Angin malam berhembus. Memberi kesejukan, membuat siapa saja enggan keluar dijam semalam ini. Jalanan kota sudah tak seramai tadinya. Mengingat jam sudah menunjukkan pukul 00.00 malam.
Srekk.....srekkk....srekkk...
Suara langkah kaki lemas menarik paksa kedua kakinya untuk mampu keluar dari sekapan musuh keluarganya. Ya. Ia baru saja diculik, bahkan sempat disiksa dan kini ia terluka saat mencoba kabur. Ia sudah mengerahkan tenaganya untuk mampu berlari dengan kondisinya yang sangat memprihatikan itu.
Tangannya terus memegang pundak kirinya. Luka tembak itu hampir mengenai jantungnya jika ia tadi tak menghindar meski tetap terkena tembakan itu. Ia terus menekan lukanya itu agar darah tidak semakin bercucuran.
Tapi...sekeras apapun usahanya, bayangan penglihatannya mulai kabur. Ia seperti limbung dan terjatuh setelahnya.
'Kenapa ini? Apa ia akan mati sekarang juga? Setelah usahanya untuk kabur???'
Suara derap kaki dari arahnya barusan semakin mendekat. Ia berbalik melihat ada 2 orang berbadan besar berusaha menggeretnya masuk kembali kedalam gedung usang itu.
Ia akan terus berusaha. Bagaimanapun caranya. Ia merangkak meski bekas luka tembaknya teramat menyiksanya. Terlebih ia seperti kekurangan darah akibat kunang-kunang yang dirasanya saat ini. Ia tidak akan menyerah. Ia tidak sudi kembali ketempat itu. Tidak akan.
"Hah..hah.hah..hahh kau cukup angkuhh juga jeon jungkoookkkhh" ucap salah satu dari 2 orang yang mengejarnya sebari berusaha mengatur nafasnya saat mangsanya tepat didepannya sebari berusaha kabur namun terlihat tak berdaya.
"Berhenti melawan dan menyerahlah. Kau tetap akan kembali bersama kami bodoh" ucap salah satunya kembali dan keduanya baru berusaha mengangkatnya dan ia tentu berusaha memberontak sebisanya.
Sedang dari tempat yang hanya berjarak beberapa meter seorang gadis melihat hal janggal. Ia yakin itu. Tidak salah lagi, gadis itu segera memarkirkan mobilnya. Membawa dua benda yang selalu menjadi keahliannya dan berlari dengan cepatnya. Beruntung ia menggunakan sepatu yang meminimalisirkan suaranya tepat berada dibelakang dua orang bertubuh besar yang terus memaksakan korbannya.
Ia segera menendang keduanya hingga tersungkur kedepan. Secepat kilat ia melepas penutup kedua suntikan dan langsung menancapkan kedua suntik itu dimasing-masing tengkuk pria kekar itu dan memasukan bius kedalamnya .
5..4..3..2...
Brukk!!
Keduanya tersungkur tak berdaya. Penerangan yang minim tak membuat gadis itu buta akan sekitaran.
Ia segera menghampiri pria yang ia anggap sebagai korban. Bertekuk lutut disamping kepalanya dan mengecek nadi di lehernya.
Ada...tapi lemah..
Ia melihat sekitar..sepi, tapi ia yakin itu tak sebentar. Beberapa menit kedepan pasti akan ada teman dari 2 pria kekar ini yang menyusul kesini. Ia kembali melihat si korban dengan wajah panik...
Keringat mengucur di dahinya saat ia berusaha lari secepatnya tadi. Masih dengan nafas yang mulai berangsur normal... mata itu....
Mata keduanya bertemu. Tapi hanya beberapa detik karena setelahnya pria itu tak sadarkan diri. Tapi seperti bersyukur.
Gadis itu segera memapah pria ini menuju mobilnya. Sedikit kesulitan mengingat perbedaan tubuh keduanya. Terlebih... kenapa pria ini begitu berattt???
Mobil sport itu melaju cepat membelah malam Seoul yang begitu sunyi.
Dan disinilah mobil itu terparkir. Segera berlari dan sebisa mungkin memapah pria yang tidak sadarkan diri itu. Masuk ke bangunan yang mayoritas putih dengan langkah tertatihnya.
"Lisa-a ? A..apa yang terjadi" tanya orang itu begitu melihat kedatangan gadis itu dengan pria penuh luka dirangkulannya.
"Dokter Sehun? Tolong bantu aku membawanya dulu. Ia terluka parah"
Tanpa pikir dua kali ia bantu memapah pria itu.
Segera ketiganya menuju ruang UGD yang langsung dibantu tenaga medis yang berjaga malam. Meletakan pria malang itu disalah satu brankar.
Lalisa berusaha meletakan pria itu begitupun dengan sehun.
Srekk...
Jatuh... kalungnya. Tapi lisa tidak menyadarinya.
"Keadaannya jauh dari kata baik. Ia kelelahan seperti dehidrasi dan pasti tidak memakan sesuatu sudah beberapa hari. Segera siapkan segalanya. ...ouh aku membutuhkan satu ruang operasi tolong segera siapkan." Pintanya sembari sibuk memeriksa pria itu .
"Kenapa dokter? Apa ada masalah?" Tanya Sehun saat lisa tiba-tiba meminta satu ruangan operasi.
"Nde. Setelah lumayan mendingan dia harus segera dioperasi. Terlihat ada luka tembak disini" ucapnya sembari menunjuk area diafragma pria yang kini sudah jadi pasiennya.
"Biar aku bantu" ucap Sehun yang langsung dipandang lisa
"Terimakasih dokter tapi itu tak perlu. Aku bisa menanganinya sendiri. Kalau begitu..." tolaknya dan berlalu pergi menju ruangannya sebab ia juga harus menyiapkan dirinya juga bukan.
Pintu ruangan itu terbuka membuat wanita yang tengah duduk disopa itu terganggu.
"Eoh lisa-aa ? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya wanita bernama Yuri.
"Aku yang harusnya bertanya bukan? Sedang apa kau diruanganku Yuri a? Apa itu kebiasaanmu saat aku sedang tidak berada disini?" Jelasnya sembari menuju loker bajunya mengambil baju bersiap operasi.
"Hehehe aku bosan. Diruanganku tidak ada sofa seempuk ini. Aku butuh istirahat yang cukup bukan?" Jelasnya sembari mengelus sofa itu dan baru tersadar saat lisa seperti tidak terkejut tapi malah sibuk mondar mandir berbenah.
"Kau akan mengoperasi siapa ditengah malam seperti ini? Lagi? Sepertinya tak ada panggilan pasien tuh?" Tanyanya sembari melihat sekitar.
"Ada. Aku yang membawanya. Sudahlah. Istirahatlah secukupmu penting jangan rusak ruanganku, mengerti?" Jelasnya dan berlalu pergi menutup ruangannya segera.
"Haiss dia pikir aku anak tk apa yang akan memporak-porandakan ruangnnya? Huh sudahlah lagian aku memang mau istirahat di sofa ini...ouhhh nyamannyaaa" ucapnya sembari menikmati empuknya sofa ini.
Sedang gadis bermata bulat itu sudah siap didepan ruangan operasi tengah membersihkan tangannya. Melamun sebentar. Tiba-tiba peristiwa yang sebelumnya ia lalui kembali hinggap didalam angannya.
Ia langsung kembali menarik kesadarannya untuk berhenti lengah dan kembali membasuh kedua tangannya. Dan langsung berlalu masuk kedalam ruang operasi yang disambut suster membantunya mengeringkan tangannya dan memakai jubah operasi dan mengenakan lateks pada kedua tanganya.
Dilihatnya tubuh pria itu yang sudah siap untuk ia operasi. "Sudah bisa dimulai dokter" ucap dokter anestesi yang membantunya. "Baiklah. Mess" dan operasi segera berjalan
****
Aku dulu punya cerita tentang ini dan sudah sampe banyak episode tapi tiba-tiba akun nya log out and aku lupa sandi akunnya. Mungkin kalian yang pernah membacanya akan menyadarinya.
But no problem i hope you guys enjoyss🩷🩷🩷

KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU
FanficLangkah kaki itu kian melemah. Melihat gadis yang begitu dicintanya kini tengah diam didepan sana. Melihat kearahnya dengan tatapan penuh luka. Wajah ayunya terlihat menyedihkan. Begitupun ia. Keduanya sama-sama terluka. "Lisa-aa ..hiks a..aku ti...