VII- Merpati dengan sayap yang patah

8 7 35
                                    

Aeternum adalah sebuah Teater maha megah, di elu-elukan sebagai istana kedua setelah kebijakan kerajaan monarki runtuh di Terebis. Apakah itu akan tetap sama setelah Yuan Hikai terbunuh di istana itu? Tergantung seperti daging oplosan di pasar-pasar dan menunggu di cabik-cabik.

Milian percaya bahwa tali yang menggantung bobot jasad Yuan Hikai tidaklah putus dengan sengaja, melainkan menggunakan teknik lempar kartu seperti yang ia dan Eurosia praktekkan tempo hari.

"Sang Merpati." Milian memulai dan mundur beberapa langkah untuk berdiri sejajar dengan Louise. Ia mengintip wajah Louise dari sisi payung nya. Dunia seperti nya cukup berduka saat menerima jasad Yuan Hikai ke dalam tanah.

Setelah beberapa hari lamanya jasadnya dipertontonkan, akhirnya Yuan Hikai menemui rumah abadinya.

"Sudah menemukan titik terang?" Louise berkata pelan, hati-hati agar tidak secara sengaja menginterupsi Isak tangis keluarga dan pidato Pendeta.

"Tidak juga, hanya secercah cahaya dari daun yang berlubang." Milian mengamati tiap-tiap kerabat keluarga besar Hikai yang turut hadir. Semua keluarga inti hadir tanpa terkecuali.

"Lalu apa konteks 'sang merpati' ini?" Louise berkata dan sedikit menarik lengan Milian untuk mundur beberapa langkah setelah sadar pembicaraan mereka bisa saja didengar atau merusak suasana pemakaman yang khidmat.

"Variabel yang cukup luas. Klu dari 'sang merpati' ini hanya terletak pada jejak kartu yang tertinggal. Bisakah aku mengambil kartu itu?" Milian menatap mata Louise seolah ia tidak menerima pertimbangan apapun.

"Nanti ku kirimkan dan-oh ada Fakta baru." Louise membenarkan baretnya sebelum berdehem kecil. "Kartu itu tidak baru, seperti sudah dua atau tiga hari ada di lipatan lengan mantel Yuan Hikai."

Milian mengusap dagu. "Ia mengenakan mantel yang sama berhari-hari kalau begitu." Milian mengangkat kepala, menatap nisan Yuan Hikai sekali lagi sebelum kembali menatap ujung sepatu nya. "Ternyata ini sudah direncanakan. Bisa saja 'sang merpati' sudah memberi peringatan sebelumnya. Selidiki tentang musuh dan latar belakang semua bisnis Keluarga Hikai termasuk pemasukan dan pengeluaran sejak awal Aeternum berdiri."

Louise mengerjap. "Itu adalah pekerjaan besar. Kenapa kita harus mundur sejauh itu?"

Milian menjentikkan jari. "Karena kasus ini berkaitan dengan masa lalu."

"Masa lalu tidak selalu berhubungan dengan masa depan." Louise menyanggah.

"Masa depan pasti dimulai dari masa lalu." Milian menajamkan matanya, ia sedang tidak dalam kondisi ingin menanggapi setiap sanggahan. "Pokoknya, mulai dari awal Aeternum berdiri sampai saat ini. Termasuk bisnis-bisnis keluarga Hikai yang lainnnya."

"Milian-" Luoise hendak protes.

"Tanpa terkecuali." Milian menegaskan sebelum memberikan payung nya pada Louise dan beranjak pergi.

"Kemana kau pergi? Pemakaman belum selesai."

Milian tetap berjalan dengan tangan di dalam saku."Aku mencari kupu-kupu ku. Bahkan 'sang merpati' itu sendiri tidak berselera menonton pemakaman ini."

*
*
*

Milian melihat sekeliling, ia tidak tahu mengapa ada debaran tidak nyaman di jantung nya saat wanita pesulap gila itu tidak di sisinya. Otaknya hanya bisa diterima Eurosia, tidak ada yang lain, tidak satupun.

Milian mengeluarkan kotak rokok tapi berhenti ketika akhirnya menemukan sosok Eurosia dengan panggung sulap kecil-kecilan nya dan kelompok anak-anak setia yang menonton dengan girang.

"Itu dia." Milian memasukkan kembali kotak rokoknya dalam-dalam dan duduk di belakang anak-anak itu semua, menunggu Eurosia menyadari kehadirannya.

Sesuatu tentang betapa lincahnya jemari Eurosia memainkan kartu selalu saja membuat Milian gelisah dan goyah. Mengapa kecurigaannya sulit sekali memudar.

Death WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang