Beberapa tahun kemudian.Isla sudah ikut tinggal di rumah Jeffrey dan Joanna. Karena selain menjadi ibu susu Savinna, dia juga telah menjadi pengasuh si anak. Mengingat Joanna mulai merintis rumah produksi sekarang. Sehingga dia tidak bisa fokus mengurus anak.
"Hanya sebentar. Tidak ada satu jam. Apa kamu tega melihat Savinna menangis di hari ulang tahunnya?"
Joanna yang baru saja menghapus riasan tampak kesal. Sebab dia malas berdebat dengan suaminya. Masalah Savinna yang ingin dia hadir dalam acara ulang tahun yang ke enam besok siang.
"Aku sudah ada janji meeting penting. Kan, sudah ada kamu dan Isla!"
Ucap Joanna sembari melempar kapas ke tempat sampah. Dia langsung membuka lemari pakaian. Lalu memilih baju tidur sebelum mandi menggunakan air hangat.
"Ibunya Savinna itu kamu! Bukan Isla! Selama ini aku tidak pernah mempermasalahkan saat kamu mengabaikan Savinna. Apa satu permintaan ini sangat berat? Hanya satu tahun sekali. Apa tidak bisa meeting ini ditunda sebentar? Aku akan bayar berapapun kerugian yang kamu terima jika memang menggagalkan meeting bisa membuat kamu rugi besar."
Jeffrey mengikuti Joanna sampai ke kamar mandi. Sabab dia benar-benar ingin memenangkan negoisasi. Karena tidak tega melihat Savinna menangis esok hari.
"Ini bukan soal uang. Tapi integritas. Kamu pikir aku melakukan semua ini demi uang? Tidak! Rugipun akan aku lakukan agar tetap waras!"
Joanna mulai melucuti pakaian. Lalu memasuki bath tub yang sudah berisi air hangat. Sebab dia sudah meminta Jeffrey menyiapkan sebelumnya.
"Selalu saja seperti ini yang kamu katakan. Memangnya apa yang membuatmu tidak waras? Apa pernikahan ini tidak membuatmu bahagia? Apa aku kurang baik menjadi suami? Katakan! Apa yang membuatmu begitu stress sampai harus berlaku seperti ini pada kami?"
Joanna menarik nafas panjang. Lalu beralih pada iPad yang ada di depan. Karena dia berniat berendam sembari menonton film survival.
"Kalau aku jelaskan juga kamu tidak akan mengerti."
Jeffrey tidak putus asa. Dia mulai jongkok di samping bath tub. Lalu mengusap rambut Joanna dengan lembut. Sembari mendekatkan wajah karena ingin sedikit menggoda tentu. Karena istrinya suka diperlakukan seperti itu.
"Sayang, aku janji ini hanya sebentar. Tidak ada satu jam. Kamu bisa mundurkan meeting dua jam. Aku sendiri yang akan mengantarmu ke kantor dengan selamat tanpa terlambat. Aku juga akan berinvestasi lagi pada pada project yang sedang kamu garap. Mau, ya?"
Tangan Jeffrey turun mengusap pipi Joanna. Membuat wanita itu mulai menarik nafas panjang. Lalu mengarahkan tangan suaminya pada bagian bawah tubuhnya. Kemudian memulai ciuman saat tangan pria itu bekerja di bawah sana.
Jeffrey mulai menyunggingkan senyuman. Karena hal ini berarti jika Joanna mau menuruti permintaan. Sebab jika tidak, disentuh saja enggan.
Tanpa pikir panjang, Jeffrey ikut masuk ke bath tub juga. Setelah melepas pakaian. Karena mereka akan bermesraan.
11. 30 AM
Joanna sedang bersiap ke kantor setalah mengikuti acara tiup lilin dan potong kue bersama Savinna. Membuat anak itu tersenyum begitu lebar. Karena bahagia tentu saja. Sebab bisa melakukan foto bertiga.
"Kamu tidak pamit pada Savinna dulu? Nanti dia mencarimu."
Tanya Jeffrey saat melihat Joanna yang baru saja berganti pakaian. Lalu menyambar tas kerja. Sebab dia akan berangkat sekarang. Diantar oleh dirinya.
"Dia sedang asyik dengan teman-temannya. Lagi pula, aku sudah bilang Mama. Nanti juga disampaikan."
"Ya sudah. Nanti mau pulang jam berapa? Aku jemput, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEEK [END]
Fanfictiona children's game in which one player does not look while others hide and then goes to find them.