Gawainya terus berbunyi begitu dia mendarat di Bandara El Tari Kupang. Itu dari Linera. Akhirnya Mahesa menjawab panggilan telepon yang makin lama makin mengganggu telinganya itu walaupun dia sebenarnya enggan untuk menerimanya. Bukan apa-apa, saat ini semua telepon yang dia terima yang berasal dari orang di sekeliling Gani dan Satria sedang sangat dia hindari.
Mahesa juga meyakini bahwa telepon dari Linera pasti tidak akan jauh-jauh dari topik seputar pernikahan Gani yang sudah kian mendekati hari H. Topik pembicaraan yang paling Mahesa benci saat ini.
“Iya, Lin?”
“Sa, lo masih di NTT, kan? Belum balik jakarta, kan?”
Alis Mahesa terangkat sebelah. Jika sudah tahu dirinya berada di NTT, kenapa Linera harus bertanya lagi dirinya sedang berada di mana? Aneh.
“Gue masih di Kupang, sih. Rencana mau ke Bajo. Nih, lagi transit.”
“Kupang sama Sumba deketan, dong?”
“Masih satu provinsi, sih, tapi nggak bisa dibilang dekat juga.” Mahesa mengernyitkan alis coba membaca maksud dari ucapan Linera.
“Yang penting masih satu provinsi, berarti dekat itu. Kalau gitu lo bisa bantuin gue, kan, Sa?”
“Bantu apa?” Mahesa agak ragu menawarkan bantuan pada Linera karena dalam pikirannya, Linera pasti akan meminta sesuatu hal yang tak penting seperti nitip oleh-oleh misalnya. Salah satu hal yang membuat Mahesa malas saat ada teman atau keluarganya yang tahu bahwa dia sedang berada di luar kota.
Bukan apa-apa, dia pergi untuk bekerja dan harus fokus serta konsentrasi pada pekerjaan agar klien yang menggunakan jasanya merasa puas, dan lagi Mahesa bukan tipe orang yang senang berbelanja. Jadi jika seandainya bantuan yang Linera maksud itu adalah oleh-oleh atau hal yang kurang penting lainnya, Mahesa akan langsung menolak saat itu juga. Apalagi jika harus berbelanja ke Sumba, jelas Mahesa tidak akan menyanggupinya. Seperti yang dia katakan tadi Kupang dan Sumba memang masih masuk wilayah NTT, tapi kedua pulau itu dipisahkan oleh laut Flores yang luas. Jadi untuk bisa sampai ke Pulau Sumba, Mahesa harus naik pesawat terlebih dahulu dan menyeberangi pulau untuk mencapainya. Mahesa jelas akan sangat amat menentang keras membantu Linera kali ini.
“Bisa bantu cari Gani nggak di Sumba?”
Begitu mendengar nama gadis itu disebut oleh Linera membuat mata Mahesa seketika menyipit dan telinganya langsung terfokus pada apa yang dijabarkan Linera.
“Maksudnya gimana?”
“Gue takut dia kenapa-napa di sana. Gue khawatir, nih, udah berhari-hari dia susah dihubungi. Handphone-nya mati udah dari empat hari lalu.”
“Lin, gue masih nggak ngerti. Lo bisa jelasin pelan-pelan nggak, Gani kenapa? Kok, sampai harus dicari di Sumba?”
Linera lalu menceritakan secara runut, tapi singkat peristiwa apa saja yang terjadi di Jakarta yang tak diketahui olehnya selama Mahesa masih bersemedi di Basira dalam rangka menyembuhkan patah hati atas penolakan Gani, juga karena gadis itu akan segera dipersunting Satria.
Mahesa mendengarkan dengan saksama apa yang Linera ceritakan soal penyakit yang Gani derita serta kabar batalnya rencana pernikahan yang diputuskan secara sepihak oleh Tante Salma, juga penjelasan bahwa semua ini terpaksa dilakukan karena Tante Salma tidak setuju kalau Satria menikahi gadis yang divonis akan sulit memiliki keturunan nantinya. Semua penjelasan dan alasan itu membuat mental Gani drop dan memutuskan pergi menyepi semata untuk menenangkan diri dari hal yang menimpanya.
Gani sengaja belum memberi tahu keluarga tentang masalah ini. Dia tidak mau menambah beban pikiran Ibu dan Dewa jika sampai mengetahui masalahnya. Baik itu masalah tentang kesehatan organ reproduksinya yang tidak baik-baik saja juga masalah pembatalan pernikahan secara mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love to Her (Sekuel A Love to Him)
RomanceSegala hal tentang lelaki bernama Mahesa Barata selalu berhasil membuat kehidupan Senggani menjadi tidak pernah tenang. Kepergian lelaki itu meninggalkan lubang besar menganga di rongga hatinya yang terlantar. Enam tahun sudah dia pergi, dan Sengg...