06. terselesaikan

609 72 7
                                    

"Kemarilah, bawa keparkiran"

"Jalan buntu kak Diksa"

Diksa menghentikan langkahnya, tidak mungkin, padahal ini sudah berada di akhir dan mereka akan segera menuju parkiran. Diksa menoleh kesana kemari, dia sekarang tersudut.

"Serahkan dia sekarang"

"Kak Diksa" Jicel melepaskan genggaman tangan Diksa, namun Diksa malah menariknya kembali.

"Aku tidak akan menyerahkannya sampai kapanpun" jawab Diksa tegas.

"Meski kau kehilangan nyawamu?"

"Kak Diksa, jangan ngorbanin nyawa kak di —"

"Diem Jicel, lo harus nurut sama gue biar gue gk marah" pinta Diksa, Jicel terlihat murung.

"Oau hebat, apakah dia sangat berharga sehingga kamu tidak akan melepaskannya?"

"Ya" jawab Diksa, Jicel melirik sekilas kearah Diksa.

Diksa mendekat kearah Jicel "lo percaya gue kan?"

Tanpa ragu Jicel mengangguk, Diksa menarik Jicel membuat beberapa orang itu sigap untuk mengambil Diksa dan Jicel, tapi tanpa aba aba Diksa langsung melompat memeluk Jicel kearah kaca itu hingga pecah berserakan.

Crang

Brukh

"Akh shit"

"Kak Diksa" Jicel langsung menatap Diksa yang masih menindihnya melindungi dia dari pecahan kaca itu.

"Kak Diksa, kak Diksa jangan" Jicel mencoba menyingkirkan Diksa dengan rasa khawatir jika Diksa terkena pecahan kaca tersebut.

"Gk papa, gue" jawab Diksa dengan nafas terengah engah.

"Bodoh kak Diksa, nekat banget lompat dari atas, untung gk tinggi" meski jicel khawatir tapi dia juga marah, kenapa Diksa tidak menyerahkannya saja.

"Terus lo mau apa, emang mau lo di cabulin sama om om pedo itu?" Tanya Diksa.

"Enggk lah" jawab Jicel kesal.

Marvel yang jadi saksi sekarang, bagaimana diksa masih berada di atas Jicel dengan menindihi Jicel tanpa bergeming sama sekali dari sana.

"The real kesempatan dalam kesempitan"

Diksa tersadar, dia langsung mengangkat tubuhnya yang terasa pegal dan sakit. Ternyata, ada sebuah pecahan kaca yang menancap di punggung dan kakinya.

"Aww sakit banget" ujar Diksa mencoba raih pecahan kaca itu.

"Kan kan iss, sini"  Jicel membalikan tubuh Diksa, dengan mata terpejam dia berusaha menarik pecahan itu, setelahnya Diksa merintih.

"Masih berada disitu?"

Jicel tersentak, begitupun dengan Diksa. Mereka sangat cepat, bagaimana ini Diksa sulit untuk berjalan.

"Lari Ji" Diksa mendorong Jicel.

"Gk, harus sama kak Diksa" jawabnya sarkas.

"LARI GUE BILANG"

"GK MAU!!"

Grep

"Gk akan, Jicel gk akan ninggalin kak Diksa" Jicel memeluk Diksa dari belakang membuat Diksa tercekat.

"Tapi Ji l —"

"Diem, mau gimanapun pendirian Jicel tetep gk akan tinggalin kak Diksa meski dalam bahaya" jawab Jicel.

"Bagus kalian saling melindungi, pasangan yang romantis. Baiklah, jika temanmu ini tidak ingin kenapa napa, serahkan dirimu anak manis, kau patut dijadikan sebuah mainan"

We Are Different [ Nosung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang