9-Again

224 35 4
                                    

"Sh*t! Lucid Dream lagi kah!?"

Aku terbangun di sebuah hutan dengan bunga-bunga biru kecil indah yang menyala dimalam hari.

Aku terpesona dengan hutan itu segera melihat sekitar dan lupa sejenak jika ini adalah mimpi

"......" Aku terpana dan berjalan menyusuri jalan setapak, serta di sepanjang perjalanan ada Shrine kecil dengan patung Tanuki.

'Ini benar-benar indah!!!'

"Wah.... Hutan ini indah sekali!"

Lalu tidak lama aku keluar dari hutan, aku terus berjalan dan berjalan, seolah kakiku bergerak sendiri ke tempat yang memang seharusnya dituju. Melewati padang rumput yang luas dan sungai kecil, dan akhirnya sampailah aku di tepi desa yang sepi

dimana aku menyadari bahwa ada seorang anak sedang terduduk di samping sebuah gubuk tak jauh dari sana.

Tatapannya kosong seperti dan terlihat bekas air mata diwajahnya, dia diam menatap sekitar sambil memegang boneka kecil ditangannya

'Ah... Iya... aku sempat lupa kalau aku sedang bermimpi, pasti anak itu adalah salah satu dari seseorang yang ku kenal...'

'aku cuma berharap saat aku berganti scenario, aku tidak akan merasakan sakit'

Akupun berjalan dengan pelan menuju anak itu

"..... Permisi..." Aku sapa dia dengan senyuman

Anak yang sedang bersedih itu perlahan menoleh dan ternyata, seperti yang sudah aku duga

Anak itu adalah Kunikuzushi.

Aku yang sudah tidak terlalu kaget dengan pertemuan ini hanya bisa menghela nafas dan tetap tersenyum, walaupun ini adalah mimpi, tapi mungkin ini benar benar terjadi, dan aku tidak ingin melakukan sesuatu yang kusesali nantinya

Tapi setelah anak itu benar-benar menengok ke arahku dan melihat wajah ku, Dia memanggil namaku dengan muka berseri

"Ah Y/n! Kau sudah sampai? Tapi...."

Wajah Kunikuzushi berubah menjadi raut kebingungan

"Kamu sedikit... berbe-"

"Awas! Y/n!!"

Seketika, pandanganku kabur dan tanpa kusadari aku sudah terkapar di tanah. Aku sama sekali tidak bisa berbicara ataupun bergerak

'S*al... Apa kali ini...'

Untuk sekarang aku memfokuskan indera peraba dan pendengaranku sementara aku menutup mataku kembali, lalu aku hanya mendengar dan merasakan Kunikuzushi memeluk dan memanggilku dangan suaranya yang kian menghilang.

'maafkan aku Kunikuzushi... Maaf.... Ugh... Aku benci ini... Kenapa semua mimpi ini berakhir dengan aku yang mati tiba-tiba!?'

Kemudian aku merasakan sedikit otot tubuhku bisa bergerak dan pandanganku kembali sedikit.

Dan aku melihat di depan mataku... Ada ujung anak panah yang sudah bersimbah darah menusuk.... Bagian tubuhku yang aku yakini adalah leher ku sendiri

Tapi disisi lain aku melihat beberapa bayangan orang di belakang Kunikuzushi yang sedang menangis.

'sh*t.... S*al.... Apakah mereka yang mengincarku'

Aku memegang tangan Kunikuzushi yang gemetar dengan erat, aku hanya mengarahkan tangan ku ke sebuah desa di depan.

Terakhir aku melihat ke arahnya, dia hanya mengangguk dan semua... Menjadi gelap kembali

.
.
.
.
.

"Uh!!! Ugh!!!"

Aku merasa aku tidak bisa bernafas, jadi tubuhku baru tersadar dengan sedikit guncangan dari otakku yang masih mengingat kejadian terakhir dari mimpi yang tadi

Kemudian semua menjadi bercahaya kembali dan aku melihat dua wajah panik dari kedua bersaudara ini

"Y/n!"

"Y/n.... Hah... Kau sudah sadar"

'ah... Aku melakukannya lagi...'

"Ah... Maaf Kaeya, Diluc... Aku merepotkan kalian lagi"

Dengan segera aku memposisikan diriku untuk bangun menghadapi mereka, akan tetapi Kaeya mendorongku ke tempat tidur lagi.

"Heh... Tidak secepat itu Y/n~"

Lalu dia menjentikkan jarinya ke dahiku dan tersenyum.

Aku disisi lain sedikit kaget dan reflek memegangi dahiku

"Y/n... Kalau mau bangun, kau bisa berbicara dengan kami sambil duduk di tempat tidur ini, jangan memaksakan dirimu"

"Jangan merasa tidak nyaman y/n.."

"Nah iya betul! Jangan merasa tidak nyaman dengan kami y/n!"

Lalu aku merasa kalau semua darahku yang di wajar berhenti mengalir karena dua pria cantik yang memandangiku ini

's*al.... Aku harap, aku tidak terlihat seperti kepiting rebus ಥ⁠‿⁠ಥ'

Aku melihat ke arah lain dan berterima kasih

"Baik, baik... Terimakasih"

Lalu kulihat Diluc mengangguk sementara Kaeya sedikit tertawa di sampingku

'dua pria ini benar benar membuatku lengah... Aku sekarang benar benar tidak bisa menatap mereka'

Sementara aku masih merasa malu, Kaeya terus menjahiliku karena ia tahu kelemahanku sementara Diluc duduk di sebelahnya dan membiarkan saudaranya melakukan apa yang dia mau terhadapku... Akh tolong (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

.
.
.
.
.

Lalu setelahnya, kami berbincang sedikit mengenai kota mondstat, Diluc sekarang memanggil dengan nada yang sedikit... Mungkin lebih serius dari yang sebelumnya

"... Y/n"

".... Iya Diluc..." Aku tersenyum dan tidak berani melihat ke arahnya

Karena sekilas... Aku melihat wajahnya yang menatapku sedih, sama seperti Venti waktu itu

".... Kau... Apa kau ingat kami?"

"Benar Y/n... Mungkin dimasa lalu kita pernah bertemu.." sahut kaeya

"......"

Aku tidak menyangka mereka berdua langsung menanyakan inti dari apa yang ingin mereka dengar

Setelah terdiam beberapa saat, akupun melihat ke arah mereka dan menjawab

"Aku.... "








________________________________

Author corner time!

Halo!

Sebelumnya terimakasih banyak telah membaca book ini!

Maafkeun ran yang makin sibuk dengan urusan dunia, sekali lagi terimakasih banyak ಥ⁠‿⁠ಥ

Jangan lupa 🌟 nya juga ya hehe. Itu sangat-sangat lah berarti karena itu juga salah satu yang mendorong ran untuk melanjutkan ff ini(⁠っ⁠˘̩⁠╭⁠╮⁠˘̩⁠)⁠

Terimakasih!!

Just...  Why?  [Genshin Impact x Male reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang