10 - Berkupu-Kupu

127 29 1
                                    

BAB 10
Berkupu-Kupu
------------------------

"Jelasin sama aku apaan-apaan itu barusan. Apa sih yang ada di kepala kamu!" Sepanjang perjalanan menuju kos-kosan Serra, Nata tidak bisa berhenti mengomeli Serra. Dia beneran kesel loh ya sama cewek satu ini. Cewek biang kerok drama ini.

Biar Nata ngomel-ngomel begitu tapi tak sepatahpun suara Serra keluar buat ngelawan omelan Nata. Dia malah menepuk tangan Nata dan meminta Nata menghentikan mobilnya.

"Apa lagi?" Nata menoleh dengan suaranya yang penuh penekanan. Sumpah rasanya Nata ingin direhabilitasi gara-gara Serra.

"Kenapa sih lo gak punya pacar ha?"

Raut wajah Nata seketika berubah. Dahi yang tadi berkerut tampak mengendur. Dia tidak paham kenapa Serra tiba-tiba bertanya demikian. Apa hubugannya dengan ini semua.

"Gak ada urusannya sama kamu. Pertanyaan gak penting."

Serra menarik napas dalam. Karena Serra sudah muak dengan omelan Nata sepanjang jalan sebab mereka yang tidak jadi mengakui kebenaran didepan orang tuanya Nata. Baiklah Serra akan menceritakan sesuatu pada Nata.

Serra bercerita tentang apa yang dikatakan Mamanya Nata saat di toilet tadi.

Serra keluar dari bilik toilet setelah selesai dengan urusannya. Dia berjalan menuju wastafel dan membasuh tangannya disana. Disebelahnya Mamanya Nata sedang memoles lipstik ke bibirnya agar warna yang luntur karena makan malam tadi kembali menyala.

"Ra, kamu tau gak Tante beneran seneng loh Nata sekarang punya pacar. Sampe tante pengen ngadain syukuran hihi."

Buset Tante yang bener aje. Serra nyengir saja. Ya abisnya dia gak tau nih emak-emak mau kemana arah obrolannya.

"Ah.. Tante sadar kalau Tante ini sering sibuk ngurusin bisnis jadi selalu jarang punya waktu di rumah. Terutama jarang ada waktu untuk main sama Nata. Dari kecil keseharian Nata ya sekolah, les, belajar." Selesai memoles bibir Mamanya Nata meletakkan gincunya kedalam tas. Dia menatap Serra lekat, "Nata dari kecil itu gak pernah bikin ulah. Bahkan ketika dia remaja tuh anak gak pernah aneh-aneh. Deketin atau godain cewek aja gak pernah. Tante takut banget anak itu gak normal."

Serra tertawa pelan. Sekhawatir itu emaknya Nata takut anaknya gak normal?

"Tapi sekarang oh.. syukurlah setelah tante stalking akun gosip kampus, Tante bersyukur banget ternyata anak Tante gak homo." Mamanya nata terkekeh. Dia menyentuh pundak Serra, "Serra tau kan anak jaman sekarang sulit ditebak. Eh.. tau-tau malah main sodok-sodokan pedang."

Reflek Serra menutup mulutnya. Perutnya geli sekali mendengar Mamanya Nata mengatakan itu. tadinya Serra juga hampir berpikir hal yang sama kalau jangan-jangan Nata itu homo alias penyuka sesama jenis karna dikampus pun dan dimanapun tidak pernah beredar gosip Nata pacaran sama seseorang. Hm.. mengingat mereka yang berciuman di apartemen Viola tempo hari dan.. dan titidnya Nata yang tiba-tiba mengeras tentu saja dipastikan seratus persen Nata itu bukan homo. Ah.. pipi Serra jadi merona. Dia jadi malu-malu tai kuda mengingat adegan ciuman itu.

Tiba-tiba Serra terkesiap saat Mamanya Nata memeluknya.

"Ah pokoknya Tante seneng sekarang Nata punya pacar, punya temen sharing, apalagi kamu orangnya keliatan asik, humoris, cewek baik-baik pasti Nata gak kesepian lagi hidupnya." Mamanya Nata melepas pelukannya dia memandangi Serra disertai dengan senyum hangat di bibirnya, "Jalani aja dulu ya Ra, kalo jodoh pasti gak kemana. Tante sih ngerestuin aja kok. Kita mah bukan keluarga yang ribet."

Serra terhenyak. Pikirannya mandadak jadi kosong. Dia tidak tau harus bilang apa dan cuma bisa menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Mamanya Nata itu sangat hangat gak seperti kebanyakan orang kaya yang Serra temui. Biasanya emak-emak sosialita itu selektif banget nyari calon menantu ditambah lagi pasti ngeliat derajat sosial. Senyum hangat yang terukir di bibir Mamanya Nata itu membuat Serra teringat sama almarhum Mamanya. Mereka sama-sama punya senyum yang hangat.

EVERY MOMENT COUNTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang