Setelah pelepasan, mereka tidak kunjung beranjak dari sofa. Namun saling tatap dan memeluk juga. Guna menyalurkan kerinduan karena sudah lama tidak saling jumpa.
"Kenapa kamu tidak menyerahkan diri saja? Akan aku carikan pengacara yang paling pintar supaya kamu bisa bebas!"
Mega hanya tersenyum saja. Lalu merapikan anak rambut Joanna yang menutupi wajah. Sembari menatap si wanita lekat-lekat. Sebab setelah ini dia akan pergi ke Kamboja.
Entah apa yang akan dilakukan. Mungkin menjadi bandar narkoba dan menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Agar bisa mengganti uang perusahaan dan membersihkan nama. Lalu merebut Joanna dari suaminya jika wanita itu belum memiliki anak.
"Jangan. Aku tidak mau memakai uang suamimu. Aku bisa mengurus diriku. Kamu harus percaya padaku."
"Lalu apa rencanamu sekarang? Kamu pasti tahu kalau aku menikahi dia karena terpaksa, kan? Karena dia kaya dan aku yakin dia bisa membantumu keluar dari masalah ini sekarang! Kalau kamu tidak mau kubantu Mega, lalu apa gunanya aku menikahi dia?"
Joanna menangis sekarang. Dia turun dari pangkuan Mega. Lalu memakai kembali pakaian yang sempat ditanggalkan. Begitu pula dengan Mega yang kini mulai memakai kembali celana dan kaosnya. Sebab setelah ini dia akan langsung berangkat. Naik kapal.
"Aku akan mencari uang yang banyak agar bisa mengganti uang ini. Aku janji akan kembali dan merebutmu dari Jeffrey. Selagi kamu tidak memiliki anak dari laki-laki ini."
Mega memeluk Joanna dari belakang. Membuat wanita itu tidak lagi bisa membendung air mata. Sebab dia jelas sangat mencintai Mega. Karena sudah lima tahun bersama. Namun harus berpisah karena masalah penggelapan dana.
Ceklek...
Joanna dan Mega terkejut saat pintu hotel terbuka dari luar. Lebih terkejut lagi saat Joanna melihat Johan, kakaknya yang datang dengan wajah merah padam. Bersama tiga polisi yang sudah menodongkan pistol ke arah Mega.
"BAJINGAN!"
Johan ingin mendekat. Namun Joanna langsung mengarahkan kedua tangan Mega ke arah lehernya. Berniat menjadikan diri sendiri sebagai sandra. Agar Mega bisa pergi dari sana dan tidak tertangkap.
"Cekik aku!"
Bisik Joanna pada Mega. Mereka tampak panik sekarang. Apalagi Mega yang kini tidak tahu harus berbuat apa. Sebab dia tidak mungkin menyakiti Joanna. Meski hal itu bisa membuatnya terbebas dari kepungan.
"ANGKAT TANGAN!"
Mega langsung menarik tangan dari leher Joanna. Dia memutuskan untuk menyerah saja daripada menyakiti Joanna. Membuatnya langsung mengangkat kedua tangan. Lalu menatap Joanna yang kini sudah membalikkan badan dan memeluk dirinya.
"TIDAK! JANGAN TANGKAP DIA! AKU AKAN MEMBAYAR SEMUA UANG YANG SUDAH DIA GELAPKAN!"
Johan yang sudah marah akan kelakuan adiknya mulai menjambak rambut panjang Joanna. Membuatnya melepas pelukan dan tersungkur di depan ranjang. Dengan tangis yang semakin kencang.
"BAWA DIA!"
Polisi langsung membawa Mega pergi. Memborgol kedua tangan pria ini. Lalu keluar kamar dan menuju kantor polisi. Melewati Jeffrey yang sejak tadi hanya menunggu di lobby.
Jeffrey menatap tajam Mega yang sempat menatap ke arah dirinya. Dengan tatapan tidak kalah tajam juga. Sebab mereka sudah saling kenal sebelumnya. Namun tidak terlalu dekat memang.
"Pak Johan masih di dalam kamar. Bapak diminta ke atas sekarang."
Ucap salah satu polisi. Membuat Jeffrey mengangguk kecil. Lalu menuju kamar yang sudah istrinya booking tadi. Sebab selain dapat informasi dari orang lain, dia juga sudah tahu hal ini secara rinci dari riwayat transaksi kartu debit.
PLAK... PLAK... PLAK...
Johan menampar adiknya berkali-kali. Sebab dia merasa malu sekali. Karena memiliki adik seperti ini. Membuatnya merasa tidak memiliki wajah lagi di depan Jeffrey. Sebab merasa gagal mendidik adik.
"BENAR-BENAR MEMALUKAN! MAU JADI JALANG KAMU, HAH!? APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN!? APA YANG HARUS AKU KATAKAN PADA JEFFREY DAN ORANG TUA KITA!? AKU SUDAH GAGAL MENDIDIKMU JOANNA! LEBIH BAIK KAMU MATI SAJA DARIPADA MEMBUAT MALU KELUARGA!"
Johan mencekik adiknya. Sedangkan Joanna hanya bisa menangis saja. Sembari berusaha melepaskan cekikan. Karena dia masih ingin hidup untuk membebaskan Mega. Sebab pria itu sudah tidak memiliki siapa-siapa selain dirinya.
Ceklek...
Jeffrey membuka pintu menggunakan kartu akses yang didapat dari pegawai hotel yang sudah berjaga di luar. Sebab Johan sengaja menutup pintu saat menghukum Joanna. Karena selain malu dilihat orang, dia juga tidak ingin diinterupsi saat memukul adiknya.
"KAK JOHAN! LEPAS KAK!"
Pekik Jeffrey saat melihat Johan mencekik Joanna yang sudah terbaring di lantai. Wajahnya sudah memar saat ini. Karena mendapat tamparan puluhan kali. Oleh kakaknya sendiri.
Jeffrey menarik Johan menjauhi Joanna. Sebab wajah wanita itu sudah membiru sekarang. Juga hampir saja meninggal kalau saja dia tidak segera datang.
"TERSERAH MAU KAMU KAMU APAKAN ANAK INI! AKU TIDAK AKAN PEDULI LAGI!"
Johan langsung pergi dari kamar. Meninggalkan Jeffrey dan Joanna di dalam. Berdua saja.
Jeffrey menatap Joanna yang masih terbaring di lantai kamar. Dengan air mata yang terus saja keluar. Dalam keadaan berantakan. Karena baru saja dipukuli oleh Johan. Untuk yang pertama kalinya.
"Bangun! Kita ke rumah sakit untuk mengobati lukamu!"
Jeffrey jongkok di samping Joanna. Membantu wanita itu bangun sekarang. Sebab dia khawatir tentu saja. Karena baru kali ini melihat wanita babak belur dipukuli di depan mata. Apalagi ini istrinya. Wanita yang sudah dia cinta, meski baru tiga bulan mereka saling mengenal.
"Pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi!"
Joanna menepis tangan Jeffrey yang ingin membantunya berdiri. Membuat air matanya kembali mengalir. Lalu berbalik miring memunggungi Jeffrey. Sembari memeluk lututnya sendiri.
Jeffrey yang awalnya hanya jongkok mulai duduk bersila di belakang Joanna. Dia hanya menatap istrinya dengan tatapan terluka. Karena baru saja dikhianati oleh si wanita. Sebab dia melihat kissmark di leher belakang istrinya.
"Padahal kamu hanya pamit staycation dengan teman-temanmu tadi. Ini salahku karena mengizinkan dengan mudah tadi. Seharusnya aku ikut supaya hal ini tidak terjadi."
Isakan Joanna terdengar. Membuat Jeffrey mulai mengusap lengan istrinya yang terbalut baju tidur motif salut hitam. Kembaran dengan ketiga temannya yang kini masih terlelap.
"Aku akan melupakan kejadian malam ini. Akan aku anggap hal ini tidak pernah terjadi. Asal kamu mau berjanji tidak akan mengulangi lagi."
Joanna tidak menjawab. Namun dia mulai menggenggam tangan Jeffrey dan tidak menepisnya seperti sebelumnya.
"Aku janji tidak akan mengulangi hal ini lagi, asal kamu mau mengabulkan satu permintaanku ini."
"Apa? Apapun yang kamu inginkan, pasti aku kabulkan!"
Joanna mulai menghentikan tangisnya. Lalu ikut duduk bersila di depan Jeffrey sekarang. Dengan tangan yang kini saling menggenggam.
"Bebaskan Mega. Aku janji tidak akan menemui dia. Aku janji akan menjadi istri yang baik dan setia mulai dari sekarang!"
Jeffrey yang mendengar itu tampak kecewa. Dia hanya bisa tersenyum getir sekarang. Dengan rahang mengeras dan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Baik, akan aku lakukan. Demi kamu, apapun akan aku lakukan untuk kamu."
Jeffrey mulai memeluk Joanna. Membuat wanita itu ikut membalas juga. Dengan senyum tipis yang mulai tersungging di wajah.
Udah emosi sama Joanna?
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEEK [END]
Fanfictiona children's game in which one player does not look while others hide and then goes to find them.