6. START OUR RELATIONSHIP OR OUR FRIENDSHIP?

13 4 0
                                    




Taman itu ramai, tapi sunyi untuk Ala dan Nathan, selepas Nathan mengejar Ala tadi kini ia telah berhasil menjelaskan kejadian satu tahun lalu kepada Ala. Mereka tenggelam dalam keheningan, Ala yang mencoba menerima seluruh fakta dan Nathan yang setia menunggu respon Ala, Nathan berharap, ia bisa melanjutkan apa yang tertunda setahun lalu.

"Laa.. gue minta maaf sekali lagi. Gue tau waktu itu gue salah, gue minta maaf, La. Tapi gue mohon, kasih gue satu kesempatan lagi, ya? Gue janji gabakal nyia nyia in kesempatan itu."

Ala masih diam sambil memandangi wajah yang benar benar ia rindukan itu, helaan nafas panjang terdengar, lalu seiring itu tampak senyuman yang perlahan terbit dari bibir kecil Ala. "gue maafin lo, Nath."

"gue juga mau kasih lo kesempatan itu, jujur gue juga gabisa boong kalau hati gue belum mau pergi dari lo" Ala menjeda ucapannya, menghirup udara sebanyak banyaknya

"tapi gue juga belum bisa percaya lo sepenuhnya. Gue mau kok kasih lo kesempatan kedua, tapi, jangan bikin sakit lagi ya Nath? gue.. gue gabisa kasih kesempatan ketiga, keempat, kelima.." lanjut Ala lirih.

Nathan mendengarnya dengan sangat jelas, panggilan khusus yang Ala ciptakan untuknya.. tidak ia dengar. Suara lembut Ala kembali masuk ke pendengarannya, namun tidak dengan panggilan khusus yang sangat ia sukai itu.

Namun Nathan tidak masalah, Ala butuh waktu dan ia harus memahami itu. Dengan kebahagiaan yang teramat sangat refleks Nathan menarik tubuh Ala dalam pelukannya. "makasi, La. Makasi banyak. Gue janji gabakal pernah ngecewain lo lagi, lo bisa pegang kata kata gue."

"biarin gue coba sekali lagi ya, La. Kita mulai semuanya dari awal"

Ala mengangguk kecil, "I'm waiting for u, Nath."

Mereka kembali memulai, Nathan yang berhasil menjelaskan kejadian satu tahun lalu pada Ala, dan Ala yang berhasil menelan habis habisan egonya untuk memaafkan Nathan dan memberikannya kesempatan kedua, mereka sama sama bahagia hari itu, mereka kembali memberi tahu dunia bahwa mereka sangat bahagia hari ini, ditempat yang awalnya menjadi tempat paling menyakitkan untuk keduanya.

****

Seminggu telah berlalu dari hari dimana Ala dan Nathan kembali mencoba memperbaiki semuanya, kini mereka tengah menunggu hasil ujian dibagikan, setelah ini mereka akan melangkah satu langkah lebih tinggi, yapp setelah libur panjang nanti ketika mereka kembali menginjakkan kaki ke SMA NUSA BANGSA mereka akan menjadi bagian dari akhir masa putih abu abu alias mereka akan mulai memasuki kelas 12. entah kejadian apa yang sedang menanti mereka.

"Alana Maddison" mendengar namanya dipanggil oleh guru dengan sedikit bergegas Ala melangkahkan kakinya ke depan kelas tepatnya ke arah meja guru yang terletak di pojok kanan kelas. Dengan gugup Ala menerima uluran kertas hasil ujian kenaikan kelas miliknya. Sebenarnya Ala tidak perlu khawatir, karna sudah jelas Ala akan menduduki posisi 3 besar dikelas itu, namun yang namanya Ala tidak akan pernah lepas dari kata 'takut dan ragu'.

"pasti bagus, kan?"

"lumayan, masuk target lah setidaknya" Ala menjawab dengan terkekeh pelan, melihat hal itu Nathan mengusak pelan puncak kepala Ala gemas. "habis ini sibuk? Jalan yuk?"

"ga sibuk sih, tapi lagi pengen dirumah aja. Next time deh ya?"

"oohh yaudah gapapa, ntar dah gue atur jadwalnya, kalau gue ngajak lagi lo gaboleh nolak, mau ga mau harus mau soalnya gue maksa." sahut Nathan santai sembari merangkul Ala menuju parkiran untuk mengantarkan Ala kembali kerumahnya. "dari dulu masih aja gitu, suka maksa, wuuu." cibir Ala yang dibalas tawa tipis oleh Nathan.

Motor milik Nathan membelah jalanan kota sore itu, kembali dengan gadis cantik dibelakangnya, persis satu tahun lalu. Angin seolah mengusap pelan wajah Ala, ia juga sama dengan Nathan, terdapat perasaan senang yang teramat saat ia bisa merasakan hal ini, lagi. "Laa, beneran mau langsung balik nih??"

"heem, langsung ajaa, mau rebahan capek banget" anggukan menjadi balasan untuk Ala, motor itu kembali melaju menuju rumah gadis yang sangat Nathan puja puja itu. Sesampainya didepan gerbang Nathan membantu Ala membuka pengait helm yang digunakan oleh Ala, kemudian kedua netranya menatap dalam kearah gadis cantik didepannya. Uluran tangan menyentuh puncak kepala Ala untuk kesekian kalinya, dengan lembut Nathan mengusap surai Ala yang tengah dibiarkan terurai bebas.

"Laa, makasii yaa? buat semuanya, buat maafnya, buat kesempatannya."

Ala tersenyum, "semua orang berhak untuk kesempatan kedua, Nath. Walaupun belum sepenuhnya percaya, gue yakin lo gak akan nyakitin gue, lagi. Tapi gue belum cukup yakin, masih banyak hal yang perlu lo buktiin, kan?"

satu hal yang terlintas dipikiran Nathan saat itu manis, sangat manis senyum gadisnya itu. Nathan paham maksud Ala, gadisnya hanya  masih ragu. Nathan mengerti, bagaimapun ini tetap kesalahannya, jadi apapun rintangannya Nathan siap untuk itu. "iya, lo bener. Masih banyak, banyak banget yang harus gue buktiin, La. Jadi lo tenang aja, semua keraguan lo gabakal gue bikin tambah 'ragu' kok, gue bakal bikin semua keraguan itu jadi 'yakin'.

Senyuman menjadi hal terakhir yang Nathan lihat sebelum Ala berjalan memasuki pekarangan rumahnya, kekehan terdengar, Nathan berjanji tidak akan melepaskan gadis manis ini, lagi, sampai kapanpun.

HOME BECOMES YOU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang