41. Be Mine

146 13 6
                                    

Notifikasi WhatsApp masuk ke ponsel di saku celana Mahesa. Ternyata setelah kesulitan menemukan sinyal, akhirnya ada juga sinyal yang bisa tertangkap di Padar. Setelah mengecek lock screen, Erik yang mengirim pesan.

Erik Asta Permadi: Gue udah bantuin sampai sini. Selanjutnya giliran lo yang maju. Good luck, brader.

Mahesa mengumpat dalam hati. Ternyata ini semua hanya akal-akalan Erik semata. Dengan polosnya dia dan Gani masuk dalam perangkap yang sudah Erik siapkan dengan begitu rapi. Berpura-pura ingin mengadakan anniversary party sampai berbohong soal sakitnya Citra sungguh membuat Mahesa kegerahan seketika. Bisa-bisanya dia mau dibodohi Erik dan istrinya.

Tadinya Mahesa berniat merapikan kamera dan pergi tidur saja, tapi melihat usaha koki kapal yang sudah memasak steak spesial dan juga Gani yang sudah berdandan cantik malam ini membuatnya tak tega juga jika harus meninggalkan gadis itu sendirian, ditambah wajah kebingungan Gani yang sudah disuguhkan makanan di depannya membuat Mahesa iba dan berniat untuk menemani Gani menyantap makan malamnya.

Erik ada benarnya, kalau dia sudah membuka jalan bagi Mahesa untuk lebih bisa dekat dengan Gani, lantas kenapa tidak dimanfaatkan saja apa yang sudah susah payah Erik siapkan ini? Siapa tahu dengan makan malam berdua bersama Gani di atas kapal pinisi berlatar pemandangan Pulau Padar yang hijau dan cantik, dia bisa lebih dekat dengan gadis itu dan lebih bisa masuk ke dalam hatinya yang masih rapuh.

Mahesa memberanikan diri mendekat dan duduk di kursi berhadapan dengan Gani.

"Gimana ini, masa ngerayain anniversary tanpa mereka?" gurat bingung di wajah Gani masih terlihat jelas.

Mahesa mengangkat kedua bahunya. "Mau gimana lagi, Erik juga nggak bisa gabung karena sibuk ngurus Citra. Makanan udah jadi, sayang kalau nggak dimakan, kan?"

"So?"

"Udah makan aja, lumayan." Mahesa mendeham untuk mengusir rasa tak nyamannya karena ikut dalam konspirasi untuk membohongi Gani.

Mereka lalu makan dalam diam sebelum akhirnya terdengar lantunan lagu "Sempurna" milik Andra and the backbone yang menemani mereka menghabiskan malam.

What else? Rutuk batin Mahesa setelah merasakan ponselnya kembali bergetar dan lagi-lagi itu dari Erik. Punya rencana apa lagi dia?

Erik Asta permadi: Enjoy the night. Just do whatever you want.

Damn! Erik benar-benar sosok teman yang sangat amat baik hati. Saking baiknya, dia tidak segan-segan membantu temannya dalam hal sekecil apa pun sampai tidak memerlukan izin dan pendapat dari teman yang dibantunya itu.

Mahesa kembali meyakinkan diri bahwa kesempatan ini belum tentu datang dua kali dalam hidupnya. Duduk berdua bersama Gani dengan ditemani cahaya lilin dan lantunan musik romantis belum tentu bisa dia dapatkan lagi jika tidak dimanfaatkan sebaik mungkin.

Dengan mengumpulkan segenap keberanian, tangannya terangkat di depan Gani.

"Dance?"

"What?"

"Sayang musiknya juga kalau nggak dimanfaatin."

"Tapi saya nggak bisa dansa."

"Tenang aja, saya juga nggak bisa."

Mahesa kemudian bangkit dan menggamit tangan halus itu untuk selanjutnya dia bimbing sedikit menjauh dari meja dan kemudian mereka berdansa secara perlahan. Awalnya malu-malu, akhirnya mereka saling merangkul pinggang dan bergerak mengikuti irama.

"Kayaknya ini bukan ide yang bagus, deh," bisik Gani begitu mereka merasa bahwa gerakan keduanya tidak singkron. Gani ke kanan, Mahesa ke kiri.

"I know."

A Love to Her (Sekuel A Love to Him)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang