Lima

1.6K 136 2
                                    

Typo bertebaran banyak kata baku dan non baku harap maklum

Jam sudah menunjukkan pukul 15.23 mobil yang dinaiki Diajeng dan empat sekawan memasuki area villa yang sudah dipesan oleh mereka 3 hari kedepannya, Aji keluar mobil diikuti yang lain dan menghampiri penjaga villa yang berada di samping mobilnya.

"Mas yang menyewa Villa selama 3 hari kan?"

"Betul pak! Apa bisa saya minta kuncinya?"

"Owh iya ini kuncinya mas nanti saya akan kesini lagi saat pengembalian kunci, tapi kalo misalnya mas butuh bantuan bisa hubungi saya!"

"Baik pak!"

"Ya sudah kalau begitu saya permisi ya mas" ucap penjaga villa seraya berlalu dan dibalas anggukan oleh Aji.

"Guys kuncinya udah dapet nih! Kita angkut barang-barang kita masuk!"

"Okey!" Sahut Banyu dan Ali.

Sementara itu Diajeng dia terlihat lemas dalam rengkuhan Arsya, dengan wajah yang masih pucat Diajeng mencoba mengambil tas kecil miliknya tapi langsung direbut Arsya.

"Biar gue aja yang bawa! Lo masih lemes gini sok-sokan mau bawa tas!"

Diajeng hanya bisa menatap sayu wajah Arsya tanpa komentar, sedangkan Aji menghampirinya setelah selesai membuka pintu dan melihat keadaan villa tadi.

"Gimana keadaan Diajeng?"

"Lo gak liat apa ni anak pucat begini? Dia selama perjalanan muntah-muntah liat nih baju gue juga kena muntahan dia!" Adu Arsya pada Aji.

Aji hanya terkekeh dengan sifat Arsya yang suka mengadu bahkan kesal setiap dia bercerita soal Diajeng.

"Udah mendingan lo bawa dia masuk Villa disini lumayan dingin nih apalagi Diajeng cuma pake cardingan doang yang ada dia Hipotermia!"

"Ck iya iya... sekalian bawain barang-barang gue yah!"

Aji hanya mengacungkan jempolnya dan Arsya menggendong Diajeng memasuki pintu masuk Villa yang memang sudah Aji buka sebelum dia menghampiri Arsya dan Diajeng.

Arsya memasuki salah satu kamar dan mendudukan Diajeng, baru saja berdiri dan hendak beranjak keluar lengan Arsya di cekal oleh tangan lembut Diajeng.

Dia menatap heran wajah Diajeng yang tampak memohon untuk tidak meninggalkannya sendiri, Arsya yang tau arah pikiran Diajeng langsung menatap mata Diajeng.

"Gue keluar sebentar...sekalian ambil baju ganti buat kita, gue udah gak nyaman soalnya!" Ujar Arsya sembari menatap cekalan dilengannya.

Lagi-lagi Diajeng sepertinya enggan melepas cekalan dilengannya yang mana membuat Arsya jengah dan hendak melepas paksa cekalan Diajeng, tapi gerakan tangan Arsya berhenti saat melihat kedua mata Diajeng berkaca-kaca.

Arsya panik dia bingung harus apa sampai suara isakan perempuan didepannya terdengar diikuti air mata yang mulai mengalir turun.

Hiks

Hiks

Hiks

"Eeh?! Lo kenapa nangis sih Ajeng?! Gue harus ngapain biar lo mau berhenti nangis?" Teriak Arsya yang mana membuat isakan Diajeng berubah menjadi tangisan.

Mendengar Diajeng yang menangis Arsya secara spontan memeluk tubuh Diajeng yang bergetar, sementara yang diluar mendengar suara tangis Diajeng langsung menghampiri kamar yang ditempati Diajeng.

"Cup..cup..cup...udah jangan nangis ya Ajeng nanti gue beliin sate taichan 100 tusuk deh kalo lo mau berenti nangis!" Bujuk Arsya yang mencoba menenangkan Diajeng.

Madaharsa Untuk Diajeng (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang