chptr 3

116 7 0
                                    

Sang pemuda membuang kaleng minumannya di tempat sampah seiring dengan langkah kakinya yang bergerak semakin dekat menuju meja dan kursi yang ada di dalam kamarnya.

Bos mafia bingung harus mengatakan apa setelah melihat wajah sang pemuda.

"Aku akan bertindak sebagai orang yang kehidupannya sama dengan kehidupanmu untuk masa depan bangsa kita."
Ujar sang pemuda dengan senyum dan tatapan mata yang dingin.

"Bagaimana kalau kau jadi asistenku saja?"

Sang pemuda memperlebar senyumnya sehingga membuatnya terlihat seperti badut pembunuh.
"Aku tidak akan bisa bergerak bebas kalau aku menjadi asistenmu."

Bos mafia menutup jendela besar atau yang nama lainnya pintu yang menghubungkan antara balkon dan kamar sang pemuda.
"Siapa bilang?
Kau tetap bisa bergerak bebas meskipun kau menjadi asistenku."

Sang pemuda mengajak bos mafia untuk minum air mineral yang disimpan di lemari es.

"Isi kulkasmu seperti mini market kecil.
Apakah kau ingin berjualan?"

"Ini buat stok.
Aku terkadang malas belanja walaupun jarak kedainya terbilang dekat."

"Kau malas karena kau kelelahan setelah membuat orang lain terbaring tak berdaya di atas tanah kan?"

Sang pemuda mengembuskan napasnya dengan kasar.
"Hei, pekerjaanku bukan hanya sebagai pemukul bayaran."

"Karena kau bekerja sebagai tukang pukul lah aku bisa mengenalmu!"

"Serius... kau benar-benar..."

"Bukan cuman itu saja!
Karena kau selalu muncul di sudut lapangan yang sering sepi makanya wajahmu menjadi salah satu tujuanku pulang ke rumah."

Sang pemuda menyugar rambutnya ke belakang dengan satu tangan.
"Aku bisa salah paham dengan ucapanmu, Joonghyuk."

"Jangan pura-pura berminat begitu,
disuguhkan seorang wanita seksi pun kau malah buang muka."

Sang pemuda mengepalkan kedua tangannya,
menahan dirinya supaya tidak memukul lawan bicaranya.
"Kau kira aku ini apaan?"

Bos mafia berkedip dengan polos.
"Seorang pria yang seksi ataupun yang imut juga sudah pernah disuguhkan.
Tapi kau tetap bergeming sampai pada akhirnya aku simpulkan bahwa kau adalah sebuah kulkas berjalan."

Sang pemuda mengambil dua botol air mineral dari dalam lemari es,
kemudian memberikan satu pada bos mafia.
"Aku belum tertarik menjalin kasih dengan seseorang.
Itu saja."

Bos mafia menenggak air mineral tersebut hingga hanya tersisa setengah botol.
"Benarkah begitu?"

Sang pemuda mengembuskan napas pelan, "Ha..."

Bos mafia melihat jam dinding,
kemudian melihat ke sang pemuda.
"Aku ingin berjalan-jalan.
Kau bisa menemaniku kan?"

"Supaya makanannya cepat tercerna,
berjalan-jalan merupakan solusinya.
Jadi, bawa apa-apa saja yang kau butuhkan sementara aku mencari pakaian yang bisa kau pakai."

Bos mafia melihat ke tubuhnya sendiri dengan alis yang berkerut.
"Kenapa aku harus ganti baju?"

Sang pemuda menunjuk sebuah lemari kecil di sebelah lemari es.
"Ada cermin di dalam lemari itu.
Kau lihat saja sendiri seperti apa penampilanmu saat ini supaya kau tau jawabannya."
Ucap sang pemuda sebelum pergi ke kamarnya sendiri,
mencari pakaian untuk bos mafia.

Bos mafia berjalan mendekati lemari yang ditunjuk oleh sang pemuda setelah sang pemuda sudah tidak terlihat.

Tampangku cukup untuk membuat orang biasa takut dan membuat anak kecil ataupun anak bayi menangis.
Jadi ini jawabannya...
Dia benar-benar menunjukkan jawaban yang aktual.
Bos mafia tersenyum tipis sebelum di detik berikutnya menutup pintu lemari.

"Ini pakaiannya.
Mau ganti di mana, itu terserah mu."

Bos mafia membuka jasnya tanpa mempedulikan sang pemuda yang melotot padanya.

"Hei! Apa-apaan kau ini?!"

Bos mafia membuka kancing kemejanya sendiri sambil melihat sang pemuda dengan salah satu alis yang naik ke atas.
"Kau berhasrat melihatku melepaskan pakaian?"

Sang pemuda membuang napas pelan dari mulutnya sebelum menanggapi bos mafia.
"Aku tidak peduli.
Cepat ganti atau nanti aku pergi duluan."
Ujar sang pemuda sembari berjalan menuju pintu utama rumah.

Bos mafia mempercepat tindakannya.
"Tunggu aku!"

Sang pemuda duduk di kursi ruang tamu.

Bos mafia berganti pakaian di belakang sang pemuda,
mengabaikan ketidaknyamanan sang pemuda.

Tatapan datar akhirnya diterima bos mafia setelah selesai berganti pakaian.

"Apa kau tertarik untuk merasakan aku?"

Sang pemuda memiringkan kepalanya sebentar.
"Lepas celanamu lalu pamerkan butthole mu,
mungkin pelirku akan bangun."

Bos mafia menyeringai sembari menepuk-nepuk bokongnya sendiri.
"Kalau aku tekan pelirmu pakai bokongku,
apakah akan langsung bangun?"

Sang pemuda membuka pintu utama dengan wajah masam.
"Berhentilah membicarakan hal ini."

"Kenapa?
Apa kau menjadi berminat untuk memasukkan pelirmu ke dalam butthole ku?"

Sang pemuda menutup rapat pintu utama sebelum kemudian memegang pinggang bos mafia,
lalu menyelipkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya ke dalam buttholenya bos mafia.

"Akh! Kim Dokja!"
Bos mafia berpegangan pada kursi terdekat seiring dengan intensnya pergerakan jari-jari sang pemuda menyentuh prostat dan rektumnya.

"Kau puas?"
Tanya sang pemuda di samping telinga bos mafia dengan nada terendahnya,
menyebabkan tubuh bos mafia bergetar sesaat.

"Kau tidak sudi menggunakan pelirmu?"

Sang pemuda menepuk ringan samping paha berotot bos mafia.
"Aku akan menggunakannya pada istriku."

Bos mafia merasakan kemarahan samar setelah mendengar jawaban sang pemuda.
"Kalau misalnya istrimu sudah pernah berjimak dengan orang lain,
apa yang akan kau lakukan?"

"Memeriksakan istriku ke dokter sebelum menikah.
Apakah masih bisa berjimak dengan aku atau tidak."

Sialan!
Aku ingin menyingkirkan orang yang akan menjadi istrinya!
Bos mafia pura-pura batuk.
"Siapapun yang menjadi istrimu benar-benar sangat beruntung."

"Bukan hanya istriku,
aku juga sangat beruntung."
Kata sang pemuda seraya membuat gerakan jari-jarinya mencapai kecepatan maksimal.

Bhrhussshhtt!!!!

Pelir bos mafia berejakulasi dengan hebat.

Sang pemuda menampar ringan bokong bos mafia dan perbuatannya itu meninggalkan bekas merah samar di bokong bos mafia.

"Hei!"
Bos mafia memelototi sang pemuda.

Sang pemuda tersenyum setengah.
"Sepertinya jalan-jalannya dibatalkan saja setelah apa yang barusan terjadi."

.

.

Bersambung

No LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang