XVI- Akhir dari sang kupu-kupu

9 4 9
                                    

Solis Orphanage, tiga belas tahun lalu, dua tahun setelah Eurosia memasuki Panti....

"Aku berumur tujuh tahun saat itu, ketika aku sadar, dunia bukan tempat untuk orang-orang seperti kami."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

Eurosia menggerutu, sumbu kesabaran nya menipis, ia membanting bros itu keras-keras ke tangan, menggaruk telapak tangannya yang kemerahan. "Sialan, deterjen macam apa yang mereka beli!"

"Eu, kecilkan suaramu." Seorang bocah laki-laki yang lebih tua dua tahun dari Eurosia menjawab dan memungut Bros lantai Eurosia, gantian mengerjakan bagiannya.

"Dimar hentikan!" Eurosia menarik kerah pemuda bersurai coklat terang itu.

"Nanti kita tidak makan, Euro!" Bocah laki-laki sepantaran lainnya datang sambil berkacak pinggang, mukanya cemong karena asap.

"Memang nya kau sudah mempersiapkan arang, hah Lio?" Eurosia bersedekap, mereka berdua hampir selalu berargumen.

"Sudah-sudah, kalian berdua. Bagaimana jika suster Helen datang, dia akan langsung memukul kita dengan sapu." Perempuan sepantaran menyela mereka berdua sambil mengencangkan celemek nya.

Eurosia dan Lio sama-sama merotasikan bola mata dan Dimar hanya tertawa karena itu.

"Hey Amisa." Eurosia memanggil perempuan itu sambil bersiul karena Amisa sudah mengambil giliran menyapu daun kering.

Amisa menoleh dan mengangkat alis. "Apa?"

"Ada kukis tidak hari ini?" Eurosia menatap dengan mata berbinar.

"Mulai lagi." Dimar terkekeh.

"Kerbau satu ini tidak pernah merasa puas," singgung Lio mencemooh sambil terus membersihkan lumut di tembok.

"Diam kau, kadal," balas Eurosia tajam.

Amisa mengangguk."Aku melihatnya, ada!"

Eurosia langsung menoleh pada Dimar dengan wajah berseri-seri."Dim-"

"Sebaiknya tidak, Eurosia." Dimar langsung menyela dengan nada final.

"Oh ayolah, bung. Kapan lagi ada kukis di panti?" Lio berkata sambil mengangkat alis beberapa kali.

"Baik, merapat semua." Amisa melihat keadaan sebelum menjatuhkan sapunya dan berjongkok untuk mendengar strategi Eurosia.

Dimar berhenti mengorek lantai dan bersedekap."Kalian, kita sudah-"

"Shhh, kecilkan suara mu," kata mereka bertiga kompak yang kontan membuat Dimar menggeleng-geleng putus asa.

"Amisa akan melihat keadaan sekitar, Lio kau akan membukakan jendela untuk ku dan Dimar!" Eurosia menoleh pada Dimar.

Dimar menunjuk dirinya sendiri. "Aku akan mengalihkan perhatian suster Helen."

Eurosia memberikan dua jempol. "Itu dia!" Eurosia menjulurkan tangannya. "Operasi kukis jilid lima."

Death WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang