Joanna menolak dibawa ke rumah sakit. Karena selain takut ditanya-tanyai, ini juga karena dia ingin menagih janji Jeffrey yang akan membebaskan Mega dari masalah ini. Sesegera mungkin.
"Apa rencanamu sekarang? Kamu akan mengganti uangnya atau menyewa pengacara kondang untuk membantu Mega menang di persidangan?"
Jeffrey yang baru saja mencuci tangan langsung duduk di tepi ranjang. Di samping Joanna yang baru saja mandi dan hanya memakai handuk saja. Dengan rambut panjang yang masih digulung handuk sekarang. Membuat memar di wajah dan leher semakin terlihat.
"Kita bahas ini nanti saja. Aku akan tanya kuasa hukumku terlebih dahulu sebelum bertindak. Bagian mana yang paling sakit?"
Tanya Jeffery setelah membuka salep yang baru saja dibeli. Sebab dia ingin mengobati luka si istri. Agar cepat sembuh dan tidak membekas setelah kering. Sebab selain tamparan, Joanna juga sempat dibenturkan Johan pada ujung ranjang. Sehingga pelipisnya koyak dan mengeluarkan darah. Namun tidak banyak sehingga tidak perlu dijahit juga.
"Ini!"
Joanna menunjuk pelipis. Membuat Jeffrey lekas mengoleskan salep pada area ini. Pelan sekali, agar si istri tdiak merasa nyeri.
"Sorry..."
Ucap Joanna tiba-tiba. Saat ini dia tengah menatap leher suaminya. Sebab si pria masih sibuk mengoleskan obat. Sehingga mereka tidak bisa saling tatap.
"Tebus rasa bersalahmu dengan menjadi istri yang baik untukku."
Ucap Jeffrey selesai mengoleskan salep pada pelipis. Lalu mengecup bibir Joanna sebelum dia mengoleskan salep ke area lain. Sebab dia memang akan berusaha melupakan hal ini dan ingin memulai semuanya dari awal lagi.
"Ponselmu dibawa Kak Johan. Karena dijadikan sebagai barang bukti di kepolisian. Nanti aku belikan agak siangan. Setelah ini tidur, saat bangun, akan aku pastikan sudah ada ponsel baru."
"Thank you..."
Joanna mengecup bibir Jeffrey setelah diobati. Lalu memakai kaos dan celana dalam di depan si suami. Kemudian menaiki ranjang dan mulai tidur pada jam empat pagi.
Setelah Joanna tidur, Jeffrey mulai merapikan kamar. Melempar pakaian kotor dan handuk Joanna pada keranjang. Lalu mematikan lampu juga. Kemudian menuju ruang kerja yang ada di depan kamar. Sebab ada yang ingin dilakukan sekarang.
11. 30 AM
Joanna menatap teman-temannya yang baru saja bertamu. Dengan wajah panik tentu. Sebab mereka baru saja mendapat kabar akan apa yang telah terjadi pada beberapa jam yang lalu.
Apalagi saat melihat wajah Joanna yang babak belur. Membuat mereka bertiga menangis dan langsung memeluk. Guna memaki tentu. Karena Joanna dianggap bodoh karena sudah berlaku seperti itu.
"GOBLOK ANJING!"
"TOLOL! KALAU MAU SELINGKUH BILANG! SUPAYA KITA BISA BACKING DI BELAKANG!"
"LAGI PULA APA HEBATNYA MEGA, HAH!? DIA BURON SEKARANG! BUKAN SALAHMU JUGA DIA SEPERTI INI, KAN!? JADI BERHENTI PEDULI PADANYA! FOKUS PADA PERNIKAHANMU SAJA! KASIHAN SUAMIMU JOANNA!"
Joanna hanya terkekeh saja. Lalu membawa teman-temannya ke ruang keluarga. Kemudian meminta ART untuk menyiapkan makanan dan minuman juga.
"Jadi Kak Johan yang membuatmu seperti ini? Lalu Jeffrey?"
"Dia tidak melakukan apapun. Bahkan dia yang mengobati lukaku."
"ANJING! BERSYUKUR PUNYA SUAMI BAIK! BUKAN MALAH SELINGKUH ANJING! TIDAK TAHU DIRI!"
Joanna menerima umpatan teman-temannya. Dia tidak banyak cerita pada mereka. Karena selama ini dia hanya akan membagi hal-hal yang pantas dibagi saja. Selebihnya akan dia simpan sendirian.
![](https://img.wattpad.com/cover/356451881-288-k307645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEEK [END]
Fanfictiona children's game in which one player does not look while others hide and then goes to find them.