09. teman diksa?

625 72 7
                                    

Keesokan harinya Jicel benar benar datang kerumah Diksa, sesuai arahan dari Marvel. Ada untungnya kan Jicel bisa melihat Marvel, dia jadi bisa tau rumah Diksa dan Naresh dimana.

Jicel keluar dari mobilnya yang langsung dihampiri oleh satpam, dia datang kearah Jicel karena takutnya Jicel salah rumah atau bagaimana.

"Adek, cari siapa?" Tanyanya.

"Ini bener rumah kak Naresh?" Tanya jicel, sang satpam mengangguk.

"Em Jicel temannya kak Diksa"

Sang satpam bingung, dia dengar bahwa Jicel bertanya ini rumah Naresh dan berfikir bahwa Jicel mencari Naresh. Tapi kenyataannya, Jicel malah menyebutkan nama Diksa sebagai temannya.

"Yaudah mari masuk" ajaknya meski masih bingung dengan ucapan jicel.

Jicel sangat antusias hingga gerbang terbuka, disana awalnya sang satpam ingin memanggilkan Diksa untuknya, tapi Jicel menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia hanya ingin mengetuk pintu rumah Diksa katanya, memang agak lain membuat sang satpam hanya menuruti keinginan anak 17 tahun ini.

Jicel mengetuk pintu tiga kali menunggu pintu dibukakan dengan wajah senangnya, hingga perlahan pintu itu terbuka menampilkan sesosok wanita cantik tersenyum kearahnya.

"Eh ada apa?" Tanya dia.

"Anu Jicel mau cari kak —"

"Kak Naresh nya lagi gk ada dirumah dek" potong cepat seseorang laki laki yang datang tak lain adalah ayah dari Naresh.

"Bukan kak Naresh, tapi kak Diksa" Jicel melambaikan tangannya sembari menggelengkan kepala bahwa tebakan itu salah.

"Hah?" Kedua orang itu bingung saling bertukar tatap penuh arti.

"Jicel temennya kak Diksa" sambung Jicel.

"Hehh? Diksa, temen?" Dia nampak kaget hingga seperti itu, membuat Jicel mengangguk angguk setuju dengan ucapannya.

"Pah cepet panggilin Diksa!!" Wanita itu menyuruh suaminya untuk pergi memberi tahu Diksa, nampak sangat terburu buru.

"Masuk dek masuk masuk"

Jicel menjadi canggung, kenapa mereka sampai seheboh ini? Padahal kan dia hanya ingin bertemu Diksa sesuai janji kemarin.

"Bentar ya sayang, tante buatin minuman dulu" ucapnya beranjak pergi dari sana, padahal Jicel baru ingin mengatakan tidak usah repot repot.

Jicel duduk dengan mengamati semua benda, dinding bahkan yang ada dirumah naresh. Lalu sebuah foto besar yang dipajang di dinding, masa kecil Diksa juga Naresh dan kedua orang tua mereka masing masing.

Jicel sebenernya belum tau semua tentang Diksa, termasuk orang tuanya pergi kemana. Yang Jicel tau hanya, Diksa sepupu Naresh yang tinggal bersama dengan Naresh.

"Padahal diliat dari foto itu kak Diksa sama kak Naresh akur" gumam Jicel karena dia melihat Naresh dan Diksa tertawa lalu saling berangkulan.

Tapi saat dia mengalihkan pandangan dia kearah yang lainnya, sudah menjadi suram. Hanya ada foto papa, mama, Naresh dan Diksa yang sudah kehilangan senyum mereka.

"Rasanya gelap, suram" gumam Jicel kembali.

Lalu beberapa foto seperti masa SD, SMP sampai SMP Diksa dan Naresh yang dipajang foto bersama. Tapi dalam foto tersebut, tidak ada kebahagiaan dari raut wajah mereka.

"Maaf ya tante lama" ucapnya, dia menaruh nampan berisi minuman tersebut di hadapan Jicel.

"Harusnya tante gk usah repot repot" ucap Jicel sedikit sungkan dia dijamu sampai seperti ini.

We Are Different [ Nosung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang