13 - Minuman Sialan

134 27 4
                                    

BAB 13
Minuman Sialan
-----------------

Sebagai penutup liburan hari ini mereka akan bersenang-senang di pantai sambil menunggu sunset indah yang bisa ditemukan di pelosok pantai manapun di Bali.

Tante Astri dan Om Dave lengkap dengan kaca mata gelap mereka lagi  nyantai berjemur di atas pasir sambil mengobrol kecil. Mungkin pasir-pasir lembut itu bagaikan terapi penghilang lelah.

Dan Serra duduk di bangku pantai menikmati angin sejuk dengan memakai mini jumpsuit yang masih sopan daripada orang-orang di sekitar, satu tangannya memegang gelas minum dan bibirnya menyesap minumannya dari sedotan, matanya memicing lurus kedepan. 

Ah cowok itu.. dia lagi asik berenang di ujung sana bersama cewek-cewek berbikini seksi. Entah darimana datangnya cewek-cewek itu tau-tau malah mendekati Nata. Pemandangan yang tak aneh lagi. Herannya dimanapun berada kenapa cewek-cewek dengan mudahnya terpikat sama Nata. Serra akui pesona Nata emang gak main-main sih. Lagi-lagi kepala Serra mendadak berkunang dipenuhi gelembung-gelembung hati yang mengudara.

Di depannya Nata berjalan menghampiri Serra dibawah sinar jingga dengan tubuh basahnya yang menyisakan titik-titik air. Pesonanya semakin menjadi saja saat Nata mengibas rambutnya yang ikut basah itu. Pandangan Serra teralih menatap otot-otot perut Nata yang terpahat sempurna, lengan besar nan kokoh itu, tubuhnya yang tinggi ideal serasa ditakdirkan untuk melindungi cewek mungil seperti Serra.

Hah apa-apaan ini. Serra baru saja mengagumi tubuh Nata? Padahal selama pacaran sama Jafin dia tidak pernah mengagumi tubuh mantan pacarnya itu. Kok sekarang pikiran Serra malah jadi aneh-aneh saat melihat Nata. Nata telah mencemari otak Serra yang suci ini. Serra sedikit melamun dia tidak bisa menghilangkan ingatannya tentang ciuman mereka tadi malam. Tapi Nata terlihat sangat tenang keesokan harinya seolah gak ada yang terjadi diantara mereka. Apa Serra harus membahas hal itu padanya?

Lalu tiba-tiba Nata sudah berdiri tepat di hadapan Serra dengan senyum manisnya dia menunduk dan mengecup puncak kepala Serra, kemudian tersenyum lagi mengecup bibirnya. Apa yang Nata lakukan! Serra terdiam meleyot. 

"Kenapa liatin aku terus?"

Dan ternyata Serra cuma berhalusinasi. Suara Nata membuyarkan skenario konyol yang ada di kepala Serra barusan. Tidak ada Nata yang datang-datang mengecup Serra. Matanya mengedip cepat.

"Dasar cabul." Nata berdecak menggelengkan kepala sambil terkekeh.

WHAT?!

Serra tersadar Nata bilang apa barusan cabul?! Serra cabul?! Oh wow. Serra membuang wajahnya. Sulit dipercaya. Sudah jelas Nata yang cabul menciumnya tiba-tiba tadi malam.

"Gak usah kepedean. Gue lagi ngeliatin bule itu." Serra melipat tangan didada sewot sambil menunjuk dengan dagu rombongan bule yang baru selesai surfing. Nata menoleh ke belakang dan raut wajahnya langsung berubah dia tidak berkomentar lagi. Nata mengambil pakaian keringnya dan akan segera menggantinya. 

Ini adalah hari terakhir mereka di Bali. Setelah seru-seruan di pantai dan sekarang mereka menghabiskan sisa malam di salah satu klub terbesar Bali. Suasana gemerlap dunia malam yang berkelas dan mewah. Disana banyak yang menyapa orang tua Nata. Para manusia paruh baya dengan perawakan mereka yang berbau Old Money itu tampak saling berpeluk dan cipika-cipiki dengan orang tua Nata. Tidak lupa Tante Astri memperkenalkan Serra sebagai pacar anaknya kepada teman-temannya itu.

"Oh ini pacarnya Nata. Nata udah gede ya sekarang, udah punya pacar lagi." Sapa salah satu Tante temannya orang tua Nata.

Serra dan Nata cuma bisa ngangguk dan nyengir-nyengir canggung sampe gigi mereka mau kering.

EVERY MOMENT COUNTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang