chptr 15

70 4 0
                                    

"Ayahanda?"

Suara yang dikenal sang pemuda terdengar tidak jauh dari tempatnya berada.

"Ayahanda ada dimana?"

Suara langkah kaki kecil yang terburu-buru terdengar dengan jelas mendekati tempat di mana sang pemuda berada.

"Disini, nak"
Sahut sang pemuda dengan suaranya yang lantang.

Bos mafia meremas pelan salah satu bahu sang pemuda.
"Kenapa kau tidak menghampiri anakmu?"

"Aku ingin agar anakku itu menjadi makhluk yang kuat,
baik itu secara jasmani maupun rohani."

Bos mafia memandang sang pemuda selama beberapa detik tanpa berkedip dan tanpa mengatakan apa-apa.

"Lihat!
Saya menemukan banyak kristal!
Warna-warni!"
Seru anak sang pemuda dengan sangat antusias sembari menyerahkan sekantung besar yang beratnya hampir mencapai dua kilogram kepada sang pemuda.

Bos mafia berhenti memandang sang pemuda,
beralih ke anaknya sang pemuda yang sedang menatapnya dengan malu-malu.
" .....??? "

Sang pemuda mengelus-elus puncak kepala anaknya dengan lembut sebelum menarik pelan ujung hidung anaknya.
"Terima kasih banyak ya~"

Anaknya mengangguk beberapa kali sebelum memeluk sang pemuda dan menempelkan wajahnya di perutnya sang pemuda.

"Mau tidur?"

Sang pemuda dapat merasakan dengan jelas bagaimana bobot anaknya yang bertambah karena anaknya itu akan tertidur tidak lama lagi.

"Butuh bantuan?"
Tanya bos mafia yang kini berdiri tepat di sebelahnya dengan jarak yang nyaris tidak ada.

"Terima kasih.
Tapi aku masih bisa melakukannya sendiri."
Sang pemuda menggendong anaknya dengan satu tangan,
sedangkan tangan satunya bergerak menyimpan sekantung besar yang dikasih anaknya ke udara kosong,
yang artinya sang pemuda menyimpannya ke penyimpanan khusus miliknya sendiri dengan kekuatannya.

Han Sooyoung baru saja sampai di depan mereka berdua dengan wajah letih dan dua kantung besar di kedua tangannya.
"Aku pikir sekarang kita sudah bisa melakukan pencampuran."

Sang pemuda membuka telapak tangan kirinya menghadap ke langit.

Lalu muncullah sebuah bola bening seukuran bola basket di atas telapak tangannya yang terbuka itu.

Han Sooyoung terperangah.

Bos mafia tidak berkedip menatap sang pemuda.

Melihat keterdiaman bos mafia dan Han Sooyoung menyebabkan sang pemuda diam-diam menghela napas.
"Tunggu apa lagi?
Ayo masukkan air biasa dan kristal-kristalnya."

Tidak butuh waktu lama bagi Han Sooyoung untuk tersadar dari keterkejutannya.
Dengan cekatan ia mengambil banyak kristal dari dalam kantung besar yang ia bawa ke dalam bola bening tersebut.

Sementara itu,
bos mafia yang menuangkan air biasa.

Sang pemuda menutup rapat bola bening tersebut dengan kekuatannya sebelum kemudian mengguncang-guncangkan bola yang sudah diisi tersebut dengan kecepatan yang tidak beraturan.

Hanya dua menit saja yang diperlukan untuk kristal-kristal gradasi warna dan air biasa bersatu.

.

.

.

Sang pemuda memasukkan air campuran itu ke dalam wadah-wadah kecil yang bentuknya mirip seperti bola kasti sebelum memberikannya kepada bos mafia dan Han Sooyoung.

"Ini hanya dilemparkan ke target kan?"
Tanya Han Sooyoung sambil mengamati wadah kecil tersebut dengan mata yang berbinar-binar.

"Ya."
Jawab sang pemuda.

Tiba-tiba,
sesosok makhluk tak berwarna berlari dengan kencang ke arah mereka.

Han Sooyoung mengutuk dalam hati melihat makhluk tak jelas tersebut semakin dekat.

Bos mafia tidak menganggap makhluk yang sedang mendekat tersebut sebuah ancaman,
sehingga dengan santainya ia melempar wadah kecil berisi air kristal ke makhluk tersebut.

Cplesh!

Seketika makhluk itu terhuyung-huyung sebelum terjatuh di detik berikutnya.

"Manusia?!"
Pekik Han Sooyoung setelah warna menyebar pada makhluk itu.

"Ergh...."
Seorang anak perempuan yang diperkirakan usianya sekitar tujuh atau delapan tahun terlihat sedang berusaha menggapai kesadarannya.

"Kita harus membawanya demi menuntaskan misi menyelamatkan bumi."
Ucap bos mafia yang berhasil membuat Han Sooyoung meliriknya dengan ganas.

"Apa maksudmu berbicara seperti itu?!
Kau sedang menyindirku ya?!"

Bos mafia mengklik lidahnya.
"Kau gila?
Siapa yang sedang menyindirmu?"

"Ceh!
Makhluk itu ternyata hanyalah seorang anak kecil!
Tapi meskipun begitu,
yang namanya anak kecil tentu harus dirawat dan dibesarkan!
Dan aku belum pernah mengurusi siapapun selain diriku sendiri!
Kalau kalian memintaku membesarkannya maka kalian harus membantuku!"
Ujar Han Sooyoung sembari menunjuk sang pemuda dan bos mafia secara bergantian.

Sang pemuda mencium jari Han Sooyoung yang sedang mengarah padanya.

Spontan Han Sooyoung menarik tangannya dengan kaget.
"Sempak!"

"Itulah akibat dari tingkah laku mu."
Kata sang pemuda.

Han Sooyoung mengelap jarinya yang baru saja dicium sang pemuda ke belakang bajunya sendiri dengan cukup cepat.

"Kita bisa merawatnya bersama-sama.
Jadi kau tak perlu cemas ataupun takut seperti itu, Sooyoung."

Han Sooyoung menurunkan alisnya,
lalu bergumam.
"Kau selalu menyukai anak-anak."

Sang pemuda bisa mendengarnya dengan jelas berkat kekuatannya yang mulai kembali.
Tapi ia lebih memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya.
"Kau lagi ngomongin apa?"

Han Sooyoung terdiam sejenak,
memikirkan sesuatu,
kemudian menggeleng sebentar.
"Cuman berbicara dengan diriku sendiri.
Ngomong-ngomong,
kita harus berkelana demi menuntaskan misi."

"Ya, kau benar."

"Tapi tidak mungkin kita berjalan kaki.
Nanti akan semakin lama misinya selesai!"

"Um. Apa kau ada ide?"

Han Sooyoung menggaruk kepalanya dengan frustrasi.
"Tidak!!"

Bos mafia sepertinya terpikirkan sesuatu.
"Ayo kita cari hewan yang bisa ditunggangi."

"Ide yang cemerlang!
Tapi bagaimana cara mencarinya dalam keadaan yang tidak normal?"

"Tajamkan pancaindra."
Kata bos mafia seolah mengatakan hal yang sepele.

Han Sooyoung menyisir rambutnya sendiri dengan jari tangannya.
"Bagaimana caranya?
Aku tidak pernah melakukannya lah."

Di sisi lain,
sang pemuda sedang menghadapi anak perempuan yang belum dua menit menjadi manusia kembali dengan tenang dan bijak.

.

.

.

Han Sooyoung menaik turunkan alisnya sebelum mengeluarkan serangkaian kata yang digunakan untuk mengusik bos mafia.
"Kau akan bersaing dengan anak-anak itu untuk mendapatkan perhatian penuh dari Kim Dokja."

"Diamlah."

"Aku cuma menginformasikan saja."

Bos mafia memberikan tatapan tajamnya yang membuat Han Sooyoung merinding dan merasa terancam karenanya.

"Maaf."

.

.

Bersambung

No LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang