"HAH?!"
"GABISA DONG, MASA GARA-GARA GAPUNYA TANDA GUE HARUS DIHUKUM MATI?!"
"YANG BENER AJA!!!"
Zee tak habis pikir dengan pola pikir orang-orang disini. Bagaimana bisa mereka menghukum orang hanya karna orang itu tidak punya tanda atau simbol?
Riu sempat memberitahunya tentang orang yang tidak punya tanda harus dihukum mati, karna itu sudah menjadi tradisi warga demora. Tapi sayang riu tidak menjelaskan lebih banyak tentang kenapa seseorang harus dihukum mati hanya karna sebuah tanda, sangat aneh.
"pengawal cepat bawa dia sekarang juga!"
Zee yang tengah sibuk memikirkan hal yang diluar nalar itu terkejut ketika melihat ke enam pangeran porter dan beberapa prajurit yang mungkin jumlahnya lebih dari 20 orang mendekat ke arahnya.
"LEPASIN TANGAN GUE!"
"APA-APAAN KENAPA TANGAN GUE DI IKET?!"
"LEPASIN GAK!!"
Zee berontak kala kedua tangannya di cekal serta di ikat sangat kuat oleh mereka menggunakan sebuah tali dan kedua matanya di tutup menggunakan kain.
"GUE GAK SALAH"
"LEPASIN, GUE GABISA LIAT"
"LEPASIN LEPASIN LEPASIN!"
bugh
Prajurit porter menendang kaki zee karna terus memberontak membuat ia terjatuh dan kepalanya terbentur dinding gua yang menjadi tempat zee dikurung selama ini.
Iya, zee sekarang udah bukan di kurung di sel kayu di istana tapi di kurung di sebuah gua yang tidak begitu dalam dan ia masih bisa melihat ke area luar. Letaknya juga lumayah jauh dari istana dan gua itu berada di kaki bukit.
"cepat cek keadaanya" perintah salah satu pangeran kepada prajuritnya.
"baik pangeran"
"bagaimana?"
"dia masih hidup tapi sepertinya dia tidak sadarkan diri" ucap prajurit yang memeriksa zee.
"bagus, itu lebih baik"
"sebaiknya kita cepat membawa perempuan ini sebelum hal buruk terjadi"
Mereka semua membawa zee ke sebuah tempat yang memang telah disiapkan, sedangkan zee masih belum sadar akan dirinya yang tengah dibawa entah kemana oleh orang-orang itu. Tubuh zee hanya bisa pasrah saat dirinya di tarik, bahkan lebih tepatnya di geret.
• • •
"jadi dia perempuan yang membunuh prajurit itu?"
"sulit dipercaya"
"bukankah dia perempuan yang membuat pangeran jungwon terkena masalah?"
"benar-benar perempuan keji"
"pantas saja raja zino sangat marah"
"seharusnya perempuan itu langsung saja dibunuh"
"tapi kenapa perempuan asing itu dihukum mati?"
"sepertinya sesuatu yang buruk terjadi"
"dengar-dengar dia tidak punya tandanya"
"bagaimana bisa?"
"apakah benar dia adalah mata-mata duzo?"
"wah ini akan seru"
Zee mencoba mengerjapkan matanya berulang kali, kepalanya saat ini terasa sangat pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey | On Going
Fantasy(ini cerita dibuat karna gabut dan gue nulis cerita ini karna kepengin aja daripada idenya kebuang wkwk) ~ ''bagaimana cara gue kembali? bisakah gue kembali ke tempat asal gue?'' itu adalah pertanyaan Zee selama berada di Demora. Demora, tempat anta...