Part 1 - Pecahan Kaca

3.4K 252 5
                                    

Allen berusaha mengambil sebuah dokumen di kabinet atas ruangan kerjanya. Menekan kedua sisi kursi roda dan meraih penyangga lemari. Pelan-pelan namun pasti, kedua kakinya yang tadinya menyusut, mulai bisa menopang beban.

Dalam upaya kerasnya, Allen berpegang erat dan berusaha menstabilkan kedua kakinya yang gemetar. Dia bersikeras untuk tidak menyerah, tekadnya untuk kembali berjalan seperti dulu menjadi hal yang paling diinginkannya saat ini.

Namun, kedua kaki Allen tidak mampu menopang tubuhnya. Ia tiba-tiba roboh, menyebabkan gelas-gelas di lemari hias jatuh berkeping-keping

Suara pecahan kaca menggema, tangan Allen terluka dan darah segar mengucur deras.

Allen sangat marah. Selama tiga bulan ini, ia terpaksa terpaku pada kursi roda, merasa kebosanan, dan sangat ingin kembali ke kehidupan normalnya.

Tanpa memperdulikan akibatnya, ia mengambil salah satu gelas yang tidak sepenuhnya rusak dan melemparkannya ke arah sembarangan. Itu menjadi saluran bagi emosinya yang menyala dan kekecewaannya yang memuncak.

Hanya rutinitas yang membosankan, terperangkap di rumah dan pergi bolak-balik terapi ke rumah sakit. Itu adalah kegiatan paling membosankan yang pernah dia alami sepanjang hidupnya.

Namun, suara panik dari pintu membuatnya terkejut. Wanita hamil tujuh bulan itu memekik dengan penuh kekhawatiran, memanggil nama Allen.

"Allen ...,"

Dalam keadaan yang sulit untuk berjalan karena perutnya yang lebih besar dari kehamilan biasa, dia mengabaikan kondisinya. Dokter menyatakan bahwa bayi yang dikandungnya memiliki tubuh besar seperti milik Allen.

Namun, apakah Allen percaya bahwa bayi itu adalah miliknya?

Tidak, sama sekali tidak. Allen bahkan telah meminta tes DNA setelah kelahiran bayi itu.

Meskipun wanita itu mengaku sebagai istri Allen dan merawatnya selama ini, tidak ada yang bisa mengubah kenyataan, walaupun bukti-bukti nyata tentang hubungan mereka terpampang di depan matanya.

Bisa saja bayi itu milik salah satu lelaki yang tidak bertanggung jawab, dan Julia mengambil situasi ini untuk menumpahkan masalah pada Allen.

Ingat. Wanita itu seorang rubah licik! Dia mencampakkan Allen setelah merasa bosan.

"Jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu!" tekan Allen memperingati.

Dia mengayunkan tangan untuk menolak bantuan Julia yang tengah mencoba menolongnya, berupaya untuk bergeser dari pecahan kaca dan mendorong kursi roda.

"Kalau kamu butuh bantuan, minta dari aku."

"Singkirkan tanganmu!" Allen menolak untuk bersentuhan dengan wanita itu yang dia anggap kotor.

Julia tetap diam, bergerak cepat menuju pintu, dan memanggil asisten rumah tangga untuk membantunya.

"Mbak, tolongin saya mengangkat Bapak ke kursi roda."

"Iya, Bu."

Allen hanya menerima bantuan Zinnia. Wanita empat puluh tahun yang bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Wanita yang berhasil bercerai dengan suaminya yang seorang narapidana. Hari-hari rumah tangganya seperti neraka, suaminya kerap kali melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Anak kedua mereka meninggal di tangan suaminya.

Suaminya dinyatakan bersalah dan dipenjara seumur hidup. Dia dan putrinya memulai hidup baru di rumah Allen.

"Mbak, tolong di bersihkan ya?" pinta Julia pada Zinnia, sambil mendorong kursi roda Allen ke kamar.

BROKEN VOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang