5. ALANA, ARE YOU OKAY?

19 4 0
                                    




Sesuai dugaan Nathan, Alana mendapat peringkat 2 dari 32 siswa dikelasnya. Ada Alaska Febrian di peringkat pertama, dia termasuk teman dekat Nathan, memiliki tinggi sekitar 178 dengan muka yang terlihat sedikit garang, jika kedua teman Nathan, Gilang dan Kavin ikut tergabung dalam club futsal maka laska adalah salah satu teman dekat nathan yang tidak tertarik sama sekali dengan futsal, yang ada dipikirannya hanya mtk, fisika, kimia, dan hal hal memuakkan lainnya.

Kemudian di posisi ketiga diisi oleh Vania Clarrista, gadis cantik yang sedikit jutek namun dikenal sangat baik. Vania adalah teman sebangku Ala, Vania juga termasuk kedalam deretan 3 teman dekat Ala selain Kay. Lalu posisi ke empat terdapat Farrel Pratama yang merupakan ketua kelas X 5 ia termasuk teman dekat Nathan seorang maniak game online namun anehnya nilai yang Farrel miliki selalu bagus, dan posisi kelima di amankan oleh Nathan.

"La, keren lo. Konsisten terus, gua gabisa nyalip haha"

Ala tengah duduk di kantin setelah menerima hasil ujian kenaikan kelas. Bersama dengan Kayla, Vania, Natasha Amelia, gadis lucu yang tidak terlalu tinggi, ia biasa dipanggil Acha, awalnya hanya Ala yang memanggilnya begitu, namun sekarang justru Natasha lebih dikenal dengan Acha. Ada Elmora juga disana. 

"lo gausah ngarep lah nyalip Ala, ini anak rajin parah. Bilangnya takut takut juga ujungnya nilainya tetep tinggi!" sahut Kay blak blakan. Mendengar itu Ala meringis pelan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"udahlah, lagian nilai kita semua juga ga jelek jelek amat kan? Masih naik kelas juga." ucap Mora.

"bener sih, Ra. Cepet banget ga sih?? gue ngerasa belum siap buat naik ke kelas 11, terus nanti tiba tiba udah kelas 12 aja. takut anjirr!"

"mau gamau sih, gue cuma takut kita makin mencar aja, sekarang mungkin kita emang sekelas semua, coba kalau besok malah mencar mencar semua?? takut banget kita jadi berjarak" jawab Acha sedih.

"kita udah bukan anak kecil, Cha. Berjarak itu pasti ga sih? Cuma gimana cara kita bikin jarak itu ga terlalu besar aja"

"udahlah jangan galau galau, masih satu sekolah juga. Pertemanan kita juga bukan seumur biji jagung, udah dari jatoh pas naik sepeda sampe sekarang bisa bawa motor, selama itu. Percaya deh, kita berlima bakal lima sampai akhir."

"setujuu sama lo, Van. Kita berlima dan akan lima sampai akhir. Okaayyy???" mereka lima, dan akan selalu lima. Mereka terus memperjelas, bahwa mereka akan selalu lima.

****

Sepulang dari sekolah Ala langsung bersiap siap, mengingat ia memiliki janji dengan Nathan untuk bertemu setelah penerimaan nilai hari ini. Dengan dress selutut Ala segera menuju taman yang terletak tak jauh dari komplek tempat Ala tinggal.

"kira kira El mau ngomongin apa ya?" monolog Ala sembari terus melangkahkan kakinya memasuki area taman, tak lama setelah itu Ala dibuat terkejut dengan pemandangan di depannya, Ala merasa kakinya mendadak sangat lemas, Ala terkejut, sekaligus kecewa.

Ala melihat, tepat di depan matanya sedang ada dua orang yang tengah berpelukan tanpa ada penolakan diantara keduanya, Ala ingin menangis saja rasanya, saat ia dapat dengan jelas melihat siapa yang tengah berpelukan dengan Nathan, dia, Elmora. Sahabat dekat Ala, tengah memeluk orang yang paling Ala sayangi setelah keluarganya, Mora pasti tau siapa laki laki yang ia peluk, dan seharusnya Mora tidak melakukan ini.

"El, Mora?"  

Nathan mengalihkan pandangannya, sontak melepas pelukan antara dirinya dan Mora. seakan terkejut melihat kehadiran sosok yang ia sayang, berdiri tepat dihadapannya, dengan mata yang memerah dan muka yang memancarkan kekecewaan. "La, gue jelasin. Please dengerin gue dulu? Ini ga kayak apa yang lo liat. Lo percaya gue kan, La?"

"gue percaya lo, El. Tapi apa yang gue liat, lebih gue percaya dari apa yang bakal lo jelasin. Apapun alasan di balik lo pelukan sama temen gue ditempat ini, yang gue liat, lo sama sekali ga berniat buat menghindar, lo.. pasrah, El. Lo seakan mempersilahkan Mora buat meluk lo lebih lama semisalkan gue ga dateng, iya kan?" suara Ala bergetar, seakan memberi tanda bahwa ia benar benar ingin menangis sekarang. Ia selalu percaya pada Nathan, selalu. Tapi mulai detik ini Ala rasa tidak akan ada lagi kepercayaan yang akan Ala berikan pada lelaki itu.

"La, lo salah paham."

"well, apapun alasannya, lo meluk dia, Mor. Lo meluk laki laki yang selalu gue ceritain ke lo!" bulir bulir bening mulai berjatuhan membasahi pipi gembul milik Ala, tidak lagi bisa Ala tahan. Ala merasa ini hari terburuk dalam hidupnya, melihat teman yang selalu ia sayangi justru menusuknya dari belakang.

"Lo pikir lo siapanya Nathan, La? Pacar? Engga kan? Kenapa lo bertingkah seolah olah Nathan tuh 'milik' lo?"

"Mor lo apaan sih! Terus lo pikir lo siapa bisa ngomong gitu ke Ala?"

"gue orang yang dijodohin sama lo, kalau lo lupa"

Oke, Ala kini mengerti. Sesak pada dadanya semakin menjadi jadi, Ala seperti di cekik saat mendengar fakta yang baru ia ketahui ini.

Rahang Nathan mengeras, kedua netranya menajam, seperti, ia benar benar membenci gadis itu.

"lo gausah ngerasa itu spesial, mereka cuma ngenalin lo ke gue, bukan berarti menjodohkan lo sama gue, ogah, anj*ng!. Tutup mulut lo kalau cuma mau nyebarin kebohongan ke orang lain." ucap Nathan penuh penekanan, tersirat emosi yang begitu besar, bahkan jika diperhatikan muka Nathan memerah, benar benar menahan emosinya.

"gue ga-"

"gue duluan, silahkan lanjutin obrolan kalian, sorry udah ganggu waktu pelukannya" sarkas Ala sembari meninggalkan kedua orang yang sama sama ia sayangi, mungkin kini tidak lagi. Ala pergi membawa rasa sesak yang sangat amat, Ala pergi masih dengan air mata yang tak kunjung berhenti untuk turun. Ala memilih pergi, dari pada harus mendengar fakta lain yang akan lebih menyesakkan untuk dirinya.

HOME BECOMES YOU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang