Elira masih tidak mengerti kenapa Sebasta menggunakan alasan yang tidak kira-kira dustanya kepada Ermina. Mengatakan bahwa Elira sedang hamil dan hanya sedang ngambek hingga pulang ke rumah ibunya itu adalah hal yang semakin memupuk kesakitan.
Berapa lama mereka menikah? Lima tahun? Selama itu pula Sebasta lebih sering menggunakan pengaman. Jika tidak, dia memilih untuk mengeluarkan di luar. Bagaimana bisa Elira hamil jika pria itu sendiri melakukan pencegahan yang sangat ketat? Di awal, Elira mengatakan dia tak mau menunda. Sebasta berkata tak mau buru-buru karena ingin menghabiskan masa pacaran setelah menikah. Saat akhirnya pria itu meminta adanya kontrasepsi, Elira juga menolak, dengan alasan tak mau ke depannya malah kesulitan hamil jika mereka menginginkan kehadiran anak.
Ya, bayangkan saja. Baru menikah sudah diminta KB? Merasakan proses kehamilan satu kali saja belum, Elira malah disuruh memakai kontrasepsi yang kemungkinan besar merusak hormonnya sendiri. Elira memang culun, tapi bukan seorang perempuan bodoh. Dia membalik kata-kata Sebasta, pria modern yang sudah biasa hidup di kota besar, bahwa seharusnya bukan Elira yang sibuk merusak tubuhnya secara perlahan hanya karena keinginan Sebasta untuk tidak memiliki anak dalam waktu yang tidak ditentukan. Elira kokoh dengan pendirian dia ingin memiliki anak. Dia menghargai keinginan Sebasta, tapi tidak akan memaksa keinginan pria itu terjadi dengan mengorbankan rahimnya.
***
Ermina langsung berdecak sebagai peringatan pada putrinya. “Jangan tambah masalah. Kamu kalo nggak mau ngomong sama suamimu, tidur aja. Istirahat. Ibu pergi dulu.”
Di meja makan sederhana itu Elira masih enggan untuk bicara apa pun. Dia membiarkan Sebasta menatapnya. Dia juga membiarkan Sebasta yang terus berusaha bicara. Tidak menggubris adalah pilihan bagus supaya Elira tidak tersedak makanannya. Kapan dia akan bicara dengan Sebasta? Mungkin nanti, saat dirinya sudah lebih dulu mendapatkan jatah tidurnya.
***
“Pemikiran kamu yang kacau itu yang menjadikan semua ini masalah. Aku tau maksud kamu untuk nggak memperumit segalanya. Tapi sikap diam-diam kamu itu, membuat aku akhirnya yang nggak curiga jadi curiga. Membuat aku yang tadinya bisa aja nggak cemburu sama atasanmu kalo kamu cerita, jadi cemburu. Kamu mengecewakan aku, bahkan dengan kebohongan kamu yang harus aku tanggung ke ibu!”
“Aku nggak bohong soal kehamilan kamu. Aku menghitung pembalut kamu yang sekarang ada enam tumpukan. Itu artinya kamu udah nggak datang bulan selama tiga bulan ini. Kemungkinan besar kamu memang hamil, tapi kita yang nggak sadar, El.”
[Silakan mampir langsung ke Karyakarsa 'kataromchick'. Sudah sampai extra part 8. Happy reading.]
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSTA DIBALIK HUJAN / TAMAT
Romansa[CERITA INI TERSEDIA DI KARYAKARSA KATAROMCHICK.] Di bawah guyuran hujan, jawaban telah ditemukan. Dibawah derasnya hujan, wanita itu berdiri mematung di seberang gedung apartemen yang diketahuinya dari seorang kolega. Di bawah basahnya air hujan ya...