10. mencari tau

608 61 3
                                    

"Rumahnya keliatan lebih serem dari yang dibayangkan" ucap Diksa, karena dia melihat semua keadaan rumah itu dipenuhi aura gelap yang sangat mencekam.

"Em, sedangkan apartemen kakek Jicel ada disana" Jicel menarik tangan Diksa yang masih mematung melihat rumah itu.

Hingga mereka tepat berada di apartemen yang sangat tinggi, apartemen ini milik kakek Jicel, jadi dia mempunyai apartemen untuk disewakan pada orang orang.

"Kalo sabtu gini biasanya dia di dalam" ucap Jicel, dia melangkah dan menyuruh Diksa untuk mengikuti dirinya.

Sesampainya mereka disebut pintu masuk, Jicel langsung menuju satpam yang berjaga, tanpa basa basi satpan yang mengantar Jicel langsung membawa Jicel dan Diksa kearah ruangan kakek Jicel atau kamarnya.

Klek

Diksa mengamati Jicel yang membuka pintu itu perlahan, dia melihat ruangan yang sangat indah ala klasik dan nuasa warna coklat juga putih.

"Siapa itu"

"Kakekk"

Jicel berlari memeluk kakeknya dengan erat, padahal disaat itu kakeknya sedang memegang sebuah cangkir yang berisikan seperti teh ditangannya.

"Waduh, cucu kesayangan kakek sampai kapan?" Dia mencoba meletakan gelas itu hingga membalas pelukan Jicel.

"Baru aja kek belum lama" Jicel melepaskan pelukan dari sang kakek, lalu dia menunjuk kearah Diksa.

"Ini kak Diksa kek temen Jicel"

Diksa membungkukkan badannya untuk tanda sopan, kakek Jicel pun meresponnya dengan sangat baik. Hingga mereka mulai disuruh duduk.

"Jicel kamu siapin minuman buat temen kamu bisakan?" Tanya kakek, Jicel mengangguk lalu pergi.

"Nanti dulu ya, biarkan Jicel yang ambil minum"

"Em harusnya tidak usah repot repot kek, soalnya saya kesini cuman di ajak Jicel saja" jawab Diksa.

"Jangan sungkan, tamu adalah raja jadi harus di jamu"

Diksa mengangguk dengan tersenyum canggung, dia hanya berfikir. Apakah para tamu apartemen tidak terganggu, bukankah jarak rumah itu pada apartemen ini tidak jauh, bisa bisa ada beberapa makhluk halus yang bisa keapartemen ini.

"Kamu nyari sesuatu?"

"Ehh enggk kek, ngomong ngomong kakek tinggal sendiri?" Tanya Diksa penasaran karena nenek Jicel tidak terlihat.

"Iya, biasanya kalo minggu kakek pulang kerumah. Tapi lebih seringnya disini setelah istri kakek meninggal"

"Ah gitu, tapi kakek masih keliatan muda banget" jawab Diksa, dia tertawa kecil.

"Kamu bisa aja, kakek emang baru usia 40 tahunan"

"Wahhh pantes aja, pasti dulu nikah muda ya kek?" Tanya Diksa, dia kembali tertawa dengan mengangguk.

"Tebakanmu tepat nak, kamu sepantaran Jicel atau bagaimana?"

"Saya kakak kelasnya kek" jawab diksa.

"Cukup kaget kakek karena dia biasanya bawa Bara aja kesini, sekarang dia punya teman lain ternyata"

"Emang biasanya Jicel cuman bawa Bara ya kek?" Tanya Diksa.

"Kalo ke apartemen sih iya, tapi kalo kerumahnya cukup banyak orang sampai kakek pusing"

Diksa tertawa kecil, Jicel adalah anak yang sangat cerewet, banyak polah juga hiperaktif. Selama Diksa bersama Jicel jarang sekali dia melihat Jicel yang badmood, karena Jicel sangat pintar mengembalikan keadaan.

We Are Different [ Nosung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang