''TAESAN...TOLONGIN BUNDA HIKS, BUNDA PINGSAN....''
Disinilah mereka berada, rumah sakit. Setelah insiden di rumah taesan maupun dirumah zeona, taesan beserta teman-temanya pergi ke rumah zeona sedangkan orang tuanya di rumah.
Padahal sang ibu memaksa ingin ikut tapi dilarang oleh taesan anaknya sendiri.
''bagaimana keadaanya?''
Dokter baru saja keluar dari igd setelah memeriksa kondisi bunda sohee.
''syukurlah tidak ada yang serius, keadaanya baik-baik saja, dia hanya syok karna terlalu banyak pikiran dan sebentar lagi akan kami pindahkan ke ruang inap, terimakasih''
Semua orang yang ada disana bernafas lega setelah mengetahui jika bunda sohee tidak apa-apa.
~
''bunda makan dulu yuk, bunda belum makan dari tadi pagi''
Hari ini jema izin tidak berangkat sekolah karna melihat keadaan bunda sohee yang terus diam dan tidak mau bicara apapun kepadanya. Sebenarnya taesan memaksa ingin ikut menjaga bunda sohee namun dilarang oleh jema, ia tau betul perasaan taesan saat itu karna dulu sebelum taesan berpacaran dengan zeona dia harus melewati berbagai cobaan sebelum pada akhirnya mereka bisa bersama.
Jema merasa kasihan melihat bunda sohee yang biasanya selalu crewet sekarang menjadi diam termenung sambil melihat foto anaknya yang berada di ponselnya.
Klek
Pintu ruang inap terbuka menampilkan sosok cowok bernama taesan. Bisa ia rasakan bahwa cowok itu habis menangis terbukti dari matanya yang masih berair dan sembab.
''bunda ayo makan dulu'' jema mencoba membujuk bunda sohee untuk makan namun tanganya di tepis oleh bunda sohee.
''biar gue aja yang suapin bunda, lo bisa pulang sekarang, saat ini biar gue yang jagain bunda'' taesan mengambil mangkuk yang berisi bubur dari tangan jema.
Jema mengangguk, benar mereka berdua membutuhkan ruang untuk berbicara.
''bunda makan dulu ya biar taesan suapin'' taesan mengambil sesendok bubur untuk di suapkan kepada bunda sohee, namun hal serupa terjadi tangan taesan kembali di tepis untung saja ia gesit jadi buburnya gak tumpah.
''bunda tau gak? setiap kali aku liat bunda tuh rasanya kayak zeona lagi di depan aku sekarang bahkan dia senyum manis banget sampe matanya ikutan ilang'' taesan terkekeh miris ''bunda tau?, pas aku tau berita tentang zeona rasanya separuh dunia taesan ikut menghilang, entah bagaimana aku akan menjalani hari-hari tanpa sosok zeona. Seharusnya aku membalas panggilan zeona saat dia butuh bantuanku...namun aku terlambat.... Aku bodoh banget ya bun? harusnya aku ada disisinya saat dia butuh pertolongan bukanya berada di sini'' taesan menunduk.
Tangis taesan pecah, sungguh dia merindukan sosok zeona yang selalu berada disisinya.
''zeona gue kangen sama lo....maafin gue...'' guman taesan dengan suaranya yang bergetar.
Bunda memeluk taesan. Dia bisa merasakan bagaimana perasaannya saat ini, mereka berdua sama-sama merasa terpukul karna belum bisa menerima fakta bahwa orang yang mereka sayang telah pergi buat selamanya.
~
''bunda mau makan ya? sedikit ajaaa yang penting perut bunda isi''
''bunda ga laper san''
Helaan nafas terdengar dari mulut taesan.
''aku gamau paksa bunda buat makan tapi apa bunda ga kasihan kalo zeona lihat bunda kaya gini? dia pasti bakal sedih....'' taesan menghela nafas ''aku ngerti perasaan bunda....kehilangan seseorang bukanlah hal sepele tapi bunda gabisa terus kaya gini, ini sama aja nyiksa diri bunda''
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey | On Going
Fantasy(ini cerita dibuat karna gabut dan gue nulis cerita ini karna kepengin aja daripada idenya kebuang wkwk) ~ ''bagaimana cara gue kembali? bisakah gue kembali ke tempat asal gue?'' itu adalah pertanyaan Zee selama berada di Demora. Demora, tempat anta...