20. penenang ku

795 69 9
                                    

Keesokan paginya setelah menjenguk Jicel, Diksa merasa bahwa dirinya ada semangat hidup kembali setelah merasa dunianya penuh dengan kehampaan.

Lalu dia seperti biasa berangkat sendiri, akan tetapi kali ini cukup berbeda karena orang tua Naresh kebetulan di panggil ke sekolah, Naresh telah berbuat ulah.

Mau tidak mau Diksa berangkat satu mobil dengannya, meski selama di dalam mobil mereka hanya saling diam tapi ada kalanya Naresh menjawab dengan sentakan kecil pertanyaan dari mamanya.

Diksa tidak tau apa yang telah di perbuat Naresh tapi dia cukup kecewa, karena saat ini dia melihat wajah Naresh seperti di pukuli oleh seseorang, tapi siapa yang berani sekali bertengkar dengan Naresh.

Rasa ingin bertanya, tapi dia tidak ingin berdebat karena sudah tau endingnya jika dia bertanya maka jawaban Naresh adalah.

"Bukan urusan lo" anggap saja hal seperti ini sudah biasa Diksa dapatkan ketika bertanya pada Naresh.

Diksa menopang dagunya dengan menatap kearah luar jendela, Naresh duduk di depan dan Diksa di belakang bersama mamanya.

"Ngomong ngomong anak yang sering sama kamu itu siapa?" Tanya mama nya pada Diksa.

"Jicel ma?" Jawab Diksa sembari bertanya.

"Nah iya dia, gimana kabarnya? Mama pengen tau dia ini kemana kok gk pernah main kerumah lagi" ucapnya.

"Ekhem!!"

Deheman kecil yang terdengar dari Naresh seketika membuat Diksa bisu, dia hanya tersenyum memandang kearah mamanya yang kemudian di angguki pelan.

"Gk papa" ujarnya pelan.

Ntah Naresh mendengar atau tidak sepertinya dia juga tidak perduli, Diksa dengan rasa kesal mencoba untuk menahan segala sesuatu uneg uneg yang ada di dalam dirinya.

Apalagi hari ini hatinya sedang merasa tidak karu karuan, ada perasaan sedih, kesal, seperti mood nya sedang tidak bisa terbaca dia mau bagaimana.

Jika sedang seperti ini, yang Diksa lakukan hanyalah mencoba mengontrol emosinya agar tidak terlepas.

Akhirnya mobil pun menuju halaman sekolah, disana diksa sudah mulai bersiap siap untuk turun sehingga saat mobil terparkir di sana, Diksa membuka pintu langsung keluar dari mobil tersebut.

Bersamaan dengan orang tua Naresh, mereka keluar dari mobil setelah diksa sehingga beberapa anak mulai berbisik bisik.

"Lo liat kan, malu gua berangkat sama anak aneh kaya lo!!" Ucap Naresh berdiri di samping diksa lalu menonyor bahu Diksa disaat orang tua mereka sedang tidak fokus.

"Aaaaa kak Diksa disanaaa" teriak Jicel dari kejauhan, dia nampak menunjuk kearah Diksa dengan wajah girang lalu berlari kearah diksa.

Brukh

Semua tatapan kini tertuju kearah mereka berdua, Diksa rasanya seperti tidak berkata kata saat Jicel memeluknya hingga ambruk berdua.

Diksa mencoba menahan Jicel agar Jicel tidak menghantam tanah, biarkan dia menjadi tameng saja.

"Maafin Jicel, ini kaki Jicel kesleoo" ujarnya dengan mata berkaca kaca, Diksa pun langsung menatap kearah kaki Jicel yang tali sepatunya terlepas.

"Jicel? Diksa?"

Suara dari mama Naresh membuyarkan lamunannya, disana diksa baru tersadar bahwa Jicel menindih dirinya sehingga dia langsung berusaha duduk.

"Sakit nak?" Tanya mama Naresh khawatir pada Diksa juga Jicel, apalagi itu cukup keras.

We Are Different [ Nosung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang