BAB 14
Drama Berakhir
------------------------------Hari yang melelahkan mewarnai perjalanan pulang dari Bali. Serra merasakan tulang-tulangnya remuk saking nyenyaknya dia tertidur. Matanya mengerlip kedip berusaha menormalkan pencahayaan siang yang masuk ke kornea matanya. Dan saat dia benar-benar sadar betapa kagetnya Serra kepalanya terbaring di dada Nata?!
Pantas tidurnya nyenyak. Eh?
Serra ingin beranjak namun baru sedikit bergerak denyut menyerang di kepalanya. Kepala Serra masih sedikit migrain rupanya. Di sela-sela sakit kepalanya itu ada lagi yang bikin kepalanya tambah sakit saat teringat apa yang dia lakukan sama Nata tadi malam. Spontan Serra menutup mulutnya pertanda otaknya sedang mengulang reka adegan yang dia lakukan di mobil. Dengan mata bulatnya itu dia mencuri lirik melihat wajah Nata yang tampak diam, tenang, masih tidur. Samar-samar yang melintas di otak Serra justru wajah Nata tadi malam yang di tumpahi titik-titik keringat, kepalanya yang menengadah menahan kenikmatan atas apa yang Serra lakukan padanya.
Serra akui dia ingat semuanya. SEMUANYA.
Gile anjir.. lo.. wah kacau lo Serra!
Dan Serra terbelalak saat Nata membuka mata, dia terbangun. Serra buru-buru menjauhkan tubuhnya dari Nata dan membelakanginya dengan cemas.
Nata mengusap matanya yang masih merah dan menoleh pada punggung Serra yang membelakanginya. Matanya langsung melebar bangun-bangun perasaannya terasa aneh. Tentu Nata masih ingat apa yang terjadi di mobil tadi malam. Tapi Nata selalu pandai menyembunyikan canggungnya dan bersikap seolah tak terjadi apapun. Dia memilih beranjak dari ranjang.
"Siapa mau mandi duluan? Aku atau kamu?"
Sial. Suara Nata terdengar memecah hening di kamar. Sepertinya Nata tau Serra udah bangun dari tadi. Masih membelakangi Nata dengan suara parau Serra menjawab kikuk.
"Lo.. lo aja duluan."
Tidak ada balasan percakapan lagi, Nata segera berjalan memasuki kamar mandi. Dia cuek bukan karena suatu hal, hanya saja Nata berusaha menutupi dirinya yang masih salah tingkah mengingat kejadian itu. Siapa pula yang gak salah tingkah mengingat permainan hand job Serra yang amatir itu.
Saatnya mereka meninggalkan Bali siang ini, meninggalkan semua kegilaan yang terjadi di Bali. Serra dan dinding transparan itu, ciuman gila di kamar, atau soal apa yang terjadi di mobil malam-malam.
Pesawat kembali mengudara ke kota dimana mereka menetap tinggal. Sepanjang perjalanan di pesawat pulang Nata dan Serra hanya hening dan diam. Bahkan sampai Nata mengantar Serra kembali ke kosnya pun mereka benar-benar saling diam. Baik Nata ataupun Serra sama-sama sedang mati-matian menghindari obrolan yang mana akan membuat mereka semakin canggung karena potongan-potongan adegan erotis di kepala masing-masing masih terus terputar di benak mereka.
Sesampainya di kamar kosnya yang tidak terlalu besar itu Serra langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Napasnya menghela berat, dia menenggelamkan wajahnya pada bantal. Serra lalu berdiam. Tidak sampai lima menit ponselnya berbunyi nyaring.
Panggilan video call grup dari dua bestienya.
"Heyoooo... Gimana yang abis liburan dari Bali?" Lengkingan suara Alexa duluan menyapa.
"Cuss.. ada cerita apa nih? Eh, kok muka lo kusut banget sih." Lalu Olivia yang ikut bersuara.
"Uhm.. girls, gue mau ceritain sesuatu," Suara Serra terdengar layu. Dia beranjak duduk.
"Apaan? Cerita dong."
"Gue ciuman di Villa sama Nata!" Serra mengatakannya dalam satu tarikan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERY MOMENT COUNTS
RomansaHal terakhir yang Serra inginkan di muka bumi ini adalah berurusan dengan Nata! Serra cuma anak kuliahan biasa pada umumnya. Kerjaannya pulang-pergi kampus, gosip bareng kedua bestienya di kantin, kalau enggak ya disibukkan dengan drama percintaann...