Haloha Bestod Oren-ku dimanapun kalian berada🔥
Sebelum kita berjumpa dengan Serra dan Nata maka izinkan diriku meminta sebuah permintaan kepada kalian wahai makhluk bumi. Sederhana saja, tekan bintang dong di pojok kiri bawah hehehehe🤩
Rileks-kan bokongmu mari membaca cerita alakadarnya dari Pandalova ini💃🏻
Enjoy Reading!
--------------------
BAB 4
Jam Tangan
--------------------Gara-gara kejadian tak disangka di apartemen kemarin membuat suasana hati Serra kacau sampai detik ini. Dengan gerakan malas Serra masuk kedalam perpustakaan. Dia datang kesini bukan tanpa alasan tapi ingin meminjam beberapa buku untuk mengerjakan tugas dari dosen yang deadlinenya besok.
Begini amat nasib Serra. Di selingkuhin sama Jafin, tugas dari dosen yang numpuk. Belum lagi ganti rugi mobil sialan Nata.
"Aw!" Serra reflek menarik tangannya dari rak buku setelah dia tak sengaja membuat tangannya terluka akibat kurang fokus. Tangan Serra tergores sampul keras salah satu buku yang tersusun di rak saat dia ingin mengambil buku di sebelah buku itu. Sambil membawa buku yang dia cari, Serra duduk di salah satu meja yang memang di sediakan perpustakaan untuk mereka yang mau membaca buku.
Serra segera melepas jam tangannya dan melihat separah apa luka goresan di sekitar pergelangan tangannya.
"Tinggal sembilan hari lagi."
Eh tai cicak!
Dan tiba-tiba suara seseorang mengagetkan Serra yang lagi sibuk melihat luka di tangannya. Bahu Serra terlonjak naik dia langsung melihat ke depan. Ternyata oh ternyata tanpa Serra menyadarinya si makhluk astral dari Fakultas Hukum itu duduk di hadapan Serra dengan gayanya yang songong. Nata ini emang kayak jin setengah manusia bisa-bisanya dia selalu tau keberadaan Serra.
"Waktu kamu sembilan hari lagi." Nata mengulang kalimatnya sambil menscrol kalender di ponselnya.
"Cih! Lo emang gak punya hati nurani!" Serra membuang wajah dengan kesal, setelah itu dia kembali menatap Nata jengkel, "Setelah gue selesai ganti rugi mobil lo, gue minta lo gak usah munculin muka lagi di depan gue!"
"Wushh.. sensi banget. Lagi datang bulan." Nata senewen dan dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
Serra mengepal kedua tangannya di atas meja. Dia memejamkan matanya sejenak sambil menarik napas panjang. Kilat mata Serra seperti bersiap untuk menguliti Nata hidup-hidup.
"Gue lagi dalam kondisi mood yang gak bagus hari ini. Sebaiknya lo jangan mancing-mancing gue berubah jadi siluman reog."
Nata tertawa sarkas. Lalu dia memajukan sedikit kepalanya. Bibirnya menyunggingkan senyum yang sulit ditebak.
"Apa ini ada hubungannya sama cowok tetangga apartemen?"
Aish! Serra menautkan alis geram. Serra melipat tangannya di dada.
"Lo ngomongin apa sih. Gue gak ngerti."
Nata tertawa lagi dia mencari sesuatu di ponselnya kemudian menyodorkannya ke depan muka Serra. Nata menunjukkan poto profil WhatsApp Serra.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERY MOMENT COUNTS
RomansaHal terakhir yang Serra inginkan di muka bumi ini adalah berurusan dengan Nata! Serra cuma anak kuliahan biasa pada umumnya. Kerjaannya pulang-pergi kampus, gosip bareng kedua bestienya di kantin, kalau enggak ya disibukkan dengan drama percintaann...