want more?

303 24 3
                                    

Arsa Yang kalo diomelin pasang mode imut biar ngga jadi diomelin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsa
Yang kalo diomelin pasang mode imut biar ngga jadi diomelin.

Arsa Yang kalo diomelin pasang mode imut biar ngga jadi diomelin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mode senggol bacok
Apalagi kalo nyangkut soal Arsa




**

Jam menunjukkan pukul satu dini hari, dimana jam-jam inilah sebagian orang beristirahat dari lelahnya aktivitas seharian.
Tapi tidak berlaku bagi Bagas yang masih betah menatap laptop nya.
mengerjakan semua pekerjaan yang sempat tertunda akibat mengurus Arsa yang mabuk berat.

Sesekali Bagas memeriksa kening Arsa yang sedang demam. Mungkin karena respon tubuh terhadap minuman keras yang baru pertama kali ia minum.
Panas nya cukup tinggi, membuat Bagas beberapa kali mengganti plester demam yang menempel pada dahinya dan mengusap keringat Arsa yang mengucur deras meski pendingin sudah di suhu terendah.

"Tolong panggilkan dokter Siska, suruh dia masuk ke kamar ku" Bagas menghubungi staf mansion nya dan meminta untuk memanggil dokter pribadinya itu.

Dia menatap Arsa yang ekspresi nya seperti ingin menangis, bibirnya melengkung lucu dengan mata tertutup rapat seolah-olah bersiap mengeluarkan air matanya.

"Ssssst.... Sudah saa.. Tidak apa-apa" Bagas menenangkan Arsa meski tau anak itu hanya mengigau.

"Ada apa? Kenapa Arsa?" Dokter Siska masuk tanpa permisi karena dihubungi tengah malam begini, dia berpikir pasti keadaan darurat.

"Arsa demam, lakukan sesuatu agar dia tidak dehidrasi. Aku sudah membujuknya untuk minum tapi dia belum mau membuka matanya"

"Aku sudah katakan berkali-kali, jangan biarkan Arsa lelah dia masih rawan kambuh cederanya"

"Dia tidak lelah, dia mabuk."

"APAAA!! GILA YA KAMU! ARSA BAHKAN BELUM GENAP DELAPAN BELAS, KAMU TAU?!!"

"Marahnya nanti saja, tolong Arsa dulu"

Dokter siska mendelik sebal pada Bagas yang dengan santainya mengatakan jika Arsa sedang mabuk. Dalam pikiran dokter siska, dia mengumpat dimana letak otak pemuda jangkung itu membiarkan anak dibawah umur mengkonsumsi minuman beralkohol.

"Aku akan menyuntikkan antibiotik pada cairan infusnya, segera beri dia minum setelah sadar nanti."

"Hm, baik"

Dokter siska pun keluar setelah memasang infus dan memberikan beberapa obat untuk Arsa minum setelah sadar nanti.

Dokter siska pun keluar setelah memasang infus dan memberikan beberapa obat untuk Arsa minum setelah sadar nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cepat sembuh..."

"Mama....."

Arsa tampak menangis meski matanya terpejam. Walaupun sudah sedikit ceria kembali, Arsa kerap kali memanggil mama nya saat tidur atau demam seperti sekarang ini.
Luka batin nya cukup dalam dan mungkin saja sulit untuk di obati.

Tapi untuk Arsa, Bagas akan melakukan apapun asalkan Arsa kembali bahagia.

*

Bagas meletakan laptopnya, dan berbaring di sebelah Arsa lalu memeluknya erat.
Menyalurkan kehangatan untuk tubuh menggigil itu. Mungkin lain kali dia harus lebih waspada saat Arsa di dekati oleh dua manusia sakit jiwa seperti asistennya itu.
Yang sengaja membuat Arsa mabuk hingga keluar mansion dan berakhir membawa kabur kucing peliharaan orang lain.

"Arsa... Anak baik, ngga boleh minum minuman seperti itu lagi, Arsa dengar?" Bagas berbicara seolah Arsa mendengarnya.

Dia terus mengusap punggung pemuda yang usianya terpaut cukup jauh dengan nya itu agar lebih nyaman.
Dan terbukti Arsa tertidur cukup pulas tidak ada acara mengigau memanggil-manggil mama nya atau menangis tidak jelas.

Tadinya, besok lusa dia akan membawa Arsa pergi untuk melihat-lihat perusahaannya yang mengelola pembuatan berbagai alat kesehatan terkemuka di dunia. Namun Arsa justru jatuh sakit. Jadi Bagas berpikir beberapa kali untuk membawa Arsa pergi.

Mungkin nanti saat anak itu sudah sehat.

*

Terdengar suara dering dari handphonenya, Bagas Melihatnya sekilas ada panggilan dari nomor tak dikenal.
Dia ingin mengangkatnya namun niatnya ia urungkan ketika Arsa justru mengeratkan pelukannya ketika ada pergerakan dari Bagas.

Pikirnya tumben sekali, ada nomor tidak di kenal yang menghubungi nya.
Jarang sekali Bagas memberikan nomor pribadinya pada ornag lain. Jika urusan bisnis itu ia serahkan pada Chris dan Alisha.

Lalu ini siapa?

Beberapa kali memanggil namun tidak kunjung bagus jawab.
Arsa nya jauh lebih penting dari apapun. Dia tidak mau mengganggu tidurnya yang pulas.

Lagipula tidak ada sopannya sekali menghubungi dimana waktunya orang sedang istirahat.

Tidak ada hari besok?

Lalu tak lama ada notifikasi pesan masuk.
Bagas melihat nya, karena letak handphonenya tidak jauh dari ia berbaring.

Sebaris kalimat aneh dia baca yang membuatnya menegang seketika.

"Bunga yang sengaja ditanam, tidak akan tumbuh ditempat lain"





*

Ada yang kangen Juna?






Tbc.

Dangerous IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang