15. Adiktif

65 12 0
                                    

[Akses baca duluan bisa kalian dapatkan di Karyakarsa kataromchick, ya. Happy reading semuanya.]

Elira harus mengakui bahwa suaminya memiliki kemampuan yang tidak bisa dikatakan buruk untuk persoalan percintaan mereka di atas ranjang. Elira selalu suka dengan perlakuan pria itu yang tidak sepenuhnya mendominasi, tapi juga tidak menjadi pria yang pasif. Sebasta adalah satu-satunya pria yang bisa Elira jadikan tolak ukur atas performa seorang pria. Elira adalah tipe perempuan yang menjaga apa yang dimilikinya dengan penuh kekuatan. Khususnya keperawanannya.

Tidak harus menjadi orang Jakarta atau orang daerah lain untuk memiliki prinsip mengenai menjaga keperawanan sebelum menikah. Semuanya kembali pada masing-masing pribadi. Banyak teman-teman Elira yang sudah melepaskan keperawanan mereka sejak duduk di bangku SMA. Berbekal rasa cinta dan penasaran pada pacar mereka. Lalu, ketika dia berbaur di Jakarta dan menemukan kolega di kantor yang belum menikah dan terlihat memiliki hubungan tidak biasa dengan para pria yang menjemput mereka, ada prinsip baru yang Elira ketahui dari mereka. Prinsip yang dikatakan bahwa keperawanan hanya hal yang akan dengan mudahnya hilang. Mereka berkata, bahwa tidak selalu harus menjadi nakal untuk kehilangan keperawanan. Bahkan sesepele jatuh dari sepeda juga bisa menghilangkan keperawanan mereka. Itu hanya sekadar selaput dara saja.

Ada juga yang mengatakan, mengapa kita sebagai perempuan harus yang menjadi pihak yang menjaga kesucian? Sedangkan mungkin saja suami kita kelak bukanlah pria yang menjaga kesuciannya. Sayangnya bagi Elira tidak demikian. Dia menjaga dirinya. Tidak peduli bahwa suaminya memiliki pengalaman mengenai seks. Itu urusan masing-masing manusia dengan Tuhannya. Elira tidak memiliki tempat untuk menilai masa lalu seseorang, apalagi suaminya.

Namun, belakangan ini Elira menjadi sangat memikirkan semua itu. Kenapa dia merasa kesal ketika melihat Zia yang sudah jelas memiliki kisah lebih dulu dengan Sebasta? Memikirkan bahwa salah satu pengalaman Sebasta adalah Zia, dan wanita itu masih berada di sekitaran suami Elira itu. Bahkan bukan hanya di kantor Sebasta dan Zia bertemu, tapi juga di apartemen ini. Rasanya sungguh berbeda ketika menjalaninya. Elira berpikir saat masih sendiri bahwa masa lalu pasangannya kelak bukan hal yang harus dipermasalahkan karena memang adanya hanya ada di masa lalu, tidak akan bisa diubah. Namun, saat menjalaninya sendiri ... rasanya sakit dan menyesakkan. Mungkin jika Elira tidak melihat Zia di kehidupan Sebasta yang sekarang efeknya tidak akan seberlebihan ini. Dan yang pasti, jika Sebasta dan Zia tidak memiliki kedekatan tidak biasa, Elira juga tidak akan merasa sekecewa ini.

"Apa yang kamu pikirin?" bisik Sebasta.

Elira tidak mengira bahwa suaminya akan menyadari lamunan tersebut. Dia pikir Sebasta akan sibuk menggerakan tubuhnya saja tanpa menyadari bahwa Elira setengah melamun memikirkan apa saja yang sudah dilakukan Sebasta bersama Zia.

Sebasta tidak menghentikan gerakan pinggulnya, tapi mengurangi intensitas dorongannya. Elira tidak merasa kehilangan, justru semakin bisa merasakan kejantanan pria itu secara teksturnya. Apa yang aku rasain? Pipi Elira bersemu saat kepalanya sudah kembali pada tubuh suaminya.

"El?" Sebasta mengusap kening istrinya yang berkeringat dan mengecup pipinya dengan sayang.

"Aku cuma mikirin kamu," jawab Elira dengan desah napas yang mengiringi.

Sebasta mendorong lebih dalam dengan gerakan perlahan, tapi tidak mengurangi rasa menyenangkan yang Elira rasakan.

"Hah–" Elira terkesiap dengan kejantanan Sebasta yang menemukan g-spot perempuan itu.

Oh, sungguh. Bagaimana para pria bisa melakukannya? Mereka bahkan tidak melihat bagaimana bentuk di dalam organ kewanitaan, tapi mampu membuat kelabakan.

"Apa yang kamu pikirkan tentang aku?"

Sebasta menjilat leher istrinya yang mendongak ke belakang dengan mata terpejam dan erangan yang ditahan tapi tetap tidak bisa menyembunyikannya dari sang suami. Sebasta tersenyum kecil melihat Elira yang sudah kembali pada percintaan mereka. Sebagai pasangan yang sudah banyak menghabiskan banyak waktu bersama dalam hal seintim apa pun, Sebasta bisa merasakan istrinya ketika pikirannya tidak berada di tempat yang sama dengannya. Itulah sebabnya Sebasta mengganggunya dan memberikan gerakan yang lebih membuai sang istri.

DUSTA DIBALIK HUJAN / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang