8. Teman baru

4 1 0
                                    

3 jam setelah insiden di istana.

''shh perih banget''

''gara-gara ntu pengawal tangan gue jadi memar sama luka anjir''

''bisa gak sih kalo narik orang tuh pelan dikit bukan cem orang narik badak?!''

''mana abis tu gue di dorong sampe tangan gue ketusuk kayu''

''anjir anjir anjir''

Zee misuh-misuh sambil mengobati lukanya, untung saja barang-barangnya dikembalikan dan di dalam tasnya terdapat kotak p3k. Karna terlalu asik berbicara sendiri zee tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang memperhatikanya.

''eumm heii''

''MONYET! AA ADOH'' zee yang lagi ngobatin luka di tangannya tidak sengaja menekan luka tersebut membuatnya mengeluarkan darah lagi.

''kau tidak apa-apa?''

''menurutmu?'' zee kesal padahal tadi tinggal dikasih perban gara-gara ni orang jadi keganggu.

''hehehe maaf, ngomong-ngomong ada apa dengan tanganmu? kau terluka?''

''hmm seperti yang kau lihat''

''benda apa yang kau taruh di tanganmu?'' cowok itu mengrenyit heran soalnya ia baru pertama kali melihatnya.

''ini perban dan obat merah, jangan bilang kau tidak tahu apa ini? sungguh?'' zee tidak percaya ketika cowok didepanya mengangguk.

''wah sungguh tidak bisa dipercaya'' terus zee menunjukan barang-barang lainya yang ia punya seperti kacamata, ponsel, kamera, kotak p3k, note book beserta alat tulisnya, earphone, headphone, sepatu, jam tangan dan beberapa baju.

Walau terhalang kayu sebagai pembatas zee bisa melihat reaksi cowok didepanya, menurutnya ekspresi cowok tersebut sangat lucu.

''baru pertama kali aku melihat barang-barang seperti ini, sangat unik''

''apa kau mau aku tunjukan sesuatu lagi?''

''woah masih ada lagi?'' tanyanya senang.

Zee membuka kamera dan mengarahkannya ke cowok tersebut.

Cekrek

''APA YANG KAU LAKUKAN! peng-''

''sttt, jangan berisik'' zee menutup mulut cowok itu.

''apa yang kau lakukan? apa kau akan membunuhku?'' pangeran itu waspada dan sedikit menjauh dari zee.

Zee tertawa melihat reaksinya, dia sangat lucu.

''k-kenapa kkau tertawa?''

Memilih tidak menjawab, zee menunjukan hasil foto tersebut kepadanya.

''woah! apakah ini sebuah sihir? bagaimana bisa? kenapa aku berada di dalam sana? bagaimana cara aku masuk kedalam sana? itu sangat mengesankan!!!''

''kau lucu sekali hahaha! perutku sampai sakit karena tertawa!'' ia sangat menyukai reaksi cowok tersebut.

''ngomong-ngomong siapa namamu?'' ujar zee bertanya.

''jungwon agarvey, kau bisa memanggilku jungwon, zee'' jungwon tersenyum kepada zee.

''eh? kau tahu namaku?''

''tahu, kau yang mengenalkan dirimu sendiri pas di pertemuan'' jawab jungwon.

''ah jadi kau mengingatnya, jungwon apa kau tidak takut terhadapku? bukankah raja melarang siapapun untuk menemuiku?''

''tidak kau orang baik, aku juga diam-diam datang kesini''

''?? jungwon bagaimana kau tahu aku orang baik? padahal kita baru saja bertemu'' zee heran bagaimana jungwon bisa mengatakan kalau dirinya adalah orang baik?.

''kau tidak perlu heran zee karena aku bisa membaca pikiranmu''

''HAH MANA ADA ORANG SEPERTI ITU?!'' omong kosong apa lagi ini?.

Jungwon tertawa ''kau tidak perlu terkejut, semua orang di istana sudah tahu bahwa aku bisa membaca pikiran orang lain, jadi dari tadi aku bisa membaca pikiranmu zee walau aku tidak paham apa yang kau katakan''

Zee lega untung saja jungwon tidak mengerti apa yang ia pikirkan, bisa saja ia dipenggal kalo jungwon tau apa yang ia pikirkan.

''aku harus pergi, jika aku terlalu lama disini mereka bisa curiga'' ujar jungwon yang dibalas jempol oleh zee.

Baru beberapa langkah jungwon berbalik menatap zee ''bisakah kita berteman?'' tanya jungwon ragu.

Zee mengangguk yang dibalas senyuman oleh jungwon.

~

Sementara di dalam istana, para pangeran sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

''jungwon habis dari mana kamu?'' heeseung bertanya ketika melihat jungwon datang menghampiri mereka.

''keluar, mencari udara segar''

''kau kenapa senyum-senyum seperti itu?'' tanya ni-ki heran melihat jungwon yang terus tersenyum.

''tidak apa-apa hanya suasana hati saya sedang baik''

''jangan berbohong jungwon, aku bisa membaca pikiranmu kalau kau lupa'' ucap sunghoon dingin.

''jangan mencampuri urusanku'' ucap jungwon bertelepati kepada sunghoon.

''kenapa kalian berdua diam? apa yang sedang kalian bicarakan?'' jake bertanya kepada sunghoon dan jungwon karena pasti mereka sedang bertelepati satu sama lain.

''tanyakan saja kepada dia, kenapa dia menemui perempuan itu''

Mendengar jawaban sunghoon membuat mereka marah terutama jay, sunoo dan heeseung.

''apa kau sudah gila?!'' jay

''bukankah ayah sudah mengatakan untuk tidak menemui perempuan itu kenapa kau menemuinya?!'' sunoo

''jika ayah tahu kau nekat menemuinya kau akan dihukum apa kau lupa!'' heeseung

''kenapa kau berani sekali melanggar ucapan ayah!'' sunoo

''sepertinya kau sudah dihasut oleh perempuan itu'' jay

''DIAM! BUKANKAH AKU SUDAH MENGATAKAN BAHWA DIA ITU TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN BEBERAPA HARI YANG LALU! KENAPA KALIAN TIDAK PERCAYA!''

''jungwon tahan emosimu, mereka adalah kakakmu'' jake.

''BAGAIMANA AKU TIDAK MARAH MEREKA SAJA TIDAK PERCAYA TERHADAPKU''

''kak kecilkan suaramu ayah bisa mendengarnya'' ni-ki.

''kau dalam masalah sekarang, ayah ada dibelakangmu'' sunghoon.

Jungwon berbalik dan betapa terkejutnya dia melihat sang ayah sudah berdiri di depanya.

''ayah telah mendengar semuanya, ayah sangat kecewa kepadamu jungwon, mengapa kau berani sekali melanggar ucapan ayah?, BUKANKAH AYAH SUDAH MELARANG SIAPAPUN UNTUK TIDAK MENEMUI PEREMPUAN ITU TERMASUK KAMU!'' raja zino berteriak marah kepada jungwon.

Jungwon diam, ini memang salahnya karna telah melanggar ucapan sang ayah.

''PENGAWAL BAWA DIA, BERI HUKUMAN YANG SETIMPAL KARENA TELAH MELANGGAR PERINTAH DARIKU!''

''BAIK RAJA ZINO''

Jungwon dibawa entah kemana oleh pengawal, tidak ada yang tahu. Kalau ditanya kenapa saudaranya tidak membantu jungwon? ya alasanya mereka tidak ingin ikut terkena imbasnya.

Setelah hari itu zee tidak pernah melihat keberadaan jungwon lagi, bahkan jungwon tidak ada bersama saudara-saudaranya.






















kok makin sini makin g jls y? ʘ⁠‿⁠ʘ

A Journey | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang