05. kejadian dan tragedi

663 63 3
                                    

"Kau tau, hanya ada tiga cara untuk hidup di dunia ini"

"Apa?" Jawab seorang wanita cantik yang berada di hadapan seorang laki laki tengah sibuk mengotak atik laptopnya.

"Satu, makanan. Dua, pasangan, tiga perintah"

"Apa maksudnya" wanita itu menyerngit bingung menatap sang lawan bicara.

"Ya jika kau menuruti keinginan ku itu sama saja cara kamu hidup di dunia ini"

"Hah jadi begitu, lalu apa keinginan mu?" Tanya wanita itu.

Sang laki laki perlahan mendekat, dia memegang bahu sang wanita yang sedang duduk di kursinya, lalu dia menarih dagunya di bahu sang wanita. Setelah itu, tangannya mulai menaikan rok sang wanita itu, dia mengusap perlahan paha putih mulus tersebut.

Wanita yang diperlakukan seperti itu tidak terima, dia menarik kursinya pelan untuk menjauh, karena itu adalah sebuah pelecehan.

"Kau gila!!" Sentak sang wanita.

"Apanya, bukankah aku sudah berkata tadi? Jika kau ingin hidup maka harus menuruti perintahku"

"Nemuaskan nafsumu, tidak aku akan mengundurkan diri dari pekerjaan ini. Dasar bajingan, kau pasti s —"

"Maaf nona kau tidak bisa pergi"

"Siapa kamu?!"

"Bawa dia"

"Arghhh tidak, lepaskan!!" Tolong siapapun tolong"

"Itu adalah hukuman untuk seseorang yang menolakku dan menentang perintahku, berikan dia sesuatu yang lebih indah dari pada usapan paha yang aku berikan"

Diksa memalingkan wajahnya tidak kuat melihat siksaan itu, sangat menyakitkan, bahkan teriakan rintihan penuh penderitaan itu terngiang di telinganya.

Diksa tidak kuat lagi mendengarnya, hingga dia menepuk tangan lalu kembali kealam sadar dengan nafas terengah engah.

"Huhh huhh"

Bruk

"Kak Diksa, kak Diksa enggk papa?" Jicel sigap menangkap Diksa yang tiba tiba saja ambruk di sampingnya. Dia hanya mencekal tangan Diksa, dia tidak kuat jika harus memegangi Diksa yang kekar ini.

"Gue baik baik aja" jawab Diksa, nafasnya memburu hebat, penyiksaan itu terlihat sangat sadis.

Di tikam memakai pisau, di tusuk berkali kali, lalu dia sayat. Disuruh meminum darahnya sendiri, lalu di masukan kedalam bak mandi di buang darahnya disaat sudah meninggal.

Terakhir, mereka menggali tanah di parkiran untuk mengubur wanita itu. Menumpuknya menggunakan sebuah semen, lalu atasnya didirikan sebuah patung.

"Aku tidak bisa menolong mu, maksudku untuk mengambil jasadmu aku tidak bisa" ujar Diksa menatap sendu sosok makhluk halus wanita yang berada di hadapan dia.

"Setidaknya tolong laporkan ini ke pihak berwajib setelah mencari bukti, karena perusahaan ini akan terus memakan korban jika mereka tidak menuruti apa perkataan sang atasan"

"Baik, jadi kamu tidak pernah mencoba masuk kedalam perusahaan ini?" Tanya Diksa.

"Terlalu menyakitkan, aku tidak berani"

"Aku akan mencoba masuk, aku minta tolong jika sesuatu datang kau harus ikut membantu, menunjukkan wujudmu untuk menakuti mereka" pinta Diksa, hantu wanita tersebut mengangguk.

"Jicel lo —"

"Aku ikut!!" Seru Jicel, seakan dia sudah tau apa yang akan diksa katakan.

"Gk, gue gk bakal ijinin lo" tegas Diksa, karena mungkin akan ada sesuatu yang berbahaya.

We Are Different [ Nosung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang