chptr 1

393 12 1
                                    

Bugh!

Bos mafia ditinju oleh seorang pemuda yang kurus dan pucat.

Pakaian yang dikenakan pemuda itu pun jauh dari kata bagus.

Tapi bos mafia tampak tidak mempermasalahkan apa yang dilakukan ataupun bagaimana penampilan pemuda tersebut.

"Kau sengaja membunuh apapun hewan yang aku pelihara hanya karena kau ingin berteman denganku?!
Bukankah kau bisa bicara baik-baik denganku?!
Apa yang salah denganmu?"

Bos mafia terkekeh dengan nada rendah seolah apa yang dikatakan pemuda tersebut mengandung humor dari seorang pelawak profesional.
"Kalau aku tidak melakukan itu,
kau pasti tidak akan memiliki kesan apapun terhadap diriku.
Yang mana itu akan menyebabkan keberadaan ku tidak akan pernah kau rasakan!"

Pemuda itu mengembuskan napas seolah dengan melakukan itu,
semua bebannya langsung menghilang.
"Jika pikiranmu seperti orang pada umumnya,
kau pasti tidak akan melakukannya."

Bos mafia tergelak.

"Kok kau ketawa lagi?"

Bos mafia mengusap sudut matanya dengan cepat.
"Aku hidup di lingkungan yang tidak biasa.
Jadi pola pikir pun jelas akan berbeda lah.
Kau harus tau fakta ini supaya kau tidak salah paham."

Pemuda itu mengulurkan tangan kanannya ke bos mafia.
"Cepat bangkit."

Bos mafia menerima uluran tangan pemuda itu,
tapi bukannya berdiri,
malah ditariknya pula tangan pemuda itu hingga pemuda itu jatuh menimpanya.

Tepukan ringan diterima bos mafia di paha berototnya oleh tangan kurus sang pemuda.
"Kau ini ya!"

Bos mafia tertawa kecil seraya menyandarkan pelipisnya ke bahu sang pemuda.
"Temani aku untuk selama-lamanya."

Pemuda itu memegang pundak bos mafia sebelum duduk di sebelah bos mafia.
"Iya. Aku temani."

Bos mafia melirik pemuda di samping nya yang sedang menatap ke depan dengan wajah damai.
"Janji ya?"

Pemuda itu menggumamkan sesuatu,
lalu menjawab "Iya. Janji."

Bos mafia mendecakkan lidahnya.
Kurang puas dengan tanggapan sang pemuda.
"Apa isi kepalamu sehingga kau sangat gampang menerima permintaanku?"

Pemuda itu melirik bos mafia sebentar.
"Permintaanmu tidak sulit diwujudkan."

Senyum culas menghiasi wajah bos mafia.
"Kau tidak tau bagaimana sulitnya bersosialisasi seperti orang biasa dengan kehidupan seperti ini."

"Ya, aku tau.
Kehidupan seperti itu sedikit banyak melibatkan pertikaian."

Bos mafia tertawa singkat.
"Berminat menjadi asistenku?"

Pemuda itu menjilat sudut bibirnya,
kebiasaannya ketika hatinya tergelitik.
"Tidak.
Aku hanya mau kehidupan yang biasa."

Bos mafia menatap ke depan dengan wajah tanpa ekspresi.
"Kau tidak bisa dibujuk?"

"Tergantung keadaan."

"Benarkah?"

Pemuda itu melirik bos mafia.
"Kau sudah memiliki banyak pekerja.
Kenapa kau masih ingin memperkerjakan aku?"

Bos mafia menolehkan kepalanya,
menatap langsung pada mata sang pemuda.
"Tujuannya agar kita selalu bersama-sama,
bernapas di tempat yang sama,
bersebelahan."

Sang pemuda tertawa pelan sebelum kemudian tertawa lebih kuat.
"Kau akan memaksaku kalau aku tidak mau?"

Bos mafia menurunkan ujung alisnya,
pertanda suasana hatinya yang sedang sedih.
"Aku akan terus membujukmu sampai akhirnya kau mau menjadi asistenku."

Oh pantas saja dari tadi matanya terlihat kosong.
Rupanya sedang memikirkan segala macam cara untuk membujukku toh.
Sang pemuda bersenandung pelan.
"Bagaimana kalau para pekerja mu iri dengan ku dan kemudian mencelakakan ku?
Keselamatan ku tentu tidak akan terjamin jika kau sendiri tidak bisa menjaminnya."

Bos mafia menjernihkan tenggorokannya sebelum membuka mulutnya.
"Jangan pura-pura lemah begitu.
Yang ada nanti mereka yang terbaring di atas tanah."

Pemuda itu menghela napas.
"Untuk saat ini aku belum bisa bilang.
Tapi mungkin suatu saat nanti."

Bos mafia mendesis.

"Kita bisa makan siang bersama,
atau mungkin pergi ke suatu tempat di waktu luang."
Kata pemuda itu setelah bangun dari duduknya.

Bos mafia menarik pelan celana pemuda itu.
"Berikan ponselmu.
Aku harus menyimpan nomor kontakmu supaya aku bisa tetap berhubungan denganmu."

Sang pemuda menaikkan sebelah alisnya selama beberapa detik.
"Aku akan mengirimkan nomor kontak ku di fitur chat akun media sosialmu."

"Dikhawatirkan kau bakalan melarikan diri dan tidak bisa ditemui selama beberapa hari kalau aku tidak melihat langsung pesan dariku masuk ke nomor kontakmu."

Pemuda itu merogoh saku celananya,
lalu memberikan ponselnya pada bos mafia.

"Ponselmu sudah ganti?
Bukankah kau sangat menyayangi ponselmu yang sebelumnya?"

Sang pemuda menatap segerombolan burung merpati yang terbang di langit.
"Aku menyimpannya seperti sebuah harta karun keluarga."

Bos mafia mengetikkan sesuatu di ponselnya sendiri sebelum kemudian terdengar suara dering notifikasi dari ponsel sang pemuda.

Wajah bos mafia berseri-seri setelah melihat layar ponsel sang pemuda.

Menyaksikan bagaimana kelakuan bos mafia,
sang pemuda menggelengkan kepalanya sebentar dengan lambat.
"Pikiranmu terlalu negatif sehingga kau berpikir yang jelek-jelek tentang orang lain."

Bos mafia mengembalikan ponsel sang pemuda dengan wajah yang biasanya,
yaitu wajah tanpa ekspresi.
"Lebih baik mencegah daripada membiarkan hal-hal yang tidak efisien terjadi."

Sang pemuda mengangkat bahunya sebentar.
"Ya, itu terserah kau.
Ngomong-ngomong…
Apakah kau sedang menjalin kasih dengan seseorang?"

Bos mafia mengerutkan alisnya sejenak sebelum menanggapi pertanyaan sang pemuda.
"Maksudmu bercinta dengan seseorang?
Mencicipi pasangan orang lain?
Atau— "

Kenapa jawabannya tidak ada yang bagus?
Sang pemuda buru-buru menghentikan bos mafia untuk berbicara lebih lanjut.
"Kekasih, yah semacam itu.
Tunangan… pacar…
Apa kau punya?"

Bos mafia berdiri di sebelah sang pemuda.
"Ayahku yang menyiapkannya."

Sang pemuda memberikan tatapan yang tampak jelas sangat terkejut.
"Kau— "

"Ah, jangan salah paham!
Dia melakukannya karena sobatnya."

Sang pemuda tidak mengatakan apapun,
tapi bos mafia berpikir sang pemuda masih belum menangkap maksud perkataannya.

Bos mafia memetik jari sesudah sebuah ide muncul di kepalanya.
"Ayo kita jumpai dia!"

Sang pemuda melirik bos mafia.
"Siapa?"

"Tunanganku!"

"Buat apa?"

Bos mafia melakukan sebuah video call dengan sebuah akun chat yang diberi nama 'Yumi'.

.

.

Bersambung

No LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang