apa yang terjadi pada Sebasta dan orangtuanya, tapi karena dia mendapati sang suami bersama wanita lain, Elira melancarkan ide yang nekat.

"I'm okay, Mas. Aku hanya pengen makan malam sama-sama. Beberapa hari kemarin kamu mengumumkan ke ibu kalo aku hamil, dan hari ini bukankah kamu juga harus mengumumkan itu juga ke mama dan papa?"

Jika Elira tidak tahu mengenai kehamilannya, dia tidak akan berani bertindak sejauh ini. Tindakannya ini untuk membuat Sebasta semakin tak berkutik saja. Sekaligus untuk melihat apa suaminya memprioritaskan dirinya atau wanita yang disebut sebagai atasan oleh Sebasta itu. Elira tidak bodoh, suaminya pasti bersama atasannya ketika dia menelepon. Sebab Sebasta terdengar gugup. Ingat, ya. Seorang istri sangat mengetahui hal sekecil apa pun mengenai suaminya. Ketika suami berbohong, suami ketakutan, suami cemas, suami tertekan, suami tak nyaman, apa pun itu, seorang istri lebih dari peka untuk menghafal ciri-cirinya.

DUSTA DIBALIK HUJAN / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang