-------------------------------------------
Ajari aku bagaimana cara menerima keadaan tanpa membenci kehidupan. -Arsa Raga
*
Satu-satunya suara yang terdengar dari ruangan berwarna biru ocean ini hanya suara rintihan Arsa. Sudah hampir setengah jam berlalu masih dalam posisi yang sama dan terus memanggil mama nya. sebuah kata yang begitu menyesakkan dada bagi siapapun yang mendengarnya.
Anak itu tengah meringkuk disudut ruangan enggan bergerak dan tetap diam menyembunyikan wajahnya. Dia begitu ketakutan saat melihat pisau yang tergeletak di nakas dekat tempat tidur.
Padahal tidak ada siapapun yang menyentuh pisau itu."Arsa.. hei anak bunda... ada apa nak?" Samantha yang diberitahu maid jika Arsa menolak untuk makan dan terus histeris langsung masuk ke kamarnya dan melihat anak itu tengah merintih ketakutan memohon ampun.
"Mama..." Hanya kata itu yang terus Arsa ucapakan sambil terus memejamkan matanya. Tangisnya pilu, tubuhnya bergetar. Cukup menjelaskan seberapa takut ia sekarang.
"Ini Bunda sayang, jangan takut ayok bangun nak.. Arsa ngga boleh kaya gini" dilihatnya anak angkat nya itu, masih tetap di posisi yang sama.
"Mama....."
"Iya sayang, ini mama nya Arsa..."
Arsa terlihat bangun dan menatap Samantha, dengan tatapan seperti ingin menangis, sebuah tatapan rindu yang sulit dijelaskan. Dalam pandangannya wanita yang didepannya ini adalah mama nya, bukan Samantha. Dia begitu frustasi karena kehilangan sosok mama yang ia rindukan kasih sayangnya.
Arsa meraih tangan Samantha dan meletakkannya di pipi, sambil menangis Arsa memohon maaf dan minta jangan di tinggalkan. Ekspresi nya begitu menyayat hati. dia memelas dan berkali-kali memohon maaf karena merasa sudah berbuat nakal.
"Noo.... Arsa ngga nakal sayang, kamu anak baik.. selalu nurut sama mama nya"
Sore itu, senja yang dibarengi rintik hujan kecil cahayanya menjadi saksi kedekatan anak dan ibu yang saling memeluk. Samantha begitu menyayangi Arsa, bukan karena anak itu adalah anak dari mantan kekasihnya. Tapi tulus karena merasa iba dengan nasib nya. Dia selalu menjadi bayang-bayang Arsy kembarannya semasa sang mama masih hidup.
Betapa malang.
Dalam keadaan terlelap sekalipun Arsa enggan melepas cengkramannya dari ujung baju Samantha. Tidurnya tak kunjung pulas dia selalu terbangun oleh suara sekecil apapun itu.
Dari sudut ruangan terlihat laki-laki muda yang menatap keduanya dengan tatapan sulit di artikan.
Seperti tidak rela tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Dia kenapa lagi?"
Bagas muncul saat berjalan ke arah dapur yang searah dengan kamar yang terlihat terbuka itu, dan mendapati ibu tirinya tengah duduk dilantai dengan tangan masih membelai Surai madu milik Arsa."Hanya takut pisau"
"Siapa yang ceroboh menaruh nya? Apa tidak kamu peringati mereka untuk tidak melakukan hal itu? Merepotkan sekali"
"Mungkin tidak sengaja, tidak apa-apa"
"Perlu bantuan untuk diangkat ke atas? Kalian berdua akan sakit badan jika terus di posisi itu"
Samantha mengiyakan tawaran Bagas untuk mengangkat Arsa agar posisi nya lebih nyaman.
Entah perasaan Samantha saja atau memang Bagas sedikit luluh sejak melihat Arsa dirumah ini. Dulu dia benar-benar tidak akan peduli jika dimintai tolong sedikit saja."Kenapa dia takut benda tajam? Apa yang anakmu lakukan pada anak ini?"
"A-ah aku tidak begitu tau"
Bohong jika Samantha tidak tau, dia hanya sedang menutupi kesalahan putranya yang kelewat kejam itu. Dulu dia hanya meminta Juna untuk membalas kematian adiknya. Bukan malah seperti ini.
Dia juga tidak menyangka jika pelakunya adalah kekasih nya di masalalu. Dan yang paling konyol dia merawat anak dari laki-laki yang berulang kali menyakitinya itu.Bagas percaya?
Tentu tidak.
Dia paham betul kelakuan saudara tirinya itu. Jangankan menyangkut adiknya, dia berselisih paham sedikit dengan orang lain saja, orang itu esok nya ditemukan hanya tersisa kulit rambut nya.Tidak mungkin kan hanya hal sepele bisa membuat Arsa begitu depresi sedemikian rupa?
Bagas akui caranya balas dendam cukup mengerikan. Dia menebak, Arsa tidak terlibat secara langsung. dia hanya berhubungan di lingkungan orang yang Juna incar dan pastinya mau tidak mau Arsa akan terseret dalam rencana keji Juna.
Maka dari itu Arsa dibiarkan hidup tapi dengan keadaan kacau.Jika dia jadi Juna, mungkin lebih baik dia menghabisi Arsa saat itu juga. Membiarkannya hidup pun percuma.
"Bagas"
Mr.fallen muncul dari arah belakang Bagas saat melihat putranya sedang di kamar Arsa.Tumben sekali pikirnya.
"Orang yang kamu cari bertahun-tahun sudah ada dibawah, mau di apakan itu terserah kamu. Atau mau kamu jual organ tubuhnya silahkan."
"Aku tidak Sudi melihatnya"
"Benarkah? Kalau papa yang habisi kamu tidak keberatan?"
"Mau dijadikan sajian makan malam pun aku tidak peduli" Bagas berlalu dari hadapan sang ayah dan mama tirinya yang masih sibuk mengusap pipi Arsa yang masih terlelap.
Papa nya adalah sosok utama dalam dunia gelap penjualan organ tubuh manusia.
Jaringannya sangat luas, hingga beberapa belahan negara di dunia. Sosok wibawa dan baik hati ini ternyata tidak se indah luarnya.Pun tak terkecuali sang putra, Bagas. dia adalah pemilik pabrik senjata dan mengelola pembuatan narkoba jenis sabu-sabu. Anak semata wayangnya itu bahkan memiliki lahan seluas dua ribu hektar yang berisikan tanaman efedra.
"Hei my love... Kamu terlihat repot siang ini. Ada apa?"
"Ada orang ceroboh disini"
"Siapa cinta?-
Habisi saja dia karna sudah membuat istriku kesal""Aku ingin makan sup hati malam ini, mungkin cocok jika dia kita jadikan bahan utama?"
"Lakukan saja-"
Tangan Samantha mencegah bibir suaminya yang hendak menciumnya. dia yakin bukan hanya ciuman semata yang suaminya minta karna tangan nakal itu sudah mendarat di payudaranya dan bersiap meremas.
"Jangan disini- ada anakku yang masih tidur"
Keduanya berlalu dari kamar itu, menyisakan Arsa yang masih terlelap sendirian.
Ralat dia tidak sendiri.
Ada seseorang yang sedang menjaganya di sudut ruangan, mengawasi tidurnya agar tetap aman.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous II
ChickLitSetelah dendamnya selesai, Juna memutuskan untuk pergi jauh dari kehidupan Arsa. Meski sebenarnya dia masih mencintai pemuda itu, tapi rasa cinta nya terhalang oleh ego nya yang sangat tinggi. Tanpa sepengetahuan juna. Samantha, ibu kandungnya sendi...