1. AKU MELUPAKAN SESUATU

321 6 3
                                    

Hai, aku kembali, dengan cerita baru tentunya. Aku harap kalian suka :)   
REMEMBER FOLLOW, VOTE AND COMMENT ;) 

***

Aku terbangun dari tidurku, dan langsung duduk meluruskan kaki di atas bangkar rumah sakit. Aku mengucek-ngucek mataku karena baru bangun tidur dan melihat-lihat kamar rawatku. Ini tidak salah lihat, kan? Maksudku kamar yang aku tempati ini sangat bangus dan mewah. Apa Ayah sendiri yang menangani ruang rawatku? Tapi tidak mungkin, dia selalu saja mengacuhkanku bahkan tidak mau merawatku. Apa keluarga Nynda? Tapi tidak mungkin keluarga Nynda menepatkan diriku di tempat semahal ini. Apa orang lain?

Kenop pintu membuka dan aku langsung menatapnya. Perawat tersenyum kepadaku sambil membawa infusku lalu mengganti infusku dengan yang baru, “Nyonya Sea, bagaimana keadaanmu sekarang?”

Aku ingin bilang bahwa aku tidak baik-baik saja. Ada lebam, juga sobekkan di daerah dahiku yang amat parah dan juga cedera di bagian tangan kananku. Aku tidak tahu aku harus berterima kasih kepada Tuhan yang membuatku hidup atau memprotes apa yang terjadi padaku sekarang. Namum alih-alih menjawab begitu aku menjawab yang seperlunya saja, “Baik-baik saja Suster.”

Perawat itu akhirnya sudah selesai dengan apa yang ia kerjakan, lalu dia duduk di kursi yang empuk, “Kami sangat cemas melihatmu tidak sadarkan diri. Kau koma selama dua minggu.”

Aku tercengang dan alisku bertaut, “Du-dua minggu?”

“Ya, Nyonya Sea. Ketika kau sadar aku memanggil dokter jaga dan menjelaskan yang terjadi padamu. Untungnya dia langsung paham dan memintamu mengistirahatkan tubuhmu,” katanya, sambil tersenyum seadanya. “Suamimu pasti senang melihatmu selamat.”

Aku masih dibuat janggal, maksudku, aku tidak memiliki suami dan tiba-tiba saja aku ditimpa oleh peryataan perawat bahwa aku sudah memiliki suami. Aku sudah gila. Ini tidak mungkin. Aku ingin bilang bahwa dia salah. Namun ... namun pernyataan perawat itu tidak mungkin salah. Aku tidak tahu mana yang benar dan salah. Aku tidak tahu. Solusi untuk tahu apa yang terjadi padaku, aku harus bertanya padanya. Aku melontarkan kata-kata kepada perawat itu, “Sekarang tahu berapa Suster?”

“Sekarang tahun 2021 Nyonya Sea. Memangnya ada apa?”

Pertahananku untuk tetap tegar akhirnya berujung sia-sia. Aku tidak tahu suamiku dan bagaimana dulunya aku. Jantungku berdetak tak seirama. Aku mencengkeram tanganku, dan berpikir kemana saja aku hingga melupakan hal yang harusnya aku ingat. Hingga tiba-tiba saja perawat memanggilku berulang-ulang kepadaku hingga aku mulai sadar dari lamunanku. “Ya, ada apa?”

“Dari tadi aku memanggilmu Nyonya Sea,” katanya.

Aku mengedipkan mata, dan sedikit tertawa sumbang, “Maaf, dari tadi aku terus melamun.”

“Tidak apa-apa,” katanya lalu dia berdiri hingga aku harus mendongak untuk menatapnya. “Mungkin kau lelah. Saya pamit dulu, jika ada urusan mendesak tekan saja nurse call, perawat yang baru akan langsung menanganimu.”

Ketika perawat itu ingin pergi aku mencegahnya, “Tunggu sebentar,” lontarku, “Maaf jika tidak terlalu merepotkanmu. Bisa beritahu aku siapa nama suamiku?”

Alis perawat berkedut, dan juga terkejut atas ucapanku, “Maaf Nyonya Sea, apa kau tidak ingat nama suamimu?”

“Aku ... Aku tidak ingat, Suster.”

Dia tercengang, tersenyum seadanya, dan memikirkan ulang apa yang ia lontarkan, namun tidak jadi. Dia bergerak dan duduk di kursi, “Nama suamimu kalau tidak salah adalah tuan Dean. Aku tidak tahu nama lengkapnya apa.”

GATE OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang