10/10

214 44 30
                                    


9. 30 PM

Joanna baru saja pulang. Naik taksi dan berhenti di depan gerbang. Lalu berjalan cukup jauh hingga tiba di pintu rumah.

"Apa yang kamu lakukan di luar? Kamu menemui Mega, kan?"

Tanya Jeffrey yang tiga jam yang lalu sudah menunggu di teras. Dia bahkan melewatkan makan malam. Sebab tidak nafsu makan sejak tahu berita tentang kedatangan Mega.

"Kalau iya kenapa? Masalah?"

Jawaban Joanna jelas membuat Jeffrey marah. Dia berniat mengadu pada Johan. Untuk mendisiplinkan Joanna. Sebab hanya dia yang ditakuti istrinya.

"Kita sudah punya Savinna! Gila kamu kalau masih ingin kembali dengannya!"

Jeffrey mengeraskan rahang. Dia juga mencengkram lengan kanan Joanna. Berniat mencegah wanita itu untuk langsung masuk rumah. Sebab dia masih ingin berbicara sekarang.

"Kamu yakin Savinna anakmu? Bisa saja dia bukan anakmu. Karena aku tidak hanya tidur denganmu!"

Joanna menarik tangannya kasar. Melepaskan cengkraman tangan suaminya. Lalu bergegas memasuki rumah. Sebab dia ingin berkemas.

Jeffrey yang mendengar itu agak tersentak. Sebab baru kali ini dia mendengar hal ini dari Joanna. Karena biasanya, orang lain yang memperingatkan.

Iya. Beberapa teman Jeffrey yang kenal Mega juga pernah berkata demikian. Mereka mengatakan jika Savinna mirip Mega. Karena sama-sama memiliki kulit sawo matang. Sedangkan kulitnya dan kulit Joanna sama-sama putih pucat.

Jeffrey yang memang ikut dalam proses Savinna dilahirkan jelas tidak terima. Dia merasa jika Savinna adalah anaknya. Anak kandungnya. Karena dia merasa sangat terikat dengan si anak.

Ya. Anggap saja warna kulit Savinna menurun dari kakek buyutnya. Sebab Johan juga berkulit sawo matang. Meski kedua orang tuanya sama-sama berkulit putih pucat.

Jeffrey diam di teras cukup lama. Hingga suara guntur membuyarkan lamunan. Membuatnya segera menyusul Joanna yang kini sudah memasuki kamar.

"SEDANG APA KAMU!?"

Bentak Jeffrey saat melihat Joanna yang sedang membuka koper besar. Lalu diisi beberapa pakaian. Membuat dirinya jelas merasa murka. Sebab tidak ingin ditinggalkan.

"Pergi! Aku sudah muak pura-pura bodoh lagi!"

Jeffrey mengernyitkan alisnya. Bingung akan ucapan Joanna. Sebab dia merasa jika selama ini tidak pernah menganggap bodoh istrinya.

"Aku sudah tahu kalau kamu yang merencanakan semua ini! Dari menjadikan Mega sebagai buronan hingga membuatnya hampir meninggal! Kamu benar-benar jahat! KAMU BAJINGAN!"

Joanna mengatakan ini dengan air mata yang berlinang. Bukan karena kesedihan. Namun kemarahan. Sebab dia jelas sakit hati akan apa yang telah pria itu lakukan. Padahal Mega tidak salah apa-apa.

Raut wajah Jeffrey berubah. Dia yang awalnya marah mulai berubah datar. Dia juga mulai menduduki tepi ranjang. Lalu menutupi koper Joanna dengan kakinya. Sembari melipat tangan di depan dada.

"Oh, jadi kamu sudah tahu? Sejak kapan? Sejak kapan kamu tahu tentang hal itu?"

Joanna diam saja. Lalu menyeka air mata. Kembali membuka koper dan memasukkan beberapa setel pakaian.

"JAWAB AKU JOANNA!"

Jeffrey kembali menendang koper Joanna. Hingga isinya keluar berserakan. Membuat wanita itu jelas semakin marah. Lalu menatap suaminya dengan tatapan tajam.

"SEJAK DULU! SEJAK AKU TAHU KEHAMILANKU! SELAMA INI AKU BERTAHAN KARENA ANAK ITU! BUKAN KARENA KAMU! JADI JANGAN MENAHANKU! LEBIH BAIK NIKAHI ISLA DAN HIDUP BAHAGIA DENGANNYA TANPA AKU! KARENA AKU AKAN MERELAKAN SAVINNA BERSAMAMU!"

Jeffrey yang mendengar itu mulai berkaca-kaca. Dia sangat kecewa saat tahu Joanna telah menyembunyikan hal ini darinya. Sehingga dia merasa tertipu jelas saja. Meski sebenarnya, mereka sama-sama saling menipu selama bertahun-tahun lamanya.

"Berani kamu keluar rumah, akan kubuat laki-laki itu mati di tempat!"

Ancam Jeffrey saat Joanna mulai menutup kopernya. Setelah kembali memasukkan beberapa pakaian dengan asal. Sebab dia malas berdebat dan ingin pergi sekarang juga.

"Kamu pikir aku takut? Mega tidak selemah dulu, dia tidak akan mudah kalah olehmu!"

Tantang Joanna sebelum pergi. Sebelum Jeffrey menahannya lagi. Sebab Joanna jelas akan kalah dengan tenaga pria ini. Jika dia mulai beraksi.

Sebelum menuruni tangga, Joanna sempat menatap ke arah pintu kamar Savinna. Dia bimbang ingin berpamitan atau tidak. Sebab dia merasa jika ini adalah saat terakhirnya menginjak rumah suaminya.

Maaf. Mama memang bukan ibu yang baik.

Joanna langsung menuruni tangga dengan tergesa. Dia juga mulai menelepon Mega. Mengatakan jika dia akan kembali menemui dirinya sekarang.

Setelah panggilan dimatikan, Joanna meminta supir mengantar dirinya. Dengan air mata yang berlinang. Sebab dia akan kehilangan anaknya. Anak yang selama ini tidak dirawat dengan baik olehnya.

Sebab Joanna memang sengaja menjaga jarak dengan anaknya. Agar Savinna tidak terlalu terikat dengannya. Supaya dia tidak terlalu sedih jika ditinggalkan. Sebab Joanna tahu jika hari ini akan datang suatu saat.

Tbc...

HIDE AND SEEK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang