Satu bulan kemudian.Setelah mendengar kabar Mega meninggal, Joanna tinggal di apartemen salah satu teman baiknya yang bernama Merida. Tanpa sepengetahuan kakaknya. Sebab sudah pasti Johan akan murka jika tahu adiknya tidak tinggal di rumah suaminya selama satu bulan.
"Jo, ada suamimu."
Joanna yang sedang melamun di balkon mulai menolehkan kepala. Menatap Jeffrey yang baru saja pulang kerja. Sebab dia masih memakai setelan jas.
"Kan sudah aku bilang jangan ke sini lagi! AKU AKAN PULANG SATU MINGGU LAGI!"
Bentak Joanna pada Jeffrey. Membuat Merida yang akan berganti pekaian agak terperanjat saat ini. Padahal dia sedang berada di kamar dalam keadaan pintu terkunci.
"Aku hanya ingin melihatmu sebentar. Sekalian membawa obat. Merida bilang kamu sakit semalam. Sekarang sudah enakan?"
Jeffrey menyentuh dahi Joanna. Namun lekas ditepis kasar oleh si wanita. Sebab dia memang merasa jika kematian Mega adalah salah suaminya. Karena terlambat membuat keputusan. Hingga membuat pria itu meninggal.
"Ya sudah. Aku pulang sekarang. Minum obatnya. Satu minggu lagi aku jemput, ya?"
Joanna tidak bersuara. Dia hanya kembali menatap depan. Sembari melipat tangan di depan dada. Mengabaikan suaminya yang kini berniat pergi dari unit apartemen temannya.
Tok... Tok...
"Merida, aku pulang sekarang. Terima kasih karena sudah mengizinkan aku datang."
"Iya, Jeff. Hati-hati!"
Seru Merida dari dalam kamar. Dia masih berganti pakaian. Sedangkan Jeffrey mulai keluar dari unit apartemen dengan perasaan kecewa. Karena lagi-lagi Joanna menolaknya.
"Sabar, satu minggu lagi dia pulang. Kalau tidak, baru aku minta tolong Johan."
Ucap Jeffrey saat memasuki lift. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Meski dalam hati begitu sedih. Karena tampak seperti duda padahal masih memiliki istri.
"Jo, apa ini tidak keterlaluan? Aku kasihan pada suamimu. Dia tampak begitu baik padamu. Tapi seperti ini balasanmu!"
Seru Merida pada Joanna. Dia baru saja keluar kamar. Dengan tank top dan celana sepaha. Sama seperti apa yang Joanna kenakan. Sebab wanita itu memang selalu memakai bajunya selama ada di sana.
"Kalau kamu jadi aku, apa kamu masih bisa menerima laki-laki itu? Aku menikahinya karena Mega. Jika Mega sudah meninggal, lalu apa tujuanku sekarang?"
"Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan menikahi Jeffrey dengan alasan seperti itu! Kenapa kamu jadi seperti ini, hah!? Kamu bukan Joanna yang aku kenal! Kamu kejam! Kamu sudah menjadi orang jahat sekarang! Hanya karena laki-laki kriminal seperti Mega!"
Ucapan Merida jelas membuat Joanna naik pitam. Dia langsung bangkit dari duduknya. Lalu mengepalkan kedua tangan sembari menatap Merida tajam.
"Mega bukan kriminal! Dia hanya meminjam uang perusahaan!"
"Meminjam tanpa izin apa namanya kalau bukan mencuri, hah!? Sekali kriminal tetap kriminal!"
Plak...
Joanna menampar Merida. Untuk yang pertama kalinya. Padahal mereka sudah berteman sejak sekolah dasar.
"Kamu tidak kenal Mega! Kamu tidak tahu apa-apa!"
Joanna langsung memasuki kamar. Dia berganti pakaian. Menggunakan jeans hitam dan kaos putih panjang. Dipadukan dengan jaket kulit warna hitam juga.
Joanna mengemasi beberapa setel pakaian ke dalam tas ransel yang dibawa datang. Tidak lupa memasukkan dompet dan ponsel barunya juga. Sebab dia tidak bisa hidup tanpa mereka.
Merida hanya menatap Joanna yang kini berniat pergi dari apartemennya. Sebab dia jelas sakit hari sekarang. Karena Joanna lebih memilih Mega daripada dirinya. Padahal dia sudah meninggal.
Satu minggu kemudian.
Merida baru saja pulang kerja. Dia tampak lemas saat keluar dari gedung kantornya. Namun saat tiba di depan, dia terkejut saat melihat Jeffrey sudah berada di depannya. Dengan senyum yang mengembang di wajah.
"Hari ini aku akan menjemput Joanna. Sekalian pulang denganku saja."
Ucapan Jeffrey jelas membuat Merida terkejut. Sebab selama ini dia mengira Joanna pulang ke rumah suaminya saat keluar dari unit apartemennya. Bukan justru pergi entah ke mana.
"Loh? Jeff, dia sudah pergi dari apartemenku sejak satu minggu yang lalu. Setelah kamu datang, dia bertengkar denganku. Lalu dia pergi tanpa pamit padaku. Aku kira dia pulang padamu."
Jeffrey menatap Merida tidak percaya. Sebab dia tahu jika Merida dan Joanna berteman dekat. Bahkan sejak sekolah dasar dan hampir tdiak pernah bertengkar hebat. Sehingga dia mengira jika mereka sedang bersekongkol sekarang.
"Demi Tuhan aku tidak bohong! Sebentar, aku tanya Keyra dan Valora juga. Siapa tahu mereka ada yang tahu Joanna ada di mana."
Jeffrey menatap Merida yang sedang menelepon kedua temannya. Bertanya akan keberadaan Joanna. Sebab suaminya bertanya.
"Kalian sedang bersama? Bagus kalau begitu. Aku mau tanya, kalian tahu Joanna di mana? Satu minggu lalu dia keluar dari apartemenku. Tapi dia tidak pulang ke rumah. Suaminya mencari sekarang."
Serius? Kita tidak tahu. Kamu tahu sendiri sejak dua minggu lalu kita dinas di Surabaya. Baru kembali ke Jakarta minggu depan.
"See? Kamu dengar sendiri, kan? Kalau masih tidak percaya, kamu bisa datang ke apartemenku sekarang. Kalau perlu cek rekaman CCTV di lobby sekalian."
Jeffrey yang memang masih tidak percaya jelas mengiyakan. Membuat Merida tampak kesal. Sebab merasa jika penjelasannya sia-sia.
11. 30 PM
Jeffrey baru saja tiba di rumah. Setelah mencari Joanna. Tidak hanya di tempat Merida. Namun di tempat teman-teman Joanna yang tinggal di kota ini juga.
"Tidak tahu, Kak. GPSnya mati. Kartu debitku yang dibawa juga tidak ada riwayat transaksi pada satu minggu terakhir. Sudah, aku sudah cari di seluruh tempat tinggal temannya. Setelah ini aku ke Surabaya, aku mau menemui dua temannya yang dinas di sana. Siapa tahu Joanna ikut mereka."
Jeffrey mulai menaiki tangga. Lalu mematikan panggilan. Kemudian bergegas menuju kamar. Sebab dia harus bersiap menuju bandara. Karena jet pribadi sudah menunggu dirinya untuk terbang ke Surabaya.
Ceklek...
Pintu kamar terbuka. Jeffrey terperanjat saat melihat Joanna yang sedang membuat berantakan isi kamar. Karena mencari surat nikah yang Jeffrey simpan. Sebab dia berniat bercerai sekarang. Karena sudah tidak memiliki alasan untuk meneruskan pernikahan.
"Joanna? Kamu sedang apa? Sedang mencari apa?"
"Surat nikah! Di mana surat nikahku sekarang? Aku ingin berpisah!"
Ucapan Joanna jelas membuat Jeffrey gelisah. Dia berusaha menyentuh tangan Joanna. Namun wanita itu terus menghindar. Karena tidak ingin kembali luluh karena sentuhan.
"Sayang, kenapa ingin berpisah? Hubungan kita baik-baik saja. Aku tahu kamu masih merasa emosional karena Mega meninggal. Aku tidak akan marah. Aku bahkan mewajarkan karena kalian sudah bersama cukup lama. Lima tahun enam bulan, kan? Aku yang hanya orang baru di hidupmu jelas kalah telak. Tapi sekarang dia sudah tiada. Dia sudah tenang di alamnya. Di sana, dia pasti ingin melihatmu bahagia, merasa aman dan ada yang melindungi juga. Aku orangnya. Aku janji akan terus menjagamu sampai maut memisahkan. Aku juga akan belajar agar bisa sebaik Mega. Asal kita tidak berpisah."
Joanna yang sedikit tersentuh mulai berkaca-kaca. Hingga diam saja saat Jeffrey memeluknya. Namun belum sampai dia membalas pelukan, tiba-tiba rasa mual datang. Saat mencium aroma parfum suaminya.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEEK [END]
Fanfictiona children's game in which one player does not look while others hide and then goes to find them.